Cerita Satgas Pamtas Yonif 621/Manuntung dari Perbatasan RI-Malaysia
Batalyon Infanteri (Yonif) 621/Manuntung adalah satuan tempur jajaran Kodam VI/Mulawarman yang berkedudukan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sejak Agustus 2022, satuan ini diperintahkan untuk mengemban tugas mulia menjaga kedaulatan negara di wilayah Nunukan, Kalimantan Utara, sebagai Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) RI-Malaysia. Kini, genap tujuh bulan sudah Yonif 621/Manuntung menjalankan tiga tugas pokok utama yang dibebankan di pundak 450 prajurit yang tersebar di 16 pos itu. Tugas pertama yaitu menjaga 4.202 patok perbatasan. Kedua, mencegah segala bentuk kegiatan ilegal seperti illegal logging, illegal mining, human trafficking, penyelundupan barang terlarang. Ketiga, mencegah terjadinya disintegrasi bangsa di sepanjang 362,07 kilometer wilayah perbatasan. Meskipun beban tugas yang diamanatkan cukup berat mengingat medan yang dihadapi meliputi kawasan hutan, gunung, lembah hingga sungai berarus deras yang menantang, namun Yonif 621/Manuntung bertekad menyelesaikan penugasannya dengan baik dan tuntas.
Dansatgas Pamtas Letkol Inf Deny Ahdiani Amir mengatakan, tekad tersebut sejalan dengan motto Yonif 621/Manuntung yang berbunyi “Awal Sampai Akhir”. Dimana menurut sejarah satuan, istilah ‘Manuntung’ berasal dari Bahasa Banjar ‘Tung-Tung’ yang artinya tuntas. Motto tersebut juga sejalan dengan motto Kodam VI/Mulawarman “Gawi Manuntung Waja Sampai Kaputing” yang memiliki kesamaan makna dengan “Do it until it’s done”, atau yang dimaknai prajurit dengan bekerja keras sampai tuntas.
“Jadi, ‘Awal Sampai Akhir’ bermakna setiap tugas pokok yang diberikan kepada batalyon kami, harus diselesaikan dari awal sampai akhir, sampai dengan tuntas,” ujarnya. “Contohnya, untuk mencegah disintegrasi bangsa di wilayah perbatasan, kami lebih menggunakan metode Pembinaan Teritorial (Binter). Diantaranya melakukan penyuluhan kepada warga, serta pelatihan di sekolah-sekolah dengan menjadi Tenaga Pendidik (Gadik), dan mengajar PBB, Pramuka, Wawasan Kebangsaan, dan Bela Negara. Tujuannya untuk menumbuhkan nasionalisme dan cinta tanah air masyarakat perbatasan. Nah.. personel Gadik ini sudah kita siapkan sebelum berangkat, dan akan bertugas sampai masa penugasan kami berakhir,” lanjut Dansatgas mengejawantahkan makna ‘tuntas’ yang ia maksud.
Kegiatan teritorial lain yang dilakukan Satgas Pamtas diantaranya melakukan anjangsana/pendekatan pada tokoh adat dan masyarakat setempat, kerja bakti atau pembangunan bersama warga, kegiatan sosial untuk warga yang membutuhkan, seperti Jumatan Keliling dan Jumat Berkah (membagikan nasi kotak kepada tukang becak dan pedagang kaki lima), serta banyak kegiatan lainnya. Harapannya, keberadaan Satgas Pamtas dapat bermanfaat bagi warga perbatasan. Meskipun dalam melaksanakan tugasnya, tak jarang para prajurit juga menghadapi kendala di lapangan.
“Untuk pos-pos yang lokasinya di perairan, seperti Pos Simantipal misalnya. Untuk membeli logistik, belanja kebutuhan, maupun patroli patok, mereka butuh sarana transportasi air seperti long boat. Kita sudah ajukan ke Komando Atas terkait itu, semoga secepatnya terdukung,” ungkap Deny. “Tapi kami bersyukur, terlepas dari kendala tadi, masyarakat menerima kami dengan baik. Indikasinya, banyak respon positif yang diterima anggota kami di lapangan. Mereka juga selalu antusias setiap kita mengadakan kegiatan, terutama pelayanan kesehatan. Sudah dua kali kami adakan yaitu di Lumbis dan Sebuku. Bahkan kami sampai kewalahan dan nyaris kekurangan obat-obatan karena animo masyarakat begitu tinggi,” kenang Perwira berpangkat melati dua ini seraya menyebut pihaknya terpaksa membatasi waktu pelayanan sebagai solusi darurat kala itu.
Meskipun hingga Maret 2023 ini pencapaian Satgas Pamtas cukup memuaskan, termasuk berhasil menggagalkan penyelundupan sabu dengan jumlah fantastis yaitu seberat 20,8 kilogram, namun Letkol Inf Deny tak berniat menurunkan tensi kewaspadaan pasukannya. Justru ia berencana memperketat pengamanan internal untuk mencegah/meminimalisir pelanggaran di kalangan anggotanya sendiri menjelang akhir masa penugasan. Sementara untuk mengatasi kejenuhan anggota, Deny mencoba melakukan rotasi personel dari satu pos ke pos lain yang berbeda karakteristik medannya.
“Kami rolling, yang tadinya di pos air jadi ke darat, demikian juga sebaliknya. Sebagai refreshing lah untuk mereka, mencegah kecemburuan juga. Agar pengabdian kepada masyarakat bisa lebih maksimal lagi,” terangnya. “Saya juga berharap masyarakat, khususnya di Lumbis, Simanggaris atau Sebatik, jangan berkecil hati. Yakinlah pemerintah tetap memperhatikan warga perbatasan, dan kami (Satgas Pamtas) hadir disini untuk membantu kesulitan Bapak Ibu sekalian. Jadi, tetaplah menjadi Warga Negara Indonesia, dan jangan tergiur dengan keuntungan sedikit, lantas menggadaikan NKRI,” pesannya.
Merespon harapan tersebut, Sekretaris Camat (Sekcam) Sebatik Tengah, Andi Supardi, S.Pd. M.Pd. mengaku, terjunnya prajurit Satgas Pamtas ke lapangan untuk bertemu dengan masyarakat, sedikit banyak berpengaruh pada tingkat kepatuhan warga akan himbauan yang diberikan. “Alhamdulillah masyarakat perbatasan dekat dengan prajurit TNI yang menjaga perbatasan. Karena mereka (prajurit Satgas Pamtas) mau datang ke masyarakat, bukan hanya berdiam di posnya. Sering juga adakan bakti sosial atau bagikan Bansos, jadi masyarakat terbantu dan akrab dengan mereka,” pungkas Andi seraya menyebut pemerintah daerah siap mendukung penuh program-program Satgas yang menjangkau masyarakat, seperti misalnya pelayanan kesehatan.
Dokter Satgas Pamtas Lettu Ckm dr. I Komang Gede Triana Adi Putra mengungkap bahwa di Kabupaten Nunukan ini, akses kesehatan memang sangat dibutuhkan masyarakat. “Kendala utama disini, jarak serta minimnya SDM Tenaga Kesehatan (nakes) di lapangan. Contohnya di Kecamatan Lumbis, untuk berobat ke dokter, masyarakat harus jalan berjam-jam ke Puskemas. Terkadang juga dokternya tidak ada, yang ada bidan atau nakes lain. Sementara di semua pos kami pasti ada Bintara Kesehatan (Bakes) atau Tamtama Kesehatan (Takes) yang standby. Jika pengobatannya membutuhkan saran medis profesional, mereka pasti konsul ke saya dulu,” ujar dr. Komang menjelaskan alasan banyaknya warga yang lebih memilih berobat ke pos-pos Satgas Pamtas.
Sementara itu, kendala yang dihadapi Satgas Pamtas dalam memberikan pelayanan kesehatan berkisar pada ketersediaan obat dan transportasi menuju lokasi. “Solusinya, untuk yang pos air, kami terpaksa sewa perahu untuk kesana. Sedangkan untuk obat-obatan, jika ada cadangan stok dari Dinkes, akan sangat membantu, guna meningkatkan derajat kesehatan warga,” kata prajurit asal Bali ini seraya berharap kedepannya fasilitas kesehatan di perbatasan makin banyak dan mudah diakses warga.
Terkait keseharian prajurit, secara gamblang diceritakan Letda Inf Agus Arianto selaku Komandan Pos (Danpos) Bambangan. Menurutnya, hari-hari patriot NKRI ini diisi dengan kegiatan ibadah seperti sholat berjamaah, yasinan, dan lari sore atau bermain voly bersama warga kampung. “Kadang kami anjangsana ke masyarakat. Kami juga berkebun dan membuat kolam Lele. Lumayan lah untuk kegiatan anggota supaya tidak jenuh,” terangnya sambil menjelaskan satu persatu jenis tanaman buah dan sayur yang tumbuh subur di halaman Pos Bambangan.
Meskipun mengakui terdapat sedikit perbedaan karakteristik masyarakat setempat dengan masyarakat di homebase, namun menurut Agus itu hanya dinamika yang mudah diatasi dengan pengaturan yang tepat. “Kalau disini, pagi-pagi masyarakat sudah berangkat ke kebun sawit atau membentang jala mencari rumput laut, sore atau malam baru pulang. Jadi kami ketemu masyarakatnya baru sore hari. Ya.. kami maksimalkan silaturahminya pada waktu-waktu itu,” tandas Perwira Pertama yang mengaku akan merindukan keramahan warga Sebatik yang mayoritas bersuku Dayak Tidung itu. (Penum Dispenad)