Musim kemarau ternyata membawa berkah bagi petani di wilayah yang selama ini menjadi langganan banjir seperti di tatar Galuh Ciamis. Saat ini, produksi padi wilayah tersebut mengalami surplus sehingga sebagian dikirim ke luar wilayah.
Musim kemarau hasil panen masih tetap bagus karena banyak areal persawahan, terutama yang di wilayah lumbung padi bisa diselamatkan. Saat masa panen produksi padi mencapai 415.000 ton, masih surplus untuk kebutuhan sendiri. Ciamis juga menyangga daerah lain sebanyak 184.000 ton, kata Bupati Ciamis Iing Syam Arifien saat mengawali panen raya tatar Galuh Ciamis, Kamis kemarin.
Panen perdana itu dilakukan di kawasan persawahan Desa Purwajaya, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Ciamis. Dalam kesempatan itu ikut memanen yakni Komandan Kodim 0613 Rudi Jan Pribadi serta tim operasi khusus padi jagung kedelai (pajale).
Di wilayah Kecamatan Purwadadi yang merupakan salah satu lumbung padi tatar Galuh Ciamis saat ini produktivitas padi rata-rata mencapai 7 kuintal gabah kering giling (GKG) per 100 bata. Selain itu, Kecamatan Lakbok dan Pamarican yang termasuk sentra gabah Ciamis, juga sudah memasuki masa panen. Selama ini wilayah tersebut juga menjadi wilayah langganan banjir.
Iing mengatakan, dengan produksi beras melimpah, tidak ada kekhawatiran warga Ciamis kekurangan makan. Bahkan, tatar Galuh Ciamis, kata dia, menyuplai sebagian produksi beras ke daerah lain yang mengalami penurunan produksi.
Kawasan sentra padi Ciamis yang sebelumnya terancam akibat kekurangan air berhasil diselamatkan setelah ada bantuan mesin pompa air. Apabila tidak ada bantuan mesin, dipastikan produksi padi berkurang, katanya.
Panen hingga Oktober
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Ciamis Kustini mengungkapkan, panen raya mencapai puncaknya pada bulan September-Oktober. Sebagian besar kawasan yang tengah panen raya berada di wilayah lumbung padi Ciamis.
Saat ini hamparan sawah yang siap panen masih sangat luas. Sekarang memang baru panen perdana, selanjutnya akan terus panen. Puncaknya pada bulan September-Oktober, tuturnya.
Dia mengungkapkan, musim kemarau mengakibatkan banyak persawahan yang mengalami kekeringan. Dari sekitar 35.000 hektare sawah di tatar Galuh Ciamis sampai dengan pekan kedua Agustus tercatat 4.830 hektare yang mengalami kekeringan, terdiri atas 1.936 hektare puso atau gagal panen dan gagal tanam. Sementara, lainnya dalam kategori terancam.
Saat ini, kata dia, sawah dengan pengairan irigasi teknis mencapai 10.323 hektare, setengah teknis 2.537 hektare, irigasi perdesaan 1.400 hektare dan lainnya adalah sawah tadah hujan. Persawahan yang irigasi teknis tidak begitu mendapat kendala karena pasokan air masih cukup. Sebaliknya, untuk sawah tadah hujan, sebagian tidak bisa panen atau puso, kata Kustini. (Sumber: HU Pikiran Rakyat)