JAKARTA, tniad.mil.id – Selalu dekat dengan masyarakat merupakan salah satu kunci keberhasilan tugas Satgas Pamtas Yonif Raider 300, seperti yang dilakukan oleh personel Pos Wembi yang membantu warga dalam membuat tepung sagu secara tradisional.
Demikian disampaikan Dansatgas Pamtas RI – PNG Yonif Raider 300/Bjw Mayor Inf Ary Sutrisno, S.I.P., dalam keterangan tertulisnya di Jayapura, Kamis (19/9/2019).
Diungkapkan Sutrisno, kegiatan tersebut dilaksanakan oleh sejumlah personel dari Pos Wembi dibawah pimpinan Serka Riki saat melakukan anjangsana ke Lau Bogor, salah satu tokoh masyarakat di Kampung Wembi, Distrik Mannem, Papua, Selasa (17/9/2019).
“Saat personel kita anjangsana ke rumahnya Lau Bogor, kita sempatkan untuk membantu pembuatan tepung sagu secara tradisional bersama keluarga salah satu tokoh masyarakat tersebut,” katanya.
Lulusan Akmil 2002 ini pun menjelaskan, selain bertujuan untuk mempererat silaturahmi, kegiatan tersebut juga merupakan bukti kedekatan kita (TNI AD) dalam hal ini Satgas Pamtas Yonif R 300/Bjw dengan warga masyarakat papua.
“Sejak Satgas Yonif R 300 bertugas disini, kita terus dekatkan diri dengan masyarakat dan membantu semua kesulitan mereka. Apabila kita dekat dengan masyarakat, tentunya akan membantu kesuksesan pelaksanaan tugas kita disini,” tegas Ary.
Ia berharap, dengan terus berinteraksi dengan masyarakat, kita jadi lebih mengenal lebih jauh tentang karakteristik dan budaya asli masyarakat disini, sekaligus untuk mempererat hubungan silaturahmi.
Berdasarkan laporan dari anggota di lapangan, tutur Ary, selama kegiatan pembuatan tepung sagu di rumah keluarga Lau Bogor, mereka sangat senang bahagia karena baru kali ini prajurit TNI membantunya dalam pembuatan sagu.
Kepada anggota kita, lanjutnya, Lau Bogor pun menjelaskan proses pembuatan dari tahap awal sampai menjadi tepung sagu yang ternyata cukup sulit.
Lau Bogor menjelaskan bahwa Proses pembuatan tepung sagu tidak mudah karena harus melalui beberapa tahapan atau proses. Diantaranya pemilihan pohon sagu harus benar-benar pohon yang sangat tua.
“Minimal usia sudah mencapai 5 tahun pohon sagu baru bisa di tebang, dikarenakan semakin tua pohon sagu tersebut maka semakin banyak tepung sagu yang akan dihasilkan,” ujar Lau Bogor.
Selanjutnya, pohon sagu dipotong- potong agar memudahkan proses penggilingan dengan alat khusus dan menjadi ampas agar memudahkan proses penyaringan. Selanjutnya di campur air dan diendapkan supaya terpisah antara air dengan tepungnya.
“Karena sulitnya pembuatan tepung sagu, selama ini kami hanya membeli dan menikmati yang sudah jadi,” imbuhnya.
Namun demikian, tambah Lau Bogor, dengan kedatangan personel Satgas ke rumahnya dan membantu proses pembuatan tepung sagu, memacu dirinya untuk terus melestarikan pembuatan tepung sagu secara tradisional yang selama ini merupakan tradisi keturunan dari nenek moyang mereka.
“Hari ini saya termotivasi karena di bantu oleh bapak TNI, untuk terus melestarikan cara pembuatan tepung sagu secara tradisional,” katanya.
“Terima kasih kepada personel Pos Wembi yang sudah membantu dalam proses pembuatan sagu secara tradisional,” pungkasnya. (Dispenad).