Skip to main content
Kodam IV/Diponegoro

Ada Pemandangan Baru Dalam Giat TMMD

Dibaca: 81 Oleh 11 Mei 2016Tidak ada komentar
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Pada tanggal 10 Mei 2016 pukul 08.15 Wib Babinsa Ramli 03/Wonosalam Kopka Sukamto  melaksanakan pendampingan terhadap anak-anak Paud terpadu Siwi Lestari Desa Trengguli, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Demak.

Dalam memberikan pemahaman sederhana sehingga anak mengerti dan mau belajar serta memotivasi dan memberikan contoh menulis kepada anak, sehingga anak memiliki keberanian untuk mengerjakan tugas dan Pengenalan Tentara, Apa itu TNI serta Memberikan Kenyamanan bagi Anak-anak agar lebih mengenal dengan TNI.

Anak-anak di usia emas ini harusnya belajar pra keaksaraan dengan metode yang menyenangkan. Anak-anak dalam masa usia emas ini perlu mendapat pengalaman belajar yang menyenangkan. Belajar yang lebih banyak bermain dan perkenalan lingkungan sekitarnya, bukannya belajar membaca menulis, menghitung yang memerlukan pemahaman pelik bagi sang anak.

“Maksudnya tidak boleh itu adalah memaksa anak belajar membaca dan menghitung sebelum dia siap, karena akan menghasikan pengalaman negatif yang akan berpengaruh pada perkembangan anak di kemudian hari,” ucap Sukamto.

Dikesempatan yang lain, saat berbincang dengan kepala Paud Dra. Lestari, saat ini banyak balita di PAUD sudah diajarkan calistung dengan cara yang kovensional oleh gurunya. Calistung itu menurut Lestari, harusnya diganti dengan belajar pra keaksaraan yang memang sesuai dengan kurikulum PAUD.

Baca juga:  Koramil 04/Tempel Bergerak Cepat Evakuasi Pohon Besar Yang Tumbang

Jadi menurutnya belajar di PAUD itu bukan seperti belajar di kelas-kelas SD, dimana ada guru di depan dan mendikte anak untuk menulis atau membaca. Untuk anak diusia balita ini harusnya belajar dengan cara yang menyenangkan dan tidak memberikan beban.

“Intinya yang boleh dilakukan mengajarkan lebih banyak kosa kata, mendongeng, membacakan buku cerita yang kreatif dengan ekspresif jangan membaca datar”, ucapnya.

“Yang diajarkan adalah menghitung atau membaca bunyi tanpa makna. Misalnya seperti cucu saya yang umurnya 2 tahun, dia bisa menghitung 1 sampai 5 tapi tidak diajarkan 2×2,” tambahnya.

Jika anak belajar dengan suasana yang tak menyenangkan maka akan berdampak psikologis saat mereka dewasa. Mereka akan bosan dan tidak suka membaca ataupun menulis.

“90 persen otak anak tumbuh itu sebelum 5 tahun, di usia itu kita memberikan pengalaman-pengalaman yang mennyenangkan. Bahagiakan anak-anak di masa itu,” katanya. (Kodim 0716/Demak)

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel