Surabaya – Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Sumardi didampingi Kasdam V/Brawijaya Brigjen TNI Joppye Onesimus Wayangkau beserta jajaran Staf menerima gelar hasil pemeriksaan dan pengusutan (riksut) Staf Intelijen Kodam V/Brawijaya terkait peredaran senjata Ilegal baik Senjata Api maupun Air Gun di Kodam V/Brawijaya, Rabu 9 Februari 2016.
Staf Intelijen Kodam V/Brawijaya dengan dipimpin Asisten Intelijen (Asintel) Kolonel Inf Edi Nurhabad S. H. M.H. berhasil mengungkap jaringan peredaran senjata Ilegal tersebut kurang lebih hanya dalam 1 (satu) bulan. Riksut yang berlangsung lebih kurang 1 (satu) bulan tersebut berhasil mengungkap peredaran 82 pucuk senjata.
Berawal dari hasil riksut terhadap oknum anggota terkait jual beli senjata Ilegal dan hasil pengembangan di lapangan kepada personel jajaran Kodam V/Brawijaya baik yang berperan sebagai penjual, pembeli, penadah dan perantara diperoleh hasil berupa : 1 pucuk senjata api jenis Sigsauer P 226 beserta 13 butir munis kaliber 9 mm. Sedangkan untuk senjata jenis Air Gun diperoleh hasil : 35 pucuk jenis FN, 14 pucuk jenis Makarov, 9 pucuk jenis Jeriko, 4 pucuk jenis Sigsauer, 2 pucuk jenis Taurus, 1 pucuk jenis Bareta, 1 pucuk jenis SP Combat, 13 pucuk jenis Revolver dan 1 pucuk jenis rakitan senapan angin.
Perlu diketahui bersama bahwa hasil yang diperoleh merupakan senjata dengan jenis Air Gun, hal ini berbeda dengan Air Soft Gun. Dalam peraturan dan tata tertib yang dibuat oleh Perbakin (Persatuan Olah Raga Menembak) Komite Air Soft Indonesia, Definisi Air Soft Gun antara lain :
- Air Soft Gun adalah mainan berbentuk replika senjata api yang terbuat dari bahan plastik dan atau campuran plastik dengan metal (non-baja) yang dapat melontarkan BB (Ball Bullet) dan memiliki kecepatan lontar (fps. = feet per-second) yang disesuaikan dengan Standar Internasional dan tetah diterapkan oleh IPSC yaitu maksimum sekitar 395 fps dengan batas toleransi sampai dengan 10% diatas fps maksimum dengan menggunakan teknologi antara lain :
a. Per (Spring); - Compressed Gas jenis HFC khusus untuk Air Soft Gun (GBB = Gas Blow Back) dan atau;
- Battery (AEG – Auto Electric Gun).
- BB (Ball Bullet) adalah peluru yang terbuat dari bahan plastik dengan berat antara 0.12 gr s/d 0.35 gr dengan diameter 6 mm.
- Importir adalah perusahaan yang mendapat izin khusus dari pihak yang berwenang untuk melakukan impor (pemasukan barang dari luar negeri) untuk produk-produk Air Soft Gun secara legal sesuai dengan ketetentuan dan prosedur yang ada.
- Toko Pengecer adalah penjual Air Soft Gun dan Peralatannya yang dapat menjual langsung kepada pemakai yang berhak, yang dibuktikan dengan melampirkan fotocopy KTA club. Toko berkewajiban memberikan penjelasan mengenai hak, kewajiban dan sanksi atas pembelian Air Soft Gun dan Peralatannya secara legal ditoko mereka.
Untuk mempermudah pemahaman, (dikutip dari detik.com) Ketua Umum Persatuan Olahraga Airsoft Seluruh Indonesia (Porgasi), Setyo Wasisto mengatakan perbedaan pertama adalah dari mekanis keduanya (Air Soft Gun dan Air Gun). Air Gun menggunakan CO2 agar tekanan peluru yang dimuntahkan cukup kuat. “Tekanannya bisa melebihi 2 joule. Sementara airsoft gun di bawah 2 joule,”. Selain itu, peluru yang digunakan juga jauh berbeda. Air Gun menggunakan peluru gotri (bulatan logam) sementara Air Soft Gun menggunakan peluru plastik. Bobot peluru Air Soft Gun adalah 0,4 gram, sementara Air Gun mencapai 1 sampai 1,5 gram.
Hasil riksut yang dlaksanakan oleh Staf Intelijen Kodam V/Brawijaya menyatakan bahwa semua hasil senjata yang diperoleh selain senjata api juga merupakan jenis Air Gun bukan Air Soft Gun. Selain itu hasil memperoleh senjata tersebut juga Ilegal, tidak memiliki surat-surat yang lengkap baik sebagai penjual, penadah maupun pembeli.
Selanjutnya pada siang harinya di Ruang Rapat Staf Intelijen Kodam V/Brawijaya, diserahkan Barang Bukti senjata yang diperoleh dari Asintel Kasdam V/Brawijaya Kolonel Inf Edi Nurhabad S. H. M.H. diserahkan kepada Kepala Peralatan (Kapaldam) Kodam V/Brawijaya Kolonel Cpl Drs. Yeyet Komar Hidayat yang disaksikan oleh Wakil Asisten Intelijen, Staf Asintel dan Wadanyonif 500/R.