Pada tanggal 16 Juni 2015, Angkatan Darat menylenggarakan sebuah event penting dan penuh makna di daerah latihan Martapura, Sumatera Selatan yaitu demonstrasi pertempuran darat. Bagi militer, termasuk TNI AD, sebenarnya kegiatan seperti ini merupakan hal yang biasa, karena tuntutan profesinya mengharuskan dilaksanakannya latihan sebagaimana tugas pokok dan salah satu fungsi utamanya, yaitu pertempuran.
Daerah latihan Martapura sendiri merupakan salah satu daerah latihan yang sering digunakan oleh TNI AD untuk menyelenggarakan latihan puncak dimana seluruh kesenjataan yang dimiliki oleh TNI AD diintegrasikan untuk membentuk sebuah tim pertempuran yang lerigkap ,guna melaksanakan sebuah operasi pertempuran darat.
Namun kegiatan kali ini merupakan sebuah langkah maju dan terobosan baru yang dilakukan oleh TNI-AD karena mengundang Presiden RI beserta beberapa menteri, para pejabat daerah, elemen masyarakat dan para atase pertahanan negara sahabat. Hal ini menyerupai kegiatan tahunan yang dilakukan oleh Angkatan Darat Jepang atau Japan Ground Self Defence Force (JGSDF) di lereng Gunung Fiiji, yaitu Puji Firepower Exercise. Sebuah demonstrasi kemampuan dan kekuatan persenjataan JGSDF di hadapan masyarakat Jepang dan para Atase Pertahanan negara lain untuk Jepang, sebagai bentuk pertanggung jawaban JGSDF kepada rakyat Jepang yang membiayai mereka, sekaligus show of force mereka kepada negara lain. (lihat: http://www.mod.go.jp/gsdf/ english/firepower. html).
Inilah kelihatannya, pesan yang juga ingin disampaikan oleh TNI AD kepada rakyat Indonesia yang menjadi “ibu kandung” sekaligus membiayai mereka untuk terus berkembang menjadi semakin modern. Tersirat bahwa TNI AD terus melangkah maju berbenah dalam kerangka reformasi internal untuk menjadi alat negara yang professional, modern, efektif, efisien, transparan dan akuntabel sebagai bagian dari masyarakat yang demokratis. Kegiatan-kegiatan taktis dan strategis TNI AD yang selama ini sangat lekat dengan kerahasiaan dan jauh dari publikasi, sekarang-pada konteks tertentu mulai dibuka untuk dinilai oleh masyarakat.
Secara kodrati, militer negara manapun akan tetap menjaga kerahasiaan doktrin, strategi dan taktik kemiliteran maupun pengembangan sistem persenjataan, termasuk TNI AD. Kemampuan dan kekua tan militer yang didapat melalui latihan memang sebenarnya bukan sesuatu yang untuk dipertontonkan, melainkan untuk diimpemen tasikan dalam menunaikan tugas menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah negara. Namun ada momentum tertentu dimana sebuah alat negara, termasuk milliter, harus mempertanggung jawabkan apa yang diamanahkan oleh rakyat kepadanya. Hal inilah yang sepertinya mulai dilakukan oleh TNI AD dengan didasari kesadaran bahwa mereka harus mempertanggung jawabkan amanah rakyat kepada si pemberi amanah.
Jatidiri TNI
Terkait dengan jati diri TNI sebagai tentara rakyat, tentara pejuang dam tentara nasional yang professional, TNI AD dibangun dan terus dikembangkan kekuatan dan kemampuannya oleh rakyat melalui pemerintah yang mengelola dan mengalokasikan anggaran negara yang berasal dari pajak rakyat. Hal tersebut tentu saja didasari oleh harapan besar agar TNI AD menjadi semakin professional, modern, efektif dan efisien sehingga mampu menjadi garda terdepan sekaligus benteng terakhir dalam rangka menegakkan kedaulatan serta menjaga keutuhan wilayah NKRI dari setiap ancaman sebagaimana tuntutan tugas pokoknya.
Pada hari itu, di hadapan Presiden RI sebagai kepala negara yang dipilih langsung oleh rakyat, beberapa menteri, anggota DPR, pejabat daerah dan Atase Pertahanan negara sahabat serta para awak media cetak dan elektronik,TNI AD mempertanggung jawabkan apa yang telah diamanahkan oleh rakyat melalui pemerintah. Pertan-gung jawaban itu diwujudkan melalui demonstrasi kekuatan dan kemampuan professional keprajuritan dalam melaksanakan tugas pokok dan salah satu fungsi utama TNI AD, yaitu pertempuran.
Menurut Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal TNI Gatot Nurman-tyo, demonstrasi pertempuran itu juga merupakan salah satu upaya TNI AD untuk terus meningkatkan kualitas dan profesionalisme prajurit secara terus menerus demi terlaksananya tugas pokok pada masa yang akan datang. Hal itu juga sebagai wujud dari kesungguhan TNI AD untuk mempertanggung jawabkan uang rakyat yang diamanahkan dalam bentuk penambahan anggaran belanja, karena alokasi dukungan dana untuk pembelian beberapa alutsista baru tentu saja harus diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia prajurit agar mampu mengoperasionalan nya secara professional untuk menunjang pelaksanaan tugas-tugas negara.
Hal ini barangkali juga bisa dilihat sebagai sebuah ajang pembuktian TNI AD atas hasil survey LSI pada awal tahun yang menempatkan TNI bersama dengan KPK sebagai institusi yang mendapatkan kepercayaan publik paling tinggi pada saat ini. Sebuah langkah strategis internal yang sangat positif dari TNI AD untuk memelihara momentum kepercayaan publik tersebut, untuk ‘merebut kembali’ hati rakyat yang ‘sempat hilang’ akibat distorsi peran di masa lalu. Wmning heart and mind of the people.
Diplomasi Militer
Diundangnya para Atase Pertahanan negara sahabat pada kegiatan demonstrasi pertempuran itu juga memiliki nilai yang sangat strate gis. Tidak berselang lama setelah berhasil mengangkat dirinya pada level yang tinggi melalui dominasi atas negara-negara maju dalam event lomba tembak internasional AASAM di Australia, TNI AD mencoba untuk memperkuat deterrent effect nya dengan kegiatan show of foree di hadapan pada Atase Pertahanan negara lain. Dua event yang berurutan ini merupakan sebuah keberhasilan diplomasi militer yang sangat strategis bagi negara Indonesia secara umum di pentas hubungan internasional, karena dalam politik internasional, kekuatan dan kemampuan militer suatu negara masih dipandang secara signifikan dalam menentukan posisi suatu negara di atas pentas dunia.
Pentingnya diplomasi militer ini pernah disampaikan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono pada sebuah acara di Mabes TNL “Meskipun Indonesia akan mengedepankan diplomasi dan pendekatan “soft power”, tetapi Indonesia tetap harus mengembangkan sistem pertahanan yang tangguh. Kalau kita ingin damai, maka kita harus pula bersiap untuk perang, manakala ada kekuatan lain yang mengancam keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia,”
Dalam konteks yang agak sedikit berbeda, rasanya benar pendapat J. Suryo Prabowo dalam bukunya Modernisasi TNI AD mengatakan bahwa modernisasi persenjataan, termasuk peningkatan kualitas latihan, dilakukan bukan karena adanya ancaman militer dari negara lain, yang pada hakekatnya adalah sahabat. Kegiatan semacam itu justru dilakukan untuk membangun diplomasi niiliter guna mencegah kemungkinan terjadinya penyelesaian konflik dengan cara-cara militer. Civis Pacem Parabellum
Bagi mayoritas prajurit, interaksi secara langsung dengan seorang Presiden yang sekaligus sebagai Panglima Tertinggi TNI, merupakan kesempatan yang sangat langka untuk didapatkan. Pengarahan Presiden Jokowi kepada prajurit secara langsung di daerah latihan setelah pelaksanaan demonstrasi, memiliki nilai positif sebagai bentuk kedekatan antara pemimpin dengan yang dipimpin. Bagi para prajurit, interaksi langsung itu akan memberikan dampak psikologis perhatian besar yang diberikan oleh Presiden kepada mereka. Bagi Presiden sendiri yang berlatar belakang sipil, walaupun secara otomatis telah memegang kekuasaan tertinggi atas TNI, momentum interaksi langsung dengari prajurit di “rumahnya prajurit” yaitu medan latihan juga akan semakin memberikan kenyamanan psikologis.
Terlepas dari tujuan dan pesan positif yang ingin terus dibangun oleh TNI AD tersebut, kegiatan demonstrasi pertempuran di Martapura merupakan sebuah event yang sangat bagus untuk terus dilakukan agar masyarakat awam menjadi lebih paham akan kekuatan dan kemampuan yang dimiliki oleh angkatan perangnya, sekaligus lebih bangga dan merasa dekat dengan ‘anak kandung’ mereka serta merasa terlindungi. Tidak bisa lagi dipisahkan oleh kepentingan-kepentingan lain demi menjaga tetap tegaknya kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.
Semoga TNI AD menjadi semakin professional, modern, efektif dan efisien serta menjadi kebanggaan rakyat Indonesia. (Penulis adalah Kasubdis Lisstra Dispenad-Sumber: HU Pelita)