Skip to main content
Kodam XVII/Cenderawasih

Talk Show Pangdam XVII/Cenderawasih : Mengoptimalkan Budaya Damai di Tanah Papua

Dibaca: 598 Oleh 25 Nov 2014Tidak ada komentar
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Fransen G. Siahaan, S.E. bersama tokoh masyarakat Papua Frans Albert Yoku, Anggota DPRD Provinsi Papua Jan Lukas Ajomi serta Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Papua Dr. Muhammad Musa’ad, M.Si. mengadakan Talk Show di salah satu stasiun TV swasta di Jayapura. Sabtu, 22/11.

Dalam Talk Show yang mengambil tema “Mengoptimalkan Budaya Damai di Tanah Papua” itu, Pangdam menjelaskan bahwa tugas TNI dan Polri di Papua adalah sebagai alat negara, TNI di bidang pertahanan dan Polri di bidang keamanan. Kaitannya dengan perwujudan kedamaian yang merupakan tanggung jawab utama pemerintah daerah, TNI siap memberikan bantuan dalam bentuk apapun untuk mewujudkan kedamaian tersebut, asalkan permohonan bantuan dilakukan sesuai dengan prosedur. Fungsi perbantuan kepada Polri maupun pemerintah daerah tersebut juga diamanatkan dalam UU TNI No 34 tahun 2004 tentang tugas TNI dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

Pangdam juga menegaskan bahwa Kodam XVII/Cenderawasih akan berfokus kepada pemuda. Berbagai kegiatan yang melibatkan pemuda sudah dilakukan Kodam XVII/Cenderawasih seperti seminar-seminar di kampus, pelatihan bela negara, outbond dan kegiatan-kegiatan kepemudaan lainnya. Pemuda merupakan sasaran utama dalam proxy war, sehingga apabila tidak disiapkan dengan baik, pemuda akan mudah dirasuki pengaruh-pengaruh buruk globalisasi. Kita harus peka sekarang ini, pemuda harus disiapkan dari sekarang, pemuda juga harus bisa mengontrol bagaimana sebenarnya pembangunan itu dilaksanakan oleh pemerintah daerah.

Baca juga:  Penyuluhan HIV/AIDS Dalam Tmmd Ke-96 Kodim 1710/Mimika Sebagai Bagian Pembangunan Sasaran Non Fisik

Kodam XVII/Cenderawasih saat ini tidak mengutamakan pendekatan kemanan dalam melaksanakan tugas di Papua. Pendekatan yang diutamakan adalah pendekatan agama, budaya dan kesetaraan. Dengan hati yang tulus, Pangdam juga meminta maaf kepada masyarakat Papua atas apa yang dilakukan TNI di masa lalu yang kurang baik dan menyakiti hati masyarakat Papua.

Sebagai penutup, Pangdam berharap agar setiap pemimpin dan individu agar dapat menghargai sesama meskipun memiliki perbedaan suku, agama, budaya dan adat istiadat agar gesekan-gesekan SARA dapat dihindarkan.

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel