
Herman (50), warga RT 001/001 Dusun Cidahon Girang, Desa Mekarsakti, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, kini tetap bisa mengolah sawahnya meski musim kemarau membuat hujan tak kunjung turun. Pipa saluran air sepanjang 4 kilometer dari Sungai Ciletuh yang dikenakan prajurit Komando Cadangan Strategis Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (Kostrad) bersama masyarakat mampu mengairi sawah warga Mekarsakti.
Saluran yang dikerjakan bulan Februari-Maret lalu mengakhiri penderitaan warga Mekarsakti saat musim kemarau. Sawah dengan saluran irigasi, yang 12 tahun ditinggalkan pemborong, kini tak lagi menanti hujan turun untuk ditanami.
Sekarang kami bisa nyawah tiga kali setahun. Sekarang saja sudah bersiap-siap menanam. Padahal, biasanya kami baru mulai lagi menanam bulan November, kata Herman di Mekarsakti, Rabu, 19 Agustus 2015.
Herman memiliki sawah seluas 2.500 meter persegi yang menghasilkan 1,5 ton gabah kering panen (GKP) dan menjadi andalannya untuk menghidupi keluarga Berkat pipa air tersebut, Herman bisa terus mengolah sawahnya dan tidak perlu lagi bekerja serabutan saat musim kering seperti tahun-tahun sebelumnya
Ketua RT 001/006 Dusun Babakan Jati, Mekarsakti, Rusdi (37), yang memiliki sawah 1 hektar, menambahkan, produktivitas sawah pun akan meningkat. Pada musim tanam pertama dalam musim hujan, Rusdi biasa mendapatkan 8 ton GKP setiap panen dan menurun jadi 5 ton GKP pada musim tanam kedua karena hujan mulai jarang.
Berkat pipa air yang dibangun bapak-bapak TNI, kini kami bisa menanam padi tiga kali setahun, kata Rusdi, yang disambut anggukan tetangganya, Amun (50).
Infrastruktur tertinggal
Desa Mekarsakti berada di sekitar areal latihan Kostrad di Cibenda, Kecamatan Ciemas. Kondisi infrastruktur desa ini termasuk tertinggal
Bayangkan, berkendara mobil sejauh sekitar 60 kilometer dari Palabuhanratu ke Mekarsakti membutuhkan waktu 3 jam. Coba bandingkan dengan perjalanan Jakarta-Bandung melalui Jalan
Tol Cipularang sejauh 146 kilometer.
Aspal jalan ke Mekarsakti sudah terkelupas di sana-sini sehingga pengemudi harus mampu bermanuver memilih jalan yang bisa dilalui dengan aman.
Pasalnya, sebagian badan jalan sudah tergerus akibat longsor sehingga pengemudi harus hati-hati mengendalikan mobil agar tidak terperosok ke dalam lubang atau terguling ke jurang.
Areal persawahan yang terbentang luaspun terlihat kering. Memang ada warga yang membuat sumur sedalam 5 meter dan menyedot airnya dengan mesin pompa listrik untuk mengairi sawah pada musim kemarau.
Namun, lebih banyak warga yang pasrah tidak menanami sawahnya karena tidak mampu membeli mesin pompa listrik. Petani pun terpaksa bekerja serabutan. Ada yang tetap di sekitar desa atau merantau ke kota yang lebih ramai menjadi tukang bangunan.
Begitu miskin perhatian pemerintah daerah terhadap desa tersebut sehingga warga seperti tidak memiliki pilihan apa pun selain terpaksa menerima nasib. Sesungguhnya, Mekarsakti masih memiliki sumber air pada musim kemarau sekalipun.
Sungai Ciletuh yang berada di perbukitan di sebelah timur Mekarsakti sangat prospektif menjadi sumber air Sayang, tidak ada saluran air dari Sungai Ciletuh ke Mekarsakti.
Atas permintaan masyarakat, Panglima Kostrad Letnan Jenderal TNI Mulyono dalam rapat pimpinan TNI AD pada Januari 2015 mengusulkan kepada Menteri Pertanian untuk mendukung, pembangunan saluran irigasi dan pipanisasi sepanjang 4 kilometer dari Sungai Ciletuh ke Mekarsakti. Usul tersebut disetujui sehingga prajurit Kostrad pun mengerjakannya bersama rakyat selama dua bulan. Saluran air itu kini mengairi 1.200 hektar sawah tadah hujan dan 400 hektar padi huma (darat).
Mulyono, yang kini menyandang pangkat jenderal setelah menjabat Kepala Staf TNI AD, bertekad meneruskan kegiatan tersebut.
Mulyono, yang akrab dengan saluran air awah sejak kecil karena ayahnya mantri air di desanya, tidak ingin ada lagi sawah telantar hanya karena tidak ada saluran air.
Bersama rakyat
Program revitalisasi saluran air di Kecamatan Ciemas tersebut akan terus berlanjut. Saat ini, TNI AD dan Kementerian Pertanian menanti masyarakat menghibahkan lahan seluas 15 hektar untuk dijadikan waduk membendung Sungai Ciletuh. Apabila program ini berjalan, akan ada sawah seluas 4.000 hektar yang mendapat aliran aii1 sehingga bisa ditanami saat musim kemarau.
Tentara turun ke sawah tidak ada maksud apa-apa. Kepentingan tentara hanya satu, ikut menyejahterakan masyarakat, kata Mulyono sebelum menanam padi dengan Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Gatot Irianto di Mekarsakti, Rabu, 19 Agustus 2015.
Kehadiran TNI AD membantu petani agar lebih produktif merupakan bentuk kemanunggalan bersama rakyat untuk mewujudkan program swasembada pangan Presiden Joko Widodo. Tentu saja dukungan kementerian terkait dalam program TNI AD tersebut sebagai wujud kehadiran negara pun sangat dibutuhkan. (Sumber: Kompas)