
Jatuhnya pesawat angkut Hercules milik TNI AU di Medan makin merontokkan kekuatan dirgantara Indonesia yang memang sedari awal rapuh karena sebagian besar sudah uzur. Tak hanya uzur, sebagian merupakan hasil pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) lewat skema hibah.
Demikian dikatakan Muradi, pengajar politik pertahanan dan keamanan Universitas Padjadjaran, Bandung, Menurut dia, langkah pengadaan alutsista dengan program Minimum Essential Forces (MEF) sejatinya adalah bagian dari menyiasati keterbatasan anggaran pertahanan. Namun, program itu terjebak dengan target pemenuhan kuantitatif dalam arti sebaran dan jumlah daripada penguatan kualitas alutsista yang lebih baik.
Oleh karena itu, kata dia, panglima baru TNI harus menjadikan modernisasi alutsista sebagai pekerjaan rumah yang serius. Pada konteks ini, panglima TNI melalui Kementerian Pertahanan juga harus menekankan pengadaan alutsista baru dan harus berani menolak semua skema hibah. Upaya itu dilakukan agar postur pertahanan Indonesia ke depan lebih baik dalam menjamin kedaulatannya.
Apalagi sejak awal, Presiden Jokowi telah berkomitmen menyokong pengembangan dan modernisasi pertahanan sebagai bagian dari penguatan poros maritim dunia yang menjadi visi negara, kata Muradi.
Senada dengan Muradi, skema hibah juga disayangkan Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanudin, yang ditemui terpisah di Jakarta. Menurut dia, pesawat F-16 yang terbakar di Pangkalan Udara Halim Peruanakusuma pada 16 April 2015 pun disebut merupakan hasil produksi yang sama dengan C130 Hercules. Kecelakaan-kecelakaan itu menunjukkan, pesawat terbang Angkatan Udara RI sudah harus direnovasi.
Mekanisme hibah sebaiknya mulai ditinggalkan dan pemerintah harus mulai berpikir membeli pesawat baru. Hibah jatuhnya lebih mahal. Lebih baik beli baru biarpun jumlahnya sedikit dan harus ada TOT (transfer of technology) agar ada nilai tambah untuk PT DI, ujarnya.
Hasanudin mengatakan, pesawat buatan Amerika Serikat tahun 1964 itu sudah terlalu tua. Seharusnya, kata dia, pesawat Hercules itu tak lagi digunakan untuk mengangkut orang maupun logistik meski Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, tempat pesawat itu berasal, menganggap pesawat laik terbang.
la meminta agar TNI Angkatan Udara mengajukan anggaran pembelian pesawat baru, khususnya pesawat angkut sebagai pengganti semua jenis pesawat Hercules yang saat ini masih dioperasikan. Saat ini, kata Hasanudin, Indonesia memiliki 10 pesawat Hercules dengan berbagai tipe dan tahun pembuatan. Semua pesawat Hercules dijadikan sebagai pesawat angkut militer.
Rencananya, dalam uji kepatutan dan kelayakan calon Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Komisi I DPR akan komitmen pimpinan TNI dalam peremajaan dan penggunaan persenjataan. Selain itu , kasus jatuhnya Herkules juga akan menjadi sorotan para wakil rakyat di Senayan. (Sumber : HU Pikiran Rakyat)