JAKARTA, tniad.mil.id – Anggota Satgas Yonif 711/Rks membantu Mahasiswa STKIP Gotong Royong Masohi yang baru selesai praktek mengajar di SMP Negeri Lisabata, menyeberangi sungai Miyaka.
Hal tersebut disampaikan Dansatgas Pamrahwan Yonif 711/Raksatama, Letkol Inf Fanny Pantouw, dalam rilis tertulisnya, di Maluku Utara, Sabtu (23/2/2019).
Diungkapkan Dansatgas, Miyaka merupakan sungai yang terletak di Kecamatan Pasania, merupakan penghubung antara Desa Galeh Galeh dengan Desa Lisabata.
“Saat akan kembali mengajar, beberapa (Mahasiswa STKIP) kesulitan menyeberangi sungai Miyaka yang sedang meluap,” buka Fanny.
“Mereka langsung mendatangi Pos Satgas, minta tolong agar membantu mereka menyeberang” imbuhnya.
Dikatakan Fanny, sungai tersebut merupakan satu satunya akses dari Negeri Lisabata menuju Kota Masohi, dan ketika sungai meluap atau banjir, secara otomatis semua aktivitas warga desa terputus. Termasuk karena tidak ada jembatan ditambah kedalaman dan permukaan sungai yang berpasir, kendaraan tidak bisa menerobos jika air meluap atau banjir.
“Saat itu (Jumat 22/2/2019), air sungai meluap, tidak ada jembatan dan kendaraan pun tidak yang bisa melaluinya. Secara otomatis jalur terputus,” ujarnya.
“Termasuk, beberapa warga juga mengalami kendala yang serupa dan minta bantuan Satgas untuk menyeberang,” imbuhnya.
Menurut Fanny, apa yang dilakukan oleh yang Mahasiswa STKIP (Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Kependidikan) Gotong-Royong Masohi tersebut menunjukan bahwa antara mahasiswa dan anggotanya begitu dekat.
“Ini mengindikasikan antara TNI dengan mahasiswa atau warga tidak ada jarak, manunggal satu sama lain, bahu – membahu dalam membantu mengatasi kesulitannya,” tandas Fanny.
Kemudian Fanny juga menegaskan bahwa seluruh jajarannya telah bertekad untuk siap setiap saat membantu masyarakat dalam mengatasi kesulitan yang mereka hadapi.
“Kita telah menyiagakan 711 Quick Respons Team, siapa pun yang mendapat kesulitan, jangan ragu, silakan laporkan, langsung kita respon oleh satuan terdekat,” tegasnya.
Sementara itu, Danposatgas yang berada di Lisabata (Letda Inf Sudarmin) menyampaikan bahwa untuk membantu para mahasiswa dan warga menyeberang, mereka lakukan dengan cara bergandengan satu sama lain.
“Ketika itu, kita terpanggil, melihat mereka tidak bisa menyeberangi sungai. Maka segera kita perintahkan anggota untuk terjun ke lokasi,” ungkap Sudarmin.
“Mahasiswa dan warga yang dewasa bergandengan tangan, kemudian anak-anak di gendong, demikian juga barang-barang warga kita pikul. Secara teknis, satu sama lain akan saling menguatkan ketika terjadi arus, sehingga tidak terseret,” ujarnya.
Ditambahkannya, dalam menjalankan tugas di daerah penugasan, ada sisi kemanusiaan dan kepedulian yang mesti dikedepankan. Apalagi mereka adalah generasi penerus bangsa yang nanti akan ikut memajukan perbatasan.
“Para mahasiswa dan anak-anak sekolah ini tak punya pilihan lain karena akses satu-satunya untuk berangkat dan kembali dari dari dan menuju Negeri Lisabata hanyalah melewati sungai Miyaka,” tuturnya. (Dispenad)