Skip to main content
Kodam V/Brawijaya

“Memperkokoh Penerapan Nilai Luhur Budaya Bangsa Sebagai Modal Utama Menuju Indonesia Emas 2045”

Dibaca: 43 Oleh 15 Agu 2015Tidak ada komentar
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Surabaya – Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Sumardi memberikan ceramah pada  acara Seminar Pemantapan Wawasan Kebangsaan yang ke-VII dengan tema “Memperkokoh penerapan nilai luhur budaya bangsa sebagai modal utama menuju Indonesia Emas 2045,” bertempat Victoria Ballroom lantai IV Gedung Srijaya Surabaya, Jumat (14/8/2015) malam.

Seminar Pemantapan Wawasan Kebangsaan ini merupakan kegiatan yang sangat penting dan strategis apalagi dalam rangka menyongsong peringatan ke-70 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, ujar Pangdam mengawali ceramahnya.   Kegiatan ini bukan hanya dapat dijadikan sebagai wahana untuk mencari solusi terhadap permasalahan Bangsa saat ini, tetapi juga merupakan Investasi masa depan Bangsa karena  Seminar Pemantapan Wawasan Kebangsaan menanamkan Nilai-nilai Nasionalisme, Cinta Tanah Air dan semangat Bela Negara kepada Generasi Penerus Bangsa.

Dengan telah tertanamnya Nilai-nilai tersebut, diharapkan secara bertahap akan terbentuk Ketahanan pribadi-pribadi atau Individu perorangan dalam berbagai aspek seperti Ketahanan Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan Pertahanan keamanan yang pada akhirnya secara akumulatif akan memberikan kontribusi terhadap perwujudan Ketahanan Nasional yang tangguh.

Lebih lanjut Pangdam menyampaikan Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa besar yang mempunyai latar belakang sejarah yang panjang. Hal ini antara lain dibuktikan dari adanya kerajaan-kerajaan di wilayah Nusantara yang menjadi penguasa Asia Tenggara di masa lalu, sebelum terbentuknya Republik Indonesia.   Kita mengenal, kerajaan besar Sriwijaya pada abad ke-7 dan Majapahit pada abad ke-14.  Namun ironisnya kedua kerajaan besar itu pada akhirnya runtuh bukan disebabkan oleh invasi dan serbuan musuh dari luar, tetapi akibat terjadinya konflik dalam negeri yang berkepanjangan.

Baca juga:  Pangdam V/Brawijaya Kunjungi Yonkav-3 Tank

Namun sebaliknya, ketika seluruh kekuatan pemuda bersatu padu, berjuang bersama-sama, baik pada saat Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908 maupun pada saat peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, akhirnya perjuangan nasional yang dilandasi persatuan dan kesatuan yang kokoh tersebut, dapat membuahkan hasil yang gemilang yaitu Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

           Selain itu Pangdam juga mengingatkan tentang Perang Proxy atau Proxy War, yaitu sebuah konfrontasi antara dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan untuk mengurangi resiko konflik langsung yang beresiko pada kehancuran fatal. Biasanya pihak ketiga yang bertindak sebagai pemain pengganti adalah negara kecil, namun kadang juga bisa aktor non Negara (non state actor). Singkatnya, proxy war merupakan kepanjangan tangan dari suatu negara yang berupaya mendapatkan kepentingan strategisnya namun menghindari keterlibatan langsung suatu perang yang mahal dan berdarah.

Melalui perang proxy ini tidak dapat dikenali dengan jelas siapa kawan dan siapa lawan karena musuh mengendalikan non state actors dari jauh. Negara musuh akan membiayai semua kebutuhan yang diperlukan oleh non state actors dengan imbalan mereka mau melakukan segala sesuatu yang diinginkan penyandang dana untuk memecah belah kekuatan negara yang menjadi sasarannya.

Baca juga:  Danrem 082/Cpyj Terima Laporan Korps Pindah Satuan

Pangdam memberikan contoh dan indikasi proxy war yang telah berlangsung di Indonesia dalam bermacam bentuk, seperti:  Gerakan Separatis yang berupaya untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, Demonstrasi Massa yang berlangsung selama ini tidak semuanya memiliki tujuan dan permasalahan yang jelas.  Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia diyakini memiliki keterkaitan dengan strategi proxy war, hal tersebut dilakukan untuk merusak generasi muda Indonesia sehingga bangsa Indonesia di masa depan tidak memiliki generasi yang berkualitas tinggi.

Selanjutnya Pangdam juga memberi contoh di bidang pendidikan dan generasi muda, masih banyak kita temui adanya perkelahian dan aksi anarkis antar pelajar dan mahasiswa. Kehidupan generasi muda terutama di kota-kota besar sudah tercabut dari akar budaya bangsa Indonesia, mereka dilanda kehidupan bergaya Barat atau Korea, baik itu dalam gaya hidup, pakaian, makanan maupun kesenian dan kebudayaannya.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai luhur budaya bangsa Indonesia itu sudah dimiliki sejak dahulu kala jauh sebelum Indonesia merdeka, yang kemudian dirumuskan menjadi Pancasila yang juga menjadi dasar Negara dan falsafah hidup bangsa Indoneisa. Sebagai penutup, Pangdam menyampaikan pesan yang dapat kita jadikan sebagai landasan dan motivasi dalam mengemban amanah tugas dan tanggung jawab kita.   Pesan tersebut adalah dari Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman yaitu: “Berbuat Terbaik, Berani, Tulus dan Ikhlas”. Sebuah pesan singkat yang penuh makna, serta tetap relevan sepanjang masa, utamanya dalam pengabdian kita kepada tanah air.

Baca juga:  Koramil 04/Burneh Bangkalan Gelar Pengobatan Massal Gratis

Pada acara tersebut bertindak sebagai Moderator yaitu Dr. KPHA Tjandra Sridjaja Pradjonggo SH, MH (Ketua ILC) dan dihadiri juga oleh Kasgartap III/Surabaya, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan perwakilan generasi muda se-wilayah Jawa Timur.

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel