Skip to main content
Artikel

Revitalisasi Nasionalisme di Era Globalisasi

Dibaca: 1168 Oleh 17 Nov 2017Desember 12th, 2017Tidak ada komentar
TNI Angkatan Darat
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Caption FOTO KASAD

 

Imunitas Bangsa (bagian-5).

Globalisasi telah mendorong suatu bentuk interaksi antar individu, kelompok dan bangsa yang menafikan dimensi ruang dan waktu. Globalisasi juga membawa era keterbukaan yang menjadikannya sebagai dua sisi mata uang terhadap konsep nasionalisme suatu bangsa. Selain mendorong kemajuan di berbagai bidang, globalisasi pun tak kuasa membendung masuknya berbagai pengaruh budaya dan paham asing yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa tersebut.

Nasionalisme yang bermakna rasa cinta seluruh tumpah darah Indonesia terhadap tanah airnya ini juga juga terdampak oleh globalisasi. Tekad tersebut diikrarkan pertama kalinya melalui Sumpah Pemuda oleh pemuda-pemudi Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928, yang mengakui, Satu Tanah Air Indonesia, Satu Bangsa Indonesia, dan Satu Bahasa yaitu Bahasa Indonesia. Tujuh belas tahun kemudian, pada tanggal 17 Agustus 1945, atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan yang luhur, maka tekad tersebut mewujudkan kemerdekaan Indonesia.

Nasionalisme sebagai imunitas bangsa telah menjadi booster kemerdekaan yang telah lama dicita-citakan oleh bangsa Indonesia. Nasionalisme bersama berbagai nilai luhur bangsa lainnya selanjutnya diabadikan dalam Pancasila, Dasar Negara dan ideologi bangsa Indonesia, yang merupakan pedoman sekaligus landasan dalam berperilaku guna mencapai arah dan cita-cita bangsa Indonesia.

Selama tujuh puluh dua tahun usia kemerdekaan Indonesia, tentunya nasionalisme bangsa ini tidak luput dari berbagai ujian. Apabila dahulu, nasionalisme adalah booster bagi perjuangan merebut kemerdekaan, maka saat ini, nasionalisme adalah roh dan semangat dalam mengisi mengisi kemerdekaan, sebuah tugas yang tidak lebih ringan.

Baca juga:  Heboh Bisa Tangkal COVID-19, Ini Beda Antiseptik dan Disinfektan!

Nasionalisme telah mendorong ribuan pelajar Indonesia di luar negeri untuk kembali dan membangun tanah airnya, mengabaikan tawaran-tawaran menggiurkan untuk bekerja dan tinggal di Negara maju. Nasionalisme juga telah menggelorakan semangat Jonatan Christie, salah seorang pebulu tangkis Indonesia, beserta para atlet lainnya untuk merebut emas sebanyak-banyaknya pada Sea Games 2017 yang lalu. Nasionalisme juga telah mengikat jutaan rakyat Indonesia yang lahir dan hidup di perbatasan yang jauh dari pembangunan untuk tetap guyub pada komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kondisi nasionalisme di era globalisasi ini menghadapi tantangan yang luar biasa. Konflik sosial yang dilatarbelakangi perbedaan etnis dan agama yang sudah hampir satu abad ini kita kesampingkan, kembali marak. Syak wasangka yang diakibatkan oleh hoax dan ujaran kebencian yang marak di media sosial menjadi santapan sehari-hari.

Era globalisasi yang serba modern juga telah menjadikan budaya tradisional bangsa Indonesia semakin terasingkan. Serbuan pop culture dari budaya asing yang bertubi-tubi membuat generasi muda Indonesia saat ini terkontaminasi dalam taraf akut. Salah satu contohnya adalah semakin kurang populernya penggunaan kebaya di kalangan remaja putri Indonesia dibandingkan dengan penggunaan pakaian dari budaya lain yang dianggap lebih kekinian dan lebih digandrunginya Korean Pop daripada wayang yang hanya dikonsumsi oleh generasi tua.

Baca juga:  TNI Turun ke Sawah

Sebaliknya, nasionalisme dapat menguat manakala nilai dan harga diri bangsa kita tersentuh. Pada saat terjadi Konflik Ambalat pada tahun 2005 dan saat terjadi insiden Bendera Merah Putih dipasang terbalik pada Buku Panduan Asean Games 2017 di Kuala Lumpur beberapa waktu yang lalu, secara serta merta, perhatian seluruh anak bangsa terfokus pada kejadian tersebut dan berusaha menunjukkan nasionalismenya dengan beragam cara.

Tentunya, kita harus bertanggung jawab atas fenomena nasionalisme di kalangan generasi muda ini, dengan turut aktif memperbaiki cara pandang generasi muda tentang nasionalisme sesuai dengan jamannya. Revitalisasi nasionalisme dapat dilakukan dengan menangkal berbagai ancaman perusak rasa cinta terhadap bangsa serta dengan menumbuhkan kebanggaan sebagai bangsa yang sejajar dengan bangsa lain di dunia.

Seluruh komponen bangsa juga harus bersinergi mendorong prestasi dan kreativitas di berbagai bidang dan menghargai setiap usaha mencapai prestasi tersebut juga merupakan langkah yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan kembali nasionalisme. Kita juga tidak boleh abai terhadap kesenjangan pembangunan maupun ekonomi diantara seluruh wilayah tanah air, agar seluruh tumpah darah Indonesia bisa mendapatkan kesempatan yang sama untuk menikmati pembangunan.

Nasionalisme sebagai imunitas bangsa hendaknya tidak hanya sebuah hasrat untuk bersatu, melainkan juga harus mengakomodasi, bersahabat, dan menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan jaman, seperti kebutuhan akan liberalisasi politik, menghargai keragaman dan hak asasi manusia.

Baca juga:  Bebas Galau Hadapi Kemarau

Tulisan tentang revitalisasi nasionalisme di era globalisasi ini mengakhiri 5 seri pembahasan tentang imunitas bangsa. Imunitas bangsa yang merupakan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia ini harus kita warisi dan kita tongkat estafetkan kepada para generasi penerus. Imunitas bangsa yang bermanifestasi dalam nilai-nilai yang terangkum dalam Pancasila ini harus terus dipupuk sebagai sumber kekuatan bangsa dalam menangkal setiap ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang datang dari dalam maupun dari luar negeri.

Kondisi sosial dan politik nasional yang bergejolak dengan kompleks dan dinamis ini merupakan akibat dari semakin jauhnya kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kita dari nilai-nilai Pancasila yang merupakan landasan dan dasar Negara kita. Tidak menutup kemungkinan kondisi tersebut semakin meningkatkan kerentanan Indonesia terhadap ancaman perpecahan yang pernah dialami oleh kerajaan-kerajaan besar yang pernah ada di tanah air dahulu.

Reaksi masyarakat Indonesia ketika terjadi konflik Ambalat yang menggugah rasa nasionalisme beberapa waktu yang lalu, merupakan contoh munculnya immunation secara alami. Namun, kondisi seperti itu biasanya hanya bersifat situasional dan temporer. Masih memerlukan sebuah konsep tata kelola yang sistematis untuk melestarikan dan merawat immunation oleh penyelenggara negara atau dengan istilah lain diperlukan sebuah konsep immunation by design agar senantiasa terjaga dengan baik.

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel