Skip to main content
Berita Satuan

Ahmad Yani Dikembangkan Jadi ”Floating-Eco Airport”

Dibaca: 1216 Oleh 21 Jun 2014Tidak ada komentar
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

 SEMARANG – Setelah bebe­rapa kali tertunda mewujudkan pengembangan Bandara Inter­nasional Ahmad Yani sejak 2013 hingga 2014, akhirnyapeleta­kan batu pertama dilaksanakan pada Selasa (17/6). Bandara yang baru itu akan jauh lebih luas di­bandingkan bandara yang lama. Bandara tersebut berada di sisi utara landasan pacu bandara yang lama.

Menurut Presiden Direktur PT Angkasa Pura I, Tommy Soetomo, Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang akan dikembangkan menjadi floating airport pertama di Indonesia dan ecoairport yang ramah ling­kungan.

“Tujuan pengembangan bandara ini adalah layanan terhadap penumpang men­jadi lebih maksimal. Jumlah penumpang pada 2013 ada 3,2 juta orang. Di sisi lain, luas terminal  penumpang  hanya6.700 meter persegi. Akibat­nya, bandara memang penuh sesak. Mohon maaf bisa terjadi ketidaknyamanan. Banyak penumpangyang tidak tertampung di dalam terminal, bahkan ke toilet pun antre,” ujarTommy.

Pengembangan Bandara Internasional Ahmad Yani akan selesai dengan target , 24 bulan, biayanya mencapai Rp 1,5 triliun. Luas terminal penumpang menjadi 58.652 meter persegi. Penumpang yang tertampung bisa menca­pai 6-7 juta per tahunnya. Dari data, kenaikan penumpang rata-rata 16 persen per tahun.

Baca juga:  Gatot Halal Bihalal Bersama Prajurit

“Saya akan mendaftarkan Bandara Internasional Ahmad Yani itu ke Green Building Council Indonesia karena mer­upakan bandara yang ramah lingkungan,” tuturnya.

Bandara itu nantinya memi­liki fasilitas counter 30 check-in, tiga aviobridge, empat countervisa on arrival (VoA), lima eleva­tor, satu travelator, dan tujuh eskalator. Lahan parkir pun sangat luas, mencapai 43.634meter persegi.

Pengembangan Bandara Ah­mad Yani itu menempati lahar, milik negara yang telah dikuasai TNI Angkatan Darat.

Tiga Gubernur

Pengembangan itu dilak­sanakan dalam tiga tahapan. Run away akan makin luas dan panjang dengan luas mencapai 72.522 meter persegi.

Sementara itu, apron bisa ditempati pesawat badan le­bar, tiga Airbus 330 dan empat Boeing 767. Sementara itu, bisa ditampung pula pesawat badan kecil, seperti empat Boe­ing 737 dan tiga MD 82 dengan satupropeller (ATR 72, DASH).

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menambah­kan, gagasan mengembangan bandara itu sudah ada sejak zaman Gubernur Jawa Tengah yang lama.

“Sudah ada empat gubernur yang berusaha ikut mewujud­kan pengembangan Bandara Ahmad Yani. Namun, baru sekarang  terwujud.  Semogagubernur setelah saya tidak mewarisi lagi,” tuturnya.

Baca juga:  Danrem 162/WB Pastikan Ketersediaan Oksigen Bagi Pasien Covid -19 di Wilayah NTB

Ganjar juga mengharapkan ada penerbangan langsung ke kota-kota besar dari Sema­rang.

“Saya berharap nanti ada penerbangan langsung ke Jed­dah. Untuk dalam negeri, saya harapbisa ada penerbangan ke Kalimantan Tengah. Di sana ada tujuh kabupaten. Orang-orang yang sakit ternyata dirawat di rumah sakit di Semarang. Ban­yak mahasiswa dari sana yang kuliah di Semarang,” ujarnya.

Di dunia wisata, di Jawa Tengah ada Borobudur, juga wisata religius. “Dari Walisongo, empat sunan ada di Jawa Tengah. Orang Buddha bisa sembahyang di Borobudur, se­mentara orang Hindu berdoa di Prambanan ataupun Dieng,” tutur Ganjar.

Kerja sama antara PT Ang­kasa Pura I dan TNI AD (Kodam IV/Diponegoro) itu akan berlaku hingga 30 tahun. Kerja sama itu nanti bisa diperpan­jang. Mengenai pembagian hasil dari pengoperasian ban­dara, semua sudah diatur da­lam kesepakatan kerja sama.

Menteri Perhubungan EE Mangindaan menambahkan, Bandara Internasional Ahmad Yani memang strategis dan bu­kan milik Jawa Tengah saja.

“Bila sudah terwujud, ini bisa mengurangi kepadatan Bandara Soekarno-Hatta. Saat ini, ada 13 bandara untuk pen­erbangan sipil yang dikelola PT Angkasa Pura I. Bandara untuk militer ada 26 buah,” ucapnya.

Baca juga:  Tradisi Pembaretan Prajurit Yonif 403/WP

Di Bandara Ahmad Yani, ada sembilan maskapai pener­bangan lokal dan satu maska­pai internasional, AirAsia. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menjelaskan, ban­dara itu semula milik penjajah Belanda. (SU Herdjoko), Sumber Koran: SinarHarapan (19 Juni 2014/Kamis, Hal. 05)

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel