![](https://tniad.mil.id/konten/unggahan/2015/01/Kapendam-V-Brawijaya.jpg)
Indonesia kaya luar biasa, sebuah karunia yang diberikan Tuhan YME kepada Indonesia dengan segala potensi alamnya. Namun potensi alam yang melimpah itu menjadi sebuah ironi karena faktanya belum bisa benar-benar dinikmati hasilnya oleh rakyat di negeri ini. Amatlah menarik pernyataan Presiden Jokowi mengenai ironi sumber daya ini. Presiden RI ke-7 ini menyatakan : “Negara kita kaya dengan sumber daya alam, kita negara agraris tetapi faktanya semuanya kita impor, mulai dari beras, gula, kedelai, jagung dan lain-lainnya. Apa lagi yang kita tidak impor sekarang ini? padahal sebetulnya ada potensi, ada kemampuan kita untuk swasembada, kekuatan untuk madiri itu ada tetapi itu tidak kita wujudkan karena tidak ada kebijakan publik yang baik dan tepat. Target swasembada pangan sudah tidak dapat ditunda agar impor dapat ditekan, sekaligus memberdayakan sektor pertanian di dalam negeri.” kata Jokowi lagi.
Dilihat dari luas wilayah, Indonesia tentu tidak bisa dibandingkan dengan Vietnam atau Thailand yang luas wilayahnya jauh lebih kecil. Namun, dua negara tersebut mampu memaksimalkan luas wilayahnya untuk meningkatkan produksi pertanian khususnya beras yang berdampak pada keuntungan dari kinerja ekspornya. Komitmen mengupayakan bahan pangan dari produksi dalam negeri atau swasembada pangan diakui bukan persoalan mudah. Sejak pemerintahan sebelumnya mengakui, masalah kebijakan pangan nasional tidak pernah tuntas dilakukan. Kondisi ini diperparah dengan adanya fluktuasi harga dan kenaikan yang tidak wajar di pasar domestik maupun internasional.
Apa yang menjadi komitmen Presiden RI tentunya bukan sesuatu yang berlebihan, betapa kondisi saat ini kita selalu dihadapkan dengan tingginya harga sembako, impor beras, impor kedelai, impor jagung, impor gula dan yang lebih miris lagi impor garam. Pada Sektor Pertanian rakyat makin tidak berdaya dengan mahalnya biaya operasional, langka dan mahalnya pupuk serta sulitnya mendapakan bibit yang memiliki varitas unggul. Target swasembada sejumlah komoditas merupakan target ambisius sehingga kita mampu swasembada beras, jagung, dan kedelai dalam tiga tahun. Demikian juga Swasembada gula dan daging ditargetkan tercapai dalam lima tahun. Tidak ada yang salah dengan target-target itu dengan catatan harus ada ukuran capaian kinerja, langkah-langkah juga harus lebih fokus.
Apa yang telah dicanangkan oleh Jokowi-JK yang menempatkan sektor pertanian pada posisi penting guna mengembalikan kedaulatan pangan tentu harus diapresiasi. Sejauh ini pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah diantaranya : membagikan 9 juta hektare lahan ke petani, menambah kepemilikan lahan dari 0,3 ha menjadi 2 ha per keluarga petani, perbaikan irigasi di 3 juta ha sawah, membangun 25 bendungan, mencetak 1 juta ha sawah baru dan 1 juta ha lahan pertanian kering baru di luar Jawa-Bali, mendirikan bank pertanian, mendorong industri pengolahan, serta membangun 1.000 desa berdaulat benih dan 1.000 desa menggunakan bahan organik. Rencana tersebut sangat bagus, karena memang saat ini realitasnya produksi pangan pada posisi tidak mengalami perubahan.
Pembangunan pada sektor pertanian menjadi sesuatu yang sangat penting dan strategis. Pembangunan pertanian telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional. Belajar dari pengalaman masa lalu dan kondisi yang dihadapi saat ini, sudah selayaknya sektor pertanian menjadi sektor unggulan dalam capaian meningkatkan kesejahteraan rakyat. Membuka lahan baru dan memperbaiki serta membangun infrastruktur irigasi memang membutuhkan waktu dan butuh anggaran besar. Demikian juga untuk mendapatkan aneka varietas produksi pertanian yang memiliki nilai tinggi diperlukan riset dengan dana besar. Banyaknya lahan yang berpotensi sebagai lahan pertanian beralih fungsi menjadi daerah perumahan maupun daerah industri juga menjadi tantangan yang harus dicarikan win win solution dari berbagai pihak. Kebutuhan anggaran yang besar juga tidak memungkinkan memperbaiki/membangun irigasi dalam satu tahun anggaran. Tetapi harapan besar akan terwujudnya swasembada pangan sangatlah besar dan tinggi, hal ini dibuktian dengan keseriusan TNI yang mendapatkan perintah langsung dari Presiden RI untuk mendukung tercapainya target swasembada pangan dalam 3 tahun kedepan. Tidak kurang dari 2 kali Presiden memerintahkan TNI terlibat aktif mendukung swasembada pangan ini, yang pertama pada saat pertemuan di Istana Bogor, dan terakhir pada saat Presiden memberikan arahan kepada peserta apel Danrem, Dandim terpusat di Pangkalan Bun Kalteng beberapa waktu lalu.
Karena itulah TNI AD akan all out dalam mendukung kebijakan pemerintah untuk mensukseskan swasembada pangan sebagaimana disampaikan oleh Kasad dalam kunjungan kerja di Kodam V/Brawijaya Rabu kemarin. Kasad Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menegaskan bahwa TNI AD melalui Bintara Pembina Desa (Babinsa) harus berperan dalam membantu petani di setiap desa, misalnya dalam membantu para petani dalam mencegah luapan air sungai akibat banjir yang berdampak pada kerusakan tanaman dan kerusakan tanggul, membantu pada pengamanan distribusi pupuk mulai dari pabrik sampai petani, membantu menjadi penyuluh pertanian, bersama sama masyarakat memperbaiki saluran irigasi agar suplai kebutuhan air persawahan cukup dan adanya upaya upaya perbaikan sarana jalan yang menjadi akses penting dalam sirkulasi transportasi dalam produksi pertanian.
Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Gatot Nurmantyo pada saat menghadiri panen raya bersama-sama petani Desa Kedung Arum Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro (21/1/2015) juga telah menyatakan, bahwa target swasembada pangan tidak mustahil akan tercapai dalam 3 tahun kedepan apabila sektor pertanian digarap dengan serius dan melibatkan unsur TNI sampai pada level paling bawah dalam hal ini Babinsa.
Kerja keras akan terus dilakukan oleh TNI AD, termasuk dalam meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam bidang pertanian. Sejauh ini unsur-unsur TNI AD diwilayah (Korem, Kodim dan Koramil) telah melaksanakan aksi bersama aparat Pemerintah Daerah dalam menjalankan instruksi Presiden, terlebih pada program-program sebelumnya jalinan kerjasama tersebut telah dapat dinikmati hasilnya oleh masyarakat baik itu TMMD, RTLH, Pengobatan Massal, Bakti Sosial maupun kegiatan lainnya. Terlepas dari semua komitmen itu kita juga memiliki keyakinan bahwa swasembada pangan akan sukses dengan sarat masyarakat juga memiliki komitmen yang sama dan bekerja keras dalam upaya meningkatkan kualitas produktifitas disektor pertanian dan tanaman pangan.
Oleh : Kolonel Arm Totok Sugiharto S.Sos
Kapendam V/Brawijaya