Skip to main content
Berita Satuan

Gatot Waspadai Pangkalan Militer Asing

Dibaca: 6923 Oleh 02 Jul 2015Tidak ada komentar
TNI Angkatan Darat
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Komisi I DPR menyetujui Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai panglima TNI pada hari Rabu tanggal 1 Juli 2015 . Keputusan ini akan di­serahkan kepada Badan Musya­warah dan kemudian dibawa ke rapat paripurna untuk ditetapkan sebagai keputusan resmi DPR.

Dalam uji kepatutan dan kela­yakan sesi pertama, Gatot mene­gaskan komitmennya membangun kekuatan Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara (AU) secara se­rentak dan sesegera mungkin. Langkah tersebut bertujuan agar TNI mampu mengontrol, mengawal, dan menjaga nusan­tara. Menurut dia, pentingnya membangun kekuatan kedua ang­katan itu disebabkan Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di daerah ekuator.

Apalagi, Indonesia memiliki garis pantai kedua terpanjang didunia, yaitu 95.181 kilometer dan luas laut mencapai 5,8 jutakilometer persegi. Adanya pangkalan militer lain di sekitar kawasan laut Indonesia juga harus diwas­padai,kata Gatot. Gatot merujuk pada pangkalan militer Cina di Laut Cina Se­latan dan pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin, Australia. Pangkalan-pang­kalan itu, menurut dia, jadi bukti kedua negara mulai melirik Indonesia yang dike­nal kaya akan sumber daya alam.

Baca juga:  Presiden Joko Widodo Buka KTT IORA, TNI Perketat Pengamanan

Jadi, tidak ada alternatif lain kecuali fokus membangun kekuatan AU dan AL agar Indonesia memiliki keunggulan di laut dan udara. Gatot me­nambahkan, sisa cadangan energi yang terus menurun membuat semua negara ber­gantung pada energi pengganti. Saat ini, lebih dari 70 per­sen konflik berlatar belakang perebutan energi fosil. Pada masa yang akan datang, lan­jutnya, konflik akan bergeser pada perebutan energi hayati, pangan, dan air. Indonesia mesti siap menghadapi ancam­an luar karena memiliki ketiga energi itu.

Jika terpilih, Kepala Staf AD ini berjanji mewujudkan cita-cita Presiden Joko Widodo menjadikan Indonesia se­bagai poros maritim dunia. Gatot menambahkan, sela­ma ini ada pandangan bahwa pembangunan angkatan ber­senjata dilakukan setelah eko­nomi kuat. Ia meluruskan pan­dangan tersebut. Ia meng­klaim, kekuatan angkatan ber­senjata diperlukan meskipun keadaan ekonomi lemah.

Dengan angkatan bersen­jata yang tangguh, Gatot me­nilai, roda ekonomi bisa ber­jalan sebab angkatan bersen­jata membantu mengatasi hambatan. Dengan demikian, pemenuhan kebutuhan ang­garan besar untuk angkatan bersenjata perlu segera dipe­nuhi.

Perihal memodernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista), Gatot menjelaskan hal ini dilakukan dengan pem­belian alutsista baru dan opti­malisasi alutsista yang ada. Ia pun menyebut moderni­sasi akan tergantung pada kompleksitas ancaman yang akan dihadapi dan menyesuai­kan dengan asumsi kekuatan ideal dunia. Ia menilai, ini sesuai komitmen pemerintah yang akan menaikkan anggaran militer mencapai 1,5 persen dari PDB.

Baca juga:  Panglima TNI : “Bangga...Prajurit Wanita TNI Tidak Terlibat Narkoba”

Gatot juga berjanji akan mengutamakan industri per­tahanan nasional. Hal tersebut demi kemandirian industri da­lam negeri. Pembelian alutsista dari luar negeri, lanjutnya, hanya akan dilakukan jika industri dalam negeri tidak mampu memproduksi. Pembelian itu juga harus mengisyaratkan transfer tek­nologi dan pengetahuan. Mo­dernisasi, jelas Gatot, selalu mengacu pada doktrin. Oleh karena itu, pembenahan dok­trin prajurit perlu dilakukan secara terus-menerus untuk menjaga validitas dan rele­vansi doktrin.

Untuk peningkatan pem­binaan satuan dilakukan salah satunya dengan meningkatkan kemampuan dasar prajurit yang meliputi kemampuan mahir menembak, kemampuan bela diri militer, dan peng­operasian teknologi.

Anggota Komisi I DPR Supiadin Aries Saputra mendu­kung adanya penambahan alutsista, tetapi ingin hal itu dilakukan menyeluruh. Poli­tikus Nasdem ini mengatakan, selama ini fokus utama pe­merintah untuk meregenerasi alutsista hanya di darat. Padahal, paling vital un­tuk ditingkatkan adalah alut­sista udara dan laut. Ia me­nyarankan agar audit pertama kali dilakukan pada alutsista udara. Hal itu bisa dimulai dengan melakukan klasifikasi tingkat kelayakan armada militer milik AU, dari yang layak sampai dengan yang paling tak layak.

Baca juga:  Panglima TNI : Pemuda Harus Menjadi Pemersatu Bangsa

Dia menduga, kebanyakan pesawat tempur dan pesawat pengangkut milik AU, sudah waktunya pensiun. Kebanyakan pesawat pengangkut kita (AU) itu sudah tua. Sudah nggak layak lagi. Pesawat tempur kita juga ba­nyak yang gak bisa maksimal, ujar Supiadin.  (Sumber: HU Republika)

 

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel