Skip to main content
Kodam Iskandar Muda

Pangdam IM Beri Kuliah Umum 11.000 Mahasiswa Baru Unsyiah dan Uin Ar-Raniry

Dibaca: 347 Oleh 01 Sep 2014Tidak ada komentar
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Banda Aceh, Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI  Agus Kriswanto pada tanggal 29  s.d. 31 Agustus  2014  memberikan kuliah umum di depan 11.000  (sebelas  ribu)  mahasiswa baru di Universita   Syiah Kuala  (Unsyiah)  dan Univesitas Islam Negeri ( UIN) Ar-Raniry .Minggu (31/1).

Jenderal Bintang Dua Piawai dan sangat komunikatif dengan mahasiswa baru baik di Unsyiah maupun di UIN Ar – Raniry tentang  “Peran Pemuda Dalam Menghadapi Proxy  War”  kuliah umum  dengan materi  ini  sangat  penting sebagai bekal bagi mahasiswa generasi muda penerus bangsa dan calon pemimpin  masa depan,  sehinga perlu disiapkan pilihan jalan hidupnya dalam menghadapi problematika dan tantangan masa depan yang lebih komplek di saat menjadi  pemimpin bangsa 2045 yang akan datang.

Pangdam IM  menyampaikan bahwa Trend perang saat  ini adalah menghadapi proxy War, dimana  Proxy War  merupakan perang Jarak Jauh , perang antar dua pihak yang tidak saling berhadap-hadapan. Namun menggunakan pihak ketiga untuk mengalahkan musuh.  Perang  proxy atau proxy war adalah sebuah konfrontasi antar dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan mengurangi resiko konflik langsung yang berakibat kehancuran fatal.  Biasanya, pihak ketiga yang bertindak sebagai pemain pengganti adalah negara kecil, namun kadang juga bisa nonstate actors yang dapat berupa LSM, ormas, kelompok masyarakat, atau perorangan.  Lebih  jelasnya bahwa  Perang Proxy atau  Proxy War tidak dapat dikenali secara jelas mana kawan mana lawan. Di mana musuh menggunakan dan mengendalikan actor non state.

Baca juga:  Babinsa Ramil 15/Mpy Pantau Tanam Padi Sistem Legowo

Indikasi adanya Proxy War,  di antaranya gerakan separatis, demonstrasi massa, dan bentrok antar kelompok, bertambah  pesatnya  populasi penduduk dunia yang tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan, air bersih, dan energi akan menjadi pemicu munculnya konflik-konflik baru.  Konflik-konflik di belahan dunia terjadi akibat persaingan kepentingan antar negara untuk menguasai sumber energi. Salah satu contohnya, invasi Iraq ke Kuwait pada 2 Agustus 1990 merupakan jalan pintas untuk memulihkan ekonomi Iraq akibat turunnya harga minyak di pasaran internasional. Amerika Serikat mengkhawatirkan situasi itu akan menggoyang harga minyak dunia dan mengganggu pasokan minyak ke negaranya. Dengan berbagai dalih, akhirnya Amerika melakukan invasi ke Iraq dengan operasi militer yang dikenal dengan Operasi Badai Gurun (Dessert Storm).

Pada tahun 2013, British Petroleum (BP) mengeluarkan sebuah laporan yang  menyatakan bahwa sisa energi fosil  dunia  tinggal  sekitar 40 tahun, sedangkan sisa energy  fosil  di Indonesia tinggal 16 tahun. Sehingga  energy  dunia akan habis  pada  2053 dan Indonesia pada 2029 dengan asumsi bahwa kebutuhan energi dunia tidak meningkat. Padahal,  British  Petroleum (BP)  pada awal tahun ini memperkirakan bahwa  konsumsi energi dunia pada 2035 meningkat sampai 41 persen dari kebutuhan hari ini.  “Ketika energi fosil itu habis dan digantikan bio energi,  sasaran konflik akan mengarah pada lokasi sumber pangan yang sekaligus merupakan sumber energi. Indonesia adalah salah satu negara ekuator yang memiliki potensi vegetasi  sepanjang tahun akan menjadi arena persaingan kepentingan nasional berbagai negara, Untuk itu, diperlukan langkah antisipasi agar keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia terjaga yang  berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Baca juga:  Kunjungi Yonif RK 111/KB, Pangdam IM: Tugas Operasi adalah Kehormatan dan Kebanggaan

Pemuda sebagai tulang punggung bangsa harus menyadari bermacam-macam  tantangan dan ancaman bangsa. Dengan bersatu padu dan bersinergi menjaga keselamatan bangsa dan negara. Intinya,  ‘back to basic’ yaitu mengerti bahwa cinta dan peduli akan kepentingan negara harus menjadi kepentingan tertinggi di atas kepentingan segala-galanya. Para pemuda khususnya mahasiswa  serta insan civitas academika untuk menjadi agen perubahan menuju Indonesia yang lebih baik. Selain itu dapat mempersiapkan  pemuda dan  mahasiswa dalam menghadapi berbagai tantangan dan ancaman bangsa dengan mempersiapkan kualitas diri sesuai bidang ilmu masing-masing. Dengan  Sejumlah aksi yang dapat dilakukan oleh Mahasiswa untuk menangkal Proxy War diantaranya dengan selalu  mengidentifikasi dan mengenali masalah, melakukan gerakan pemuda berbasis wirausaha, dan mengadakan komunitas belajar serta merintis program pembangunan karakter yang berwawasan kebangsaan serta mampu memperkuat diri dan menyatukan tekad untuk mengawal program pembangunan nasional. Di antaranya dengan cara menjaga stabilitas negara serta menyebarkan energi sosial ini kepada seluruh elemen bangsa. Selain itu, dengan wawasan yang luas serta pengalaman nyata di lapangan untuk membentuk karakter   individu  kuat  yang akan mampu melawan dan menghancurkan   Proxy  War di Indonesia. Peperangan ini mungkin sudah menjalar di negara Indonesia.

Baca juga:  Satgas Yonif 407 dan Warga Renovasi Gereja Riam Sejawak

Demokrasi  baru yang lebih berdaya tahan dan tangguh adalah demokrasi yang mengedepankan empat hal, yaitu dialogis, partisipasi langsung masyarakat, turun ke bawah, dan digital. Keputusan yang diambil dalam sistem demokrasi ini berasal dari kesepakatan seluruh perwakilan masyarakat dan bukan berasal dari satu kelompok.

Dengan demikian di masa yang akan datang, dunia, negara, provinsi, Kabupaten/Kota, komunitas, dan lembaga akan bersama-sama membentuk “global forum” dalam semangat dan komitmen memilih tanpa harus menghakimi, menentukan tanpa harus menyalahkan, memutuskan tanpa harus merendahkan, menonjolkan tanpa harus meniadakan, unity in diversity (Bhinneka Tunggal Ika), dan semangat gotong royong. Semangat  inilah  yang  dibutuhkan  masyarakat dunia untuk menuju peradaban yang kuat dan madani penuh kehangatan dan kebersamaan. “Tegas Pangdam IM”.

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel