Beragam tank dan kendaraan lapis baja digunakan TNI sejak perang kemerdekaan. Salah satu yang digunakan kavaleri TNI AD adalah Saladin. Tank yang dioperasikan sejak tahun 1960-an tersebut kini memasuki ‘pensiun’ dan akan digantikan tank Badak.
Dalam buku Armoured Fighting Vehicles of The World karya Christopher F. Foss disebutkan nama asli tank Saladin adalah FV 601 Alvis Saladin Mk 2. Tank itu berbagi basis dengan kendaraan angkut lapis baja FV 603 Alvis Saracen, Saladin dan Saracen berpenggerak enam roda atau 6×6.
Saladin memiliki senjata utama meriam 76 milimeter dan dua senapan mesin 7,62 milimeter. Mesin Saladin ada di belakang, sedangkan mesin Saracen berada di depan karena bagian belakang menjadi kabin pengangkut pasukan.
Nama Saladin berasal dari Pahlawan Panglima Perang Islam dalam Perang Salib, yakni Saladin (1137-1193) alias Solahudin Al Ayubi. Saladin adalah pendiri Dinasti Ayubi yang menguasai Afrika Utara, Mesir, Jazirah Arab, hingga Levant (Suriah).
Saladin adalah seteru Raja Inggris Richard The Lion Heart. Sifat ksatria Saladin yang berasal dari suku bangsa Kurdi dan memimpin pasukan kavaleri Mamluk menjadikan namanya harum di Eropa yang menjadi seterunya.
Arsenal TNI AD
Saladin, Saracen, dan Ferret buatan Inggris menjadi Arsenal TNI AD pada tahun 1960-an. Penulis militer Haryo Adjie Nogo Seno mengingatkan Saladin dan Saracen menjadi ikon seputar peristiwa 1965. Dalam berbagai foto sejarah 1965, terlihat Saracen digunakan mengangkut peti jenazah tujuh Pahlawan Revolusi.
Waktu berlalu, semasa Darurat Militer di Aceh, karena embargo pasca 1998, TNI AD harus beroperasi dengan peralatan seadanya, termasuk Saladin yang sudah berusia 40-an tahun.
Dirjen Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Marsekal Muda Slamet Prihatino pada tahun 2007 mengatakan, kesiapan tempur peralatan tua tersebut sekitar 40 persen (Kompas 18 September 2007).
Kalau dioperasikan, konsumsi bahan bakar tank Saladin 1 liter untuk 2 kilometer. Sangat tidak efisien, katanya kala itu.
Modernisasi
Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla melanjutkan modernisasi alat utama sistem persenjataan yang dimulai oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ketika itu dirancang modernisasi hingga tahun 2029.
Terkait hal itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan, memesan 50 tank Badak buatan PT Pindad. Tank Badak buatan dalam negeri itu memiliki meriam 90 milimeter, lebih besar daripada tank Saladin.
Wakil Presiden dalam kunjungan ke PT Pindad juga meminta retrofit tank Saladin. Dapur pacu tank 6×6 seperti Anoa dan Badak yang menggunakan mesin diesel modern diyakini bisa menjadi pilihan bagi modernisasi Saladin dan Saracen.
Dalam kesempatan itu, Jusuf Kalla mengingatkan pentingnya menguasai teknik metalurgi karena komposisi lokal dalam pembuatan tank dalam negeri baru mencapai 30 persen.
Untuk daya gempur, Direktur Utama PT Pindad Silmy Karim optimistis uji tembak tank Badak yang dilakukan pada Desember 2015 sudah membuahkan hasil maksimal. Meriam Cockerill ukuran 90 milimeter buatan Belgia yang digunakan Badak diuji tembak dalam berbagai situasi seperti di medan pertempuran. Saladin yang berusia uzur akan dimodernisasi dan beroperasi bersama Badak yang mulai diproduksi Januari 2016. (Sumber: HU Kompas)
Iwan Santoso