Skip to main content
Kodam XVI/Pattimura

Tradisi “Pukul Sapu” Mamala-Morela Tetap Meriah

Dibaca: 6 Oleh 14 Jul 2016Tidak ada komentar
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Ambon, (13/07) – Pelaksanaan tradisi adat “baku pukul” (saling pukul) menggunakan batang sapu lidi di dua desa bertetangga Mamala – Morela, yang dijuluki dengan “Negeri Seribu Bukit” Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, berlangsung meriah, ribuan warga dari berbagai pelosok datang untuk menyaksikan acara tradisi ini.

Sebelum acara pukul sapu berlangsung, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopinda) beserta raja Mamala dan Morela berkumpul di perbatasan wilayah kedua negeri tersebut. Dari perbatasan/negeri yang berada di sebelah utara pulau Ambon, Gubernur Maluku Said Assagaff didampingi Kakanwil Agama Maliku, Wakapolda Maluku, Danrem 151/Binaiya beserta sebagian stakelhoder lainnya menuju stadion di Negeri Morela.

Gubernur dalam sambutannya berharap tradisi Pukul Sapu di dua negeri adat ini tetap dilestarikan sebagai wujud untuk meningkatkan peradaban, jika tidak dipertahnkan maka jati diri dua negeri tersebut telah hilang.

Sungguh beruntung orang-orang yang tetap menjaga keluhuran budaya. Keluhuran budaya adalah wujud tingginya keadaban, kedaulatan dan intentitasnya. Ungkapan ini saya sampaikan sebagai bentuk apresiasi kepada warga Morela yang mampu menjaga pukul sapu lidi ini yang sudah ada sekitar abad ke 17, kata Gubernur.

Baca juga:  Pangdam XVI/Pattimura Spontan Padamkan Kebakaran Hutan Di Kao

Sementara itu, Sekda Prov Maluku, Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Doni Maonardo, Danlantamal IX Ambon, Bupati Malteng, Ketua DRPD maluku Tengah serta Forkopinda lainnya menuju stadion Negeri Mamala.

Tradisi Pukul Sapu, budaya di kedua Negeri yang memiliki hubungan darah dari satu leluhur ini dibuka oleh sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Maluku Hamin bin Tahir. Sekda mengimbau kepada warga Mamala untuk tetap menjaga kondusifitas keamanan serta menciptakan perdamaian antarwarga, sehingga di tahun-tahun mendatang, penyelenggaraan tradisi budaya yang telah digelar sejak abad 17 di masa penjajahan Portugis dan Belanda itu dapat dipelihara.

Pangdam juga menghimbau kepada warga Mamala dan Morela agar jangan lagi berkonflik karena tidak ada yang diuntungkan serta merugikan semua pihak, tetapi hiduplah berdampingan dengan damai. (Pendam16)

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel