Kabut asap masih tersebar di wilayah Kalimantan dan Sumatera, dua pulau besar di Indonesia. Banyak keluhan berdatangan dari masyarakat, menuntut kinerja cepat pemerintah menanggulangi asap yang terjadi akibat kebakaran hutan itu. Saat ini, melalui TNI dan aparatur terkait lainnya, negara sudah mencoba menanggulangi bencana tersebut.
Namun demikian, perlu konsistensi tinggi menangani peristiwa yang terjadi tiap tahun di 18 tahun terakhir ini. Merujuk pada pernyataan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, banyak kendala menjadi penghalang pemadaman api dan penanggulangan asap. Salah satunya lahan gambut di area pembakaran hutan, medium itu mampu menyimpan bara api di dalam tanah yang mengakibatkan kepulan asap meski nyala api telah dipadamkan.
Karena di lahan gambut itu dalamnya bisa 8 meter, karena di atasnya padam, di dalamnya kering, baranya masih di bawah. Jadi begitu dipadamkan apinya ada asap yang muncul, beber Gatot, di Jakarta.
Untuk menanggulangi hal tersebut, ada rekayasa hujan yang telah diamanatkan Presiden Joko Widodo pada TNI. Namun, musim kemarau mengakibatkan sedikitnya gugusan awan di atas lahan yang ingin dihujani. Padahal, dalam rekayasa hujan memerlukan awan sebagai medium yang ditaburi garam dan mempercepat proses hujan.
Di sinilah perlu ketekunan pemerintah, contohnya dalam mengamati jumlah gumpalan awan di atas kedua pulau itu. Jika terjadi penggumpalan, TNI bisa bereaksi cepat menabur garam di awan, sehingga hujan bisa turun.
Sekedar info, TNI saat ini telah menurunkan sekitar dua ribu personil memadamkan kebakaran hutan. Mereka semua disebar di Kalimantan dan Sumatera, daerahnya meliputi Riau, Jambi, Sulsel, Kalteng dan Kalsel. Semuanya sudah berjumlah 2.659, ujar Gatot.
Dengan jumlah tersebut, mantan KASAD itu berharap permasalahan asap bisa segera teratasi. Terlebih, personil TNI sudah ditugaskan membuat kanal-kanal yang ditargetkan selesai 10 hari ke depan. Hal tersebut berguna memotong persebaran titik api sehingga kebakaran tak semakin meluas.
Diketahui, kebakaran di lahan-lahan Kalimantan dan Sumatera memang unik, mengingat sifat lahan gambut mampu menyimpan bara api sampai kedalaman 8 meter di dalam tanah. Sekat kanal akan menyebabkan tanaman gambut dalam kondisi basah dan ada persediaan air. Kementerin lain juga turun tangan membantu TNI untuk melakukan upaya ini.
Pembangunan sekat kanal akan dilakukan di dua daerah, yaitu Jabiren Raya dan Sebangau Kuala, Pulang Pisau, Kalimantan Selatan. Menurut data BNPB ada sekitar 1.508 titik api di seluruh Kalimantan Selatan yang mayoritas berada di dua daerah, yaitu Pulang Pisau sebanyak 616 titik api dan Kapuas 366 titik api.
TNI sudah menyiapkan satu batalion Zeni dan ekseavator untuk pembangunan sekat kanal. Alat berat akan ditambah dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta swasta, ujar Gatot.
Sebelumnya, Presiden telah memberi amanat pada TNI, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan pemerintah daerah untuk mengutamakan pencegahan sebagai solusi yang lebih efektif mengatasi kebakaran hutan dan lahan. Selain sekat kanal pemerintah juga akan membantu dengan penyediaan alat-alat pompa pemadam kebakaran. (Sumber: HU Indo Pos)