Skip to main content
Artikel

Pentingnya Pemeriksaan Psikologi bagi Calon Prajurit TNI AD

Dibaca: 3068 Oleh 23 Jan 2019Tidak ada komentar
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

tniad.mil.id – Seorang prajurit TNI Angkatan Darat adalah individu yang mengikat diri dengan komitmen untuk menjaga kedaulatan negaranya. Tidaklah mudah untuk menjadi seorang prajurit dan menjalani kehidupan sebagai seorang prajurit TNI Angkatan Darat. Calon prajurit TNI Angkatan Darat akan dididik untuk mengubah cara berpikir, bersikap, dan bertingkah laku. Dari yang semula rakyat sipil menjadi seorang prajurit TNI Angkatan Darat yang disiplin, jago perang, jago tembak, jago beladiri dan memiliki fisik yang prima serta militan, bermental baja dan dapat diandalkan dalam berbagai medan pertempuran, baik pertempuran hutan maupun kota.

Bukan hal yang mudah dan sederhana untuk menjalani kehidupan sebagai prajurit TNI Angkatan Darat. Sebagai contoh, perubahan pola hidup seperti latihan fisik yang terus menerus dilatih, kehidupan yang ketat dengan aturan ataupun komunikasi satu arah dimana perintah atasan adalah utama. Semua terdapat jenjang-jenjang aturan yang harus dilewati yang telah ditentukan oleh aturan yang telah ditetapkan, “kawin dengan aturan” adalah salah satu tantangan dari sekian banyak tantangan lain yang harus dijalani sebagai seorang prajurit TNI Angkatan Darat. Hal tersebut tentu menuntut ketahanan fisik dan mental dari seorang calon prajurit TNI Angkatan Darat.

“Pemeriksaan psikologi dapat melihat potensi dasar, kematangan emosi, dan kesiapan pribadi lainnya dari calon prajurit TNI Angkatan Darat” 

Selaras dengan yang dikatakan oleh Sun Tzu dalam bukunya The Lost Art of War/Sun Tzu II (Clearly, 1996), bahwa salah satu kunci kesuksesan dalam perang yaitu harus memperhitungkan kelelahan fisik dan mental. Kegiatan militer ditandai dengan beban fisik dan beban psikologis yang tinggi, sehingga memerlukan kebugaran fisik dan komposisi tubuh ideal, karena memiliki efek langsung pada kinerja militer (Plavina & Umbraško, 2016).

Dimana hal tersebut telah terangkum dalam prinsip Tri Pola Dasar yang diterapkan oleh TNI Angkatan Darat, maka dalam memilih prajuritnya TNI Angkatan Darat melakukan proses seleksi bagi para calon prajuritnya. Pentahapan seleksi dimulai secara berjenjang dari tingkat daerah sampai dengan tingkat pusat, dan dilaksanakan secara obyektif. Adapun tahapan seleksi masuk pendidikan yang harus dilaksanakan oleh para calon prajurit TNI Angkatan Darat adalah sebagai berikut:

  1. Penerimaan lewat kelengkapan administrasi untuk mengetahui identitas dan kelengkapan administrasi lainnya yang dipersyaratkan.
  1. Parade calon peserta seleksi bertujuan untuk menilai kelayakan calon peserta seleksi secara fisik.
  1. Pemeriksaan Kesehatan untuk mengetahui riwayat kesehatan dan kesiapan kesehatan yang bersangkutan untuk mengikuti proses pendidikan dan pelatihan.
  1. Diadakan Pemeriksaan Postur tubuh untuk mendapatkan penampilan yang ideal bagi seorang prajurit TNI Angkatan Darat.
  1. Tes Fisik melalui kesamaptaan jasmani A dan B guna mendapatkan calon prajurit TNI Angkatan Darat yang Samapta dan memiliki kesiapan fisik yang prima.
  1. Tes Akademik beberapa materi pelajaran yang pernah didapat pada pendidikan umum untuk mendapatkan calon prajurit yang berkemampuan akademi dan memiliki inteligensi yang sesuai.
  1. Tes Mental Ideologi, untuk mengetahui kesetiaannya terhadap Bangsa dan NKRI, serta Pancasila.
  1. Pemeriksaan Psikologi agar diperoleh data tentang taraf kecerdasan, sikap kerja, sosiabilitas, pengelolaan perasaan (emosi) untuk dibentuk menjadi seorang prajurit TNI Angkatan Darat yang cocok dalam bidang tugasnya maupun arahan jabatan.
Baca juga:  Antusiasme Warga Cinanas Bantu TNI Bangun Sarana Jalan

Pemeriksaan Psikologi 

Setiap manusia harus memiliki kemampuan untuk dapat menyesuaikan diri dengan apa yang dihadapinya, dan dengan orang lain yang berhubungan dengan dirinya. Seringkali menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan seorang prajurit menjadi persoalan yang besar, karena sulit baginya untuk dapat beradaptasi dengan setiap perubahan yang dialaminya dengan baik. Seperti mengubah pola hidup yang sudah membudaya, yang berkaitan dengan emosi, sikap, motivasi, nilai moral, dsb. Cara berpikir untuk mengatasi tekanan (stress) yang disebabkan oleh konflik yang mengarah pada frustrasi dan berpengaruh pada tingkah laku agresif, apatis, atau tingkah laku melarikan diri lainnya. Hal tersebut perlu diantisipasi dengan menelusuri kesiapan psikologis para calon prajurit TNI Angkatan Darat.

psikologi3

Sebagaimana kriteria yang dibutuhkan oleh calon prajurit TNI Angkatan Darat dari segi kesiapan psikologis, maka dibutuhkan suatu metode untuk menjaring aspek-aspek tersebut. Melalui metode pemeriksaan psikologi dapat melihat potensi dasar, kematangan emosi, dan kesiapan pribadi lainnya dari calon prajurit TNI Angkatan Darat, sehingga dapat mengukur kemampuannya untuk mengikuti pendidikan militer dan berkarir sebagai prajurit TNI Angkatan Darat. Mengutip dari Cardona & Ritchie (2007), sebenarnya pemeriksaan psikologi telah ada sejak jaman Perang Dunia I, melihat keadaan perang dan kekhawatiran tentang kecacatan secara psikis militer AS mengembangkan metode untuk secara cepat menyaring kesehatan mental para prajurit PD I dan II. James Cattell menyatakan perlunya dilakukan analisa statistik untuk melihat perbedaan kemampuan dari berbagai individu yang berbeda (Sokal, 1997). Untuk itu, di tahun 1890-an, Cattell yang telah menjadi profesor dan Kepala Departemen Psikologi Universitas Columbia, mengusulkan pelaksanaan suatu “tes mental” yang dilakukan berdasarkan prosedur yang terstandarisasi, dengan menggunakan norma-norma statistik, untuk mengukur kemampuan berpikir seseorang jika dibandingkan dengan orang lain (individual differences).

Terlepas dari berbagai kelemahannya, suatu tes yang terstandarisasi, terbukti lebih adil, lebih obyektif dan lebih akurat dalam memprediksi keberhasilan di masa depan, jika dibandingkan dengan pertimbangan pribadi dari satu atau beberapa orang saja (Coon & Mitterer, 2007). Berlanjut ke era Perang Dunia II, psikologi berkontribusi dalam dunia militer dengan mengembangkan alat tes yang digunakan dalam seleksi dan klasifikasi prajurit. Yaitu mentransformasikan Tes Kecerdasan Stanford-Binet menjadi Army Alpha Test dan Army Beta Test. Peran psikologi tersebut terus berkembang hingga kini yang juga diaplikasikan oleh TNI Angkatan Darat.

Baca juga:  Optimalisasi Binter di Jaman Now

“Kita tidak tahu apakah seseorang akan pandai dalam suatu pekerjaan baru hanya karena dia telah berhasil dalam pekerjaan Angkatan Darat lainnya di masa lalu”

Pengembangan dan penyempurnaan terus dilakukan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan personel yang tepat. Terdapat (3) tiga ranah yang perlu diperhatikan dari setiap individu, ketiga ranah tersebut adalah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan konatif (keterampilan). Keterpaduan yang seimbang dari ketiga ranah inilah yang diharapkan dapat membentuk kompetensi seorang prajurit TNI Angkatan Darat. Dalam hal ini salah satu dasar pemikiran mengapa menggunakan pemeriksaan psikologis untuk penugasan khusus seorang prajurit adalah karena kita tidak tahu apakah seseorang akan pandai dalam suatu pekerjaan baru hanya karena dia telah berhasil dalam pekerjaan Angkatan Darat lainnya di masa lalu (Vergun, 2015).

Saman (2010) menyebutkan dalam tulisannya, seleksi psikologi akan menilai kemampuan para calon prajurit dalam kaitannya dengan kriteria mental, sosial dan motivasi. Calon prajurit akan dinilai mampu atau tidaknya dalam menyesuaikan dengan iklim militer, merasa nyaman dalam iklim organisasi militer yang tentu memiliki tekanan yang cukup tinggi dan budaya militer yang berbeda jauh dengan budaya masyarakat sipil. Pemilihan kepribadian bertujuan untuk membuat pernyataan tentang tingkat (atau korespondensi) dari kecocokan kandidat ke dalam budaya organisasi militer. Dalam pemeriksaan psikologi tidak hanya melihat dari satu ketegori penilaian melainkan dinilai dalam beberapa kategori. Keragaman alat digunakan untuk menyaring potensi kepemimpinan, seperti kuesioner kepribadian, pemeriksaan bakat, minat dan inteligensi, serta prosedur pengamatan kelompok dan wawancara yang menghasilkan evaluasi kepribadian.

psikologi2

Pemeriksaan psikologi tidak hanya memandang dari satu sisi, seperti halnya tes inteligensi, karena tidak semua aspek terwakili dengan melakukan tes inteligensi. Tes inteligensi lebih banyak fokus pada kemampuan (ability) di berbagai aspek spesifik seperti verbal, numerik, analogi, dan lainnya. Sedangkan individu dilahirkan dengan berbagai sifat dan minat yang juga berperan penting dalam pengambilan keputusan individu. Banyak individu memiliki kemampuan dan kompetensi dalam mengerjakan suatu bidang pekerjaan, namun ia tidak akan bertahan lama karena memang tidak memiliki minat pada bidang tersebut.

Contoh kategori lain yaitu tes bakat, berfokus pada mengukur kemampuan yang lebih spesifik namun juga memberikan informasi kemampuan lainnya yang bersifat beragam (multiple) kemampuan. Tes bakat mengukur suatu sampel tingkah laku yang secara diagnosis dapat memprediksi perilaku lainnya dimasa yang akan datang. Sehingga fungsi tes bakat dapat digunakan untuk meramalkan performance seseorang dikemudian hari, yang meliputi:

  1. Kondisi atau serangkaian karakteristik yang dipersepsikan sebagai indikasi kemampuan individu dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan atau serangkaian respon dengan melalui latihan. Jadi bakat merupakan hasil interaksi antara hereditas dan pendidikan.
  1. Sifat atau kemampuan potensial yang ada dalam diri individu dan dapat berkembang apabila mendapatkan stimulasi yang tepat.
Baca juga:  Bubur Kacang Hijau, Satgas Yonif MR 411 Peduli Gizi Anak Merauke

Hal ini didapatkan dari hasil pengalaman dan proses belajar individu yang diukur dalam tes. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka disusunlah pemeriksaan psikologi yang dapat memberikan informasi mengenai ketertarikan individu terhadap bidang kognitif dan non kognitif, yang juga berperan penting dalam kelangsungan karir individu. Dari uraian singkat tersebut dapat disimpulkan bahwa penting untuk dilaksanakan pemeriksaan psikologi dalam proses seleksi calon prajurit TNI Angkatan Darat, paling tidak ada dua hal utama yang dapat disampaikan.

Pertama, penelusuran kepribadian yang diperoleh melalui pemeriksaan psikologi, dapat menjadi bahan pertimbangan dan prediksi, akan kemampuan dan kesiapan calon prajurit TNI Angkatan Darat untuk menghadapi tekanan yang akan dialami dalam pendidikan militer maupun iklim organisasi militer. Melalui penilaian tersebut dipertimbangkan guna meminimalisir terjadinya risiko kegagalan dalam pendidikan militer, maupun kegagalan prajurit dalam bertugas, seperti gangguan mental, mengundurkan diri, melarikan diri (desersi), dan risiko lainnya. Dengan kata lain, pemeriksaan psikologi terhadap seorang calon prajurit TNI Angkatan Darat dapat membangun pengetahuan yang dapat menginformasikan untuk strategi pengembangan pemimpin yang efektif, penilaian stabilitas afektif, dan kemampuan untuk menjalin hubungan sosial di masa depan. Sehingga akan memiliki dampak besar pada kinerja pekerjaan dan biaya pelatihan yang dikeluarkan. Tugas prajurit TNI Angkatan Darat yang penuh tekanan (stress), perlu diawaki orang yang memiliki resiliensi terhadap stres.

Kedua, pemeriksaan psikologi membantu memetakan calon prajurit TNI Angkatan Darat untuk mengisi posisi yang sesuai dengan dirinya (the right man on the right job).  Rangkaian pemeriksaan psikologi dilakukan bukan hanya untuk menguntungkan satuan TNI Angkatan Darat karena dapat memiliki orang-orang terbaik untuk mengisi posisi yang ada, tetapi juga menguntungkan calon prajurit TNI Angkatan Darat yang bekerja di dalamnya karena akan membuatnya bekerja sesuai dengan minat dan kemampuannya. Setiap orang pasti memiliki potensi, dan sepanjang didukung dengan motivasi dan semangat kerja yang positif, tentu ia akan sesuai dengan salah satu dari sekian banyak kesempatan penugasan yang ada. Memiliki calon prajurit TNI Angkatan Darat yang bekerja sesuai dengan keahliannya, akan membuat produktivitas kerja meningkat berkali-kali lipat, karena pekerjaan tidak lagi dianggap sebagai beban bagi mereka, tetapi sebagai pengalaman positif yang membantu mengaktualisasi diri mereka. (Dispenad/ Yudhagama)

Biodata Penulis

1

Brigjen TNI Arief Budiarto saat ini menjabat Kepala Dinas Psikologi Angkatan Darat.

Pendidikan umum yang pernah diikuti menyelesaikan S1 dan S3 di Fakultas Psikologi Unpad dan S2 di Universitas Pierre Mendes France, Grenoble, Perancis. Sedangkan pendidikan militer: Seskoad (1999/2000).

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel