
KRI dr Soeharso, kapal perang jenis rumah sakit dikirim untuk pertama kalinya ke luar negeri guna menjalankan misi kesehatan. Membawa petugas medis terbaik dari tiga matra TNI, Timor Leste jadi negara tujuan pertama. Semua yang terbaik itu untuk mempererat hubungan dengan sahabat lama.
KRI dr Soeharso diperkirakan tiba di Dili, Timor-Leste, Jumat, 29 Januari 2016, setelah mengarungi lautan selama empat hari dari Markas Komando Armada Timur TNI Angkatan Laut, Surabaya. Kamis, 28 Januari 2016, posisi KRI sudah rftasuk perairan Timor-Leste.
Merapatnya KRI di Pelabuhan Laut Dili merupakan sejarah bagi KRI yang mulai beroperasi tahun 2002 tersebut. Pasalnya, inilah kali pertama KRI berlabuh di luar negeri, untuk menjalankan tugasnya, memberikan pelayanan kesehatan bagi rakyat Timor-Leste yang direncanakan dimulai Sabtu, 30 Januari hingga Senin, 1 Pebruari 2016, di Pelabuhan Laut Dili.
Di dalam negeri, kemampuan KRI sudah berulang kali teruji. Saat musibah tsunami menerjang Aceh tahun 2004, kemudian ketika gempa bumi terjadi di Sumatera Barat tahun 2009, hingga yang paling akhir memberikan pelayanan kesehatan bagi korban asap kebakaran lahan di Kalimantan, tahun lalu.
Setiap tahun, dalam operasi Surya Bhaskara Jaya, KRI juga memberikan pelayanan kesehatan bagi warga di pulau-pulau di perbatasan dan pulau yang pelayanan kesehatannya belum optimal. Seantero negeri sudah dikelilingi oleh kapal tersebut.
Semua itu dapat dilakukan KRI karena fasilitas yang ada di KRI sama dengan rumah sakit tipe C. Di dalamnya di antaranya terdapat lima ruang operasi, enam poliklinik, dan tempat tidur untuk pasien sebanyak 40 tempat tidur.
Tak hanya itu, dua kapal landing crajt unit dan helikopter selalu disiagakan di dalam KRI untuk mendukung operasi pelayanan kesehatan. Ini pula yang tampak di KRI dr Soeharso saat melakukan misi pelayanan kesehatan di Timor-Leste.
Namun, KRI saja tidak cukup untuk sahabat lama. Kementerian Pertahanan bekerja sama dengan TNI juga menerjunkan petugas medis terbaik dari tiga matra TNI. Ini ditambah petugas medis PNS dari Tim Kesehatan Kementerian Pertahanan.
Mereka semua ikut serta di dalam pelayaran KRI dr Soeharso. Total 250 personel, termasuk di dalamnya 45 dokter umum dan spesialis. Dokter spesialis yang ikut pun cukup lengkap, di antaranya spesialis mata, telinga, hidung, dan tenggorokan, bedah, penyakit dalam, anak, dan kulit.
Dari TNI Angkatan Darat (AD), petugas medis terbaik itu dari Rumah Sakit Pusat TNI AD (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta, dan Batalyon Kesehatan 2/2 Kostrad. Sementara dari TNI Angkatan Laut (AL), petugas medis terbaik dari RSAL dr Ramelan, Surabaya, dan Batalyon Kesehatan 1 Marinir. Adapun dari TNI Angkatan Udara (AU), petugas medis terbaik diambil dari RSAU Hardjoloekito.
Semua dokter yang ditugaskan dari RSPAD di dalam misi ini adalah dokter-dokter senior dengan jam terbang tinggi. Mereka juga sering terlibat dalam misi pelayanan kesehatan di dalam dan luar negeri, termasuk di dalamnya saat bencana terjadi, ujar Kepala Departemen Mata RSPAD Kolonel (CKM) dr Donny Aldian.
Donny sendiri merupakan salah satu anggota tim dokter dari RSPAD yang ditugaskan mengecek kesehatan calon presiden dan calon wakil presiden saat pemilu presiden tahun lalu.
Hal senada dikatakan Kepala RSAL dr Ramelan Laksamana Pertama dr Nalendra. Kemampuan dokter yang dilibatkan dalam misi ini dari RSAL dr Ramelan tidak perlu diragukan lagi. Mereka sarat pengalaman di bidang masing-masing, ujarnya
Misi kemanusiaan
Begitu pula yang disampaikan Kepala Kesehatan Komando Operasi TNI AU I Kolonel (Kes) dr Iwan Trihapsoro. Misi ini misi kemanusiaan. Misi ini juga penting untuk merekatkan hubungan dengan Timor-Leste. Terlebih Timor-Leste adalah sahabat lama Jadi tidak mungkin, pihak kami tidak mengirimkan dokter dan petugas medis yang terbaik, katanya.
Menyatunya petugas medis terbaik dari ketiga matra itu sekaligus merupakan peristiwa yang langka terjadi. Apalagi untuk pelayanan kesehatan di luar negeri, ini pertama kalinya.
Semua menyatu menjadi satu tim di Timor-Leste. Bahkan nanti saat bertugas, semua akan mengenakan pakaian yang sama. Tidak ada yang memakai seragamnya saat bertugas nanti, ujar Ketua Panitia Misi Pelayanan Kesehatan di Timor-Leste sekaligus menjabat sebagai Direktur Kesehatan, Kekuatan Pertahanan, Kementerian Pertahanan Brigadir Jenderal dr Hardjanto.
Semua yang terbaik itu merupakan jawaban atas permintaan dari Menteri Pertahanan Timor-Leste Cirilo Cristovao yang dilayangkan kepada Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dalam suratnya, Juli 2015. Di surat itu, Cirilo mengharapkan misi kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi tentara Timor-Leste, veteran, dan keluarganya, serta masyarakat umum.
Sejak surat itu diterima, misi pelayanan kesehatan ke Timor-Leste langsung dipersiapkan. Persiapan diintensifkan sebulan terakhir, kata Wakil Ketua II Panitia Misi Pelayanan Kesehatan ke Timor-Leste Kolonel (CKM) dr Asrofi S Surahman.
Bahkan di dalam kapal, pada saat pelayaran menuju Timur Leste, persiapan terus dimatangkan. Sekalipun kapal tak berhenti bergoyang ombak, rapat digelar setiap hari untuk memantapkan misi di Timor-Leste.
Ketika kapal merapat di Pelabuhan Dili, persiapan itu sudah tuntas, tinggal pelaksanaan. Selain diterima di KRI dr Soeharso, tenda darurat juga dipasang di dermaga guna menampung pasien yang datang berobat.
Menurut Hardjanto, tim medis bisa mengobati pasien hingga 2.000 orang. Obat-obatan yang variatif jenisnya juga telah disiapkan untuk itu.
Sebelum Timor-Leste merdeka, tahun 2002, permusuhan dan pertikaian kerap mewarnai. Korban timbul dari kedua belah pihak. Namun, kini sejarah kelam itu telah lama berlalu. Kedua belah pihak pun terus mencoba merekatkan hubungan Indonesia mencoba dengan memberikan yang terbaik dalam misi pelayanan kesehatan untuk Timor-Leste. Selamat bertugas!.(Sumber: HU Kompas)