
Ancaman dalam bentuk apa pun mesti cepat dideteksi prajurit TNI meski belum bersifat nyata. Kedisiplinan berperan penting dalam pengendusan ancaman. Oleh karena itu, pimpinan TNI tidak menoleransi pelanggaran disiplin anggotanya.
Saya tidak akan beri ampun bagi prajurit yang melanggar disiplin dan tidak ada kata toleransi tentang pelanggaran disiplin. Juga bagi prajurit yang desersi, tidak usah dicari. Untuk itu, pegang teguh disiplin, tegas Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Mulyono.
KSAD memberikan pengarahan kepada prajurit Markas Batalyon Armed 16/Komposit dan anggota Kodim 1201/Mempawah, di Ngabang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat (Kalbar), Selasa, 2 Februari 2016.
Mempawah merupakan lokasi penampungan ribuan anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang sempat dibakar massa, belum lama ini. Warga kemudian berangsur diungsikan keluar Kalbar ke kampung asal.
Meski saat ini ancaman perang terbuka antarnegara sudah tidak ada, aku Mulyono, prajurit harus tetap profesional dan memiliki kemahiran teknik perang. TNI pun harus jadi bagian dari solusi bagi rakyat.
Prajurit TNI AD beberapa kali mencatatkan tindak indisipliner yang sekaligus terjerat kasus hukum. Misalnya, Serka SK, yang tinggal di Mes TNI AD, Kecamatan Padang Barat, Detasemen Peralatan 03 Padang. Ia tertangkap atas sangkaan kepemilikan sabu, akhir bulan lalu.
Di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, pada Agustus 2015, anggota TNI terlibat pembunuhan seorang ibu dan tiga anaknya. Di beberapa daerah ada prajurit TNI AD yang ditangkap lantaran menjadi penjaga diskotek.
Tahun lalu, dua prajurit TNI, SU dan RS, terlibat penculikan warga negara Malaysia Sahlan bin Bandan. Keduanya beraksi bersama empat warga sipil dalam menagih utang atas perintah kolega bisnis Sahlan. (Sumber: HU Media Indonesia)