Skip to main content
Berita Satuan

Alutsista TNI Harus Diaudit Total

Dibaca: 1036 Oleh 01 Jul 2015Tidak ada komentar
TNI Angkatan Darat
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Presiden Joko Widodo (Jokowi)  menginstruksikan audit total alat utama sistem persenjataan (alutsista) milik TNI setelah jatuhnya pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara (AU) di Medan, Sumatera Utara (Sumut). Jokowi mengatakan, alutsista TNI yang sudah cukup tua harus segera dimodernisasikan agar kecelakaan tidak terjadi kembali.

Dari beberapa kali kecelakaan, kita harus  memodernisasi dan memperbarui ini akan kita audit  total, karena tidak sekali dua kali ini terjadi kecelakaan, tandas Jokowi saat kunjungan kerja di Cilacap, Jawa Tengah. Jokowi  mengaku  su­dah menanyakan kondisi  pesawat termasuk tahun pembelian pesa­wat tersebut. Me­nurut dia, pesawat tersebut dibeli pada 1964 bahkan pernah digunakan oleh Presiden Soekarno.

Jokowi juga mengaku telah men­dapatkan laporan  awal dari  Ke­pala Staf TNI  Angkatan Udara  (KSAU) di mana  seluruhnya  ma­sih  dalam proses  evakuasi dan identifikasi.  Laporan KSAU se­mua dalam proses, sekali lagi kita berduka dan turut berduka cita sedalam-dalamnya kepada keluarga yang ditinggalkan saat ini menjadi korban, ujarnya.

Komisi I DPR mengaku pri­hatin atas jatuhnya pesawat Hercules tipe Alfa 1310 milik TNI AU.  DPR menganggap bah­wa hal ini harus menjadi per­hatian dalam modernisasi alut­sista. Modernisasi alutsista ini harus meninggalkan pola hi­bah. Karena walaupun di upgrade, itu risikonya terlalu besar, kata Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddin di Gedung DPR, Jakarta.

Mahfudz mengatakan, sejak jatuhnya pesawat F16, Komisi I DPR melihat adanya suatu ur­gensi yang sudah tidak bisa di­tawar bahwa modernisasi alut­sista TNI harus segera dilaksana­kan. Namun terkait insiden ter­sebut, pihaknya belum dapat memastikan apakah Hercules itu merupakan hibah dari pemerin­tah Australia atau pesawat lama yang baru di retrofit.  atau (pesawat Hercules)   upgrade dari Singapura dua tahun lalu, ungkap Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPPPKS itu.

Baca juga:  Satgas Yonif R-641 Terima Kunjungan Kerja Kepala BIN Daerah Kalimantan Barat

Anggota Komisi I DPR Tubagus Hasanud­din berpendapat, jatuhnya Hercules di Medan disebabkan usia pesawat yang sudah tua. Pasalnya, pesawat tersebut dibuat pada 1954 di Amerika Serikat, kemudian diterima  pe­merintah   Indonesia   sekitar 1959-1960.  Itu sudah diope­rasikan  beberapa  kali ganti  me­sin  dan   sebagainya  dilakukan di Singapura. Itu tipe pendek,  kataTubagus.

Menurut dia, kondisi ini me­nunjukkan bahwa alat-alat ang­kut pesawat terbang TNI AU su­dah harus diperbarui. Pembaru­an tersebut sebaiknya tidak dilakukan dengan hibah, tapi dengan membeli baru. Pasal­nya, hibah membutuhkan cost yang lebih mahal karena ada Transfer of Technology (ToT). Sehingga ada nilai tambah untuk PT Dirgantara Indonesia,” ungkap Ketua DPD PDIP Jawa Barat itu.

Selain itu, lanjut Tubagus, pesawat tipe 13 short juga per­nah jatuh di daerah Wamena lima tahun silam, tapi kali itu ti­dak diketahui publik. Jadi, ujarnya, seperti apa pun pesa­wat lama tersebut di overhaul ataupun diperbaiki, tetap memiliki batasan usia penggunaannya. “Tapi memang sudah uzur, sudah waktunya diganti, ada batas umurnya,” tandasnya.

Menurut  Tubagus,  alutsista  baik  pesawat,  meriam, tank, senjata berat,  maupun  kapal perang  memiliki balas waktu penggunaan. Maksimal waktu penggunaan  alutsista yakni  20 tahun. Karena itu, jika usia  su­dah mencapai 15 tahun maka  harus ada  persiapan untuk penggantinya.  Mengenai  kela­yakan alutsista yang ada saat ini, dia menyatakan hal  itu bisa menjadi pro dan kontra karena akan ada yang berpendapat alutsista yang ada masih layak dan perlu diperbaiki saja. Sebaliknya, ada juga yang berpikiran bahwa alutsista perlu diperbarui.

Baca juga:  Ciptakan Etos Kerja Yang Sehat, Serka Yulianto Bersama Aparatur Desa Karau Bersih-Bersih Lingkungan

Menurut dia, dengan kondisi ekonomi negara yang sudah cukup baik dan cukupnya anggaran, sudah saatnya Indonesia membeli alutsista yang baru.  Saya ingin tekankan sesuai janji Pak Jokowi untuk anggaran pertahanan akan dinaikkan. Sekarang ini baru 0,81% dari PNB akan dinaikkan 1,2-3%, ujarnya.

Pengamat militer dan in­telijen Susaningtyas Kertapati mengatakan, pemerintah ha­rus memberikan atensi kepada alutsista TNI AU karena tidak ada kata tunggu diudara.  Kalau sudah jatuh, ya fatal. Uji kelayakan kembali pesawat AU yang ada. Ini sangat penting sekali, katanya.

Mantan anggota Komisi I DPR ini menduga ada dua  ke­mungkinan dalam insiden ter­sebut, yakni human error karena secara teknis kurang menguasai medan. Kemungkinan lainnya  bisa juga karena umur mesin. Kalau pemeliharaan dan perawatan (harwat)-nya tidak bagus, bisa bagus dan rusak. Ja­di menurut saya, pesawat yang ada harus ditingkatkan adalah harwatnya. Yang baru akan di­beli, ya beli yang tingkat kela­yakan bagus dan panjang umur­nya. Lebih bagus lagi beli baru, ujarnya.

Pengajar politik pertahanan dan keamanan Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Muradi berpendapat, jatuhnya pesawat angkut Hercules milik TNI AU di Medan makin meron­tokkan kekuatan dirgantara In­donesia yang memang sedari awal rapuh  karena sebagian besar berusia uzur.  Sebagian lagi  merupakan pengadaan alursista lewat skema hibah yang pesawatnya juga sudah berumur, kata Muradi.

Baca juga:  Mutasi Jabatan 51 Pati TNI

Menurut dia, langkah peng­adaan alutsista  dengan prog­ram  Minimum Essential Forces (MEF) sejatinya adalah bagian dari menyiasati keterbatasan anggaran pertahanan. Namun, program  tersebut terjebak de­ngan target  pemenuhan  kuan­titatif, dalam arti  sebaran dan jumlah dari pada  penguatan kualitas  alutsista yang lebih baik, namun memiliki kele­luasaan dalam penggunaan ka­rena dibeli dalam bentuk baru.

Pada konteks, inilah mengapa kemudian pengadaan alutsista lewat skema hibah yang selama ini hanya mengejar kuantitas tanpa memperhatikan    kualitas  dan   kemampuan dalam  mengamankan ke­daulatan  Indonesia,  paparnya.  Karena itu, lanjutnya, Panglima TNI harus menjadikan moder­nisasi alutsista sebagai peker­jaan rumah yang serius.

Pada konteks ini, Panglima TNI melalui Kementerian Per­tahanan juga harus menekan­kan pengadaan alutsista baru dan harus berani menolak se­mua skema hibah.  Agar postur pertahanan lndonesia kedepan lebih baik dalam menjamin ke­daulatan, ujarnya.

Terlebih, sejak awal Presiden Jokowi telah berkomitmen un­tuk menyokong pengembangan dan modernisasi pertahanan sebagai bagian dari penguatan poros maritim dunia yang  men­jadi visi negara. Karena itu, amat baik jika mengombinasikan pro­duk industri pertahanan dalam negeri. Serta pengadaan alut­sista dalam skema pembelian baru dan langsung government to government agar dapat terjadi alih teknologi yang memperkuat basis industri pertahanan ke depan,  tandasnya. (Sumber: HU Seputar Indonesia)

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel