Skip to main content
Berita Satuan

Tokoh Agama Diminta Dinginkan Kondisi

Dibaca: 47 Oleh 24 Jul 2015Juli 27th, 2015Tidak ada komentar
TNI Angkatan Darat
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta tokoh lintas agama untuk ikut mendi­nginkan kondisi pasca insiden di Tolikara, Papua. Menurut Presiden, peran tokoh lintas agama sangat penting dalam menjaga keharmonisan antar umat beragama di Indonesia.

Peran Bapak dan Ibu seba­gai ulama dan tokoh agama sa­ngat menentukan sekali. Mem­berikan nasihat dan wejangan kepada yang di bawah agar grass root bisa menjadi dingin dan justru tidak memanaskan sua­sana, ungkap Jokowi saat ber­temu tokoh lintas agama di Is­tana Negara kemarin.

Jokowi mengatakan, sela­ma 70 tahun terakhir, Indone­sia telah berhasil menyelaras­kan kehidupan bersama. Kare­na itu, dia berharap agar masyarakat bisa tetap bijak menyikapi perbedaan yang ada sehingga tak mudah terprovokasi. Saya percaya para tokoh lintas aga­ma sependapat dengan saya, bahwa bangsa ini akan berhasil, jika melalui sekat-sekat yang ada, tandasnya.

Soal  peristiwa   yang  terjadi di Tolikara,  Jokowi  menganggap ti­dak akan terjadi bila komunikasi dan silaturahim antar umat ber­agama terjalin dengan baik.

Tidak ada kata terlambat sehingga tidak ada gesekan kecil lagi, paparnya. Perte­muan para tokoh agama yang hadir di antaranya Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, Ustaz Yusuf Mansyur, dan Ketua Majelis Ulama In­donesia (MUI) Amidhan Shaberah. Hadir pula perwakilan tokoh agama lainnya.

Sementara itu, Kapolri Jen­deral Pol Badrodin Haiti me­nyatakan Polri telah menang­kap dua tersangka berinisial HK dan JW terkait insiden yang terjadi di Tolikara. Sudah (ditetapkan tersangka) baru dua orang. Dari pihak masyarakat sana dan karyawan swasta. Kalau tidak salah pegawai bank, ungkap Badrodin.

Baca juga:  SATGAS KIZI TNI TERIMA DUKUNGAN SUKU CADANG DARI INDONESIA

Menurut dia, kedua ter­sangka akan dikenakan pasal berlapis karena menjadi provo­kator dalam penyerangan saat umat muslim merayakan Shalat Idul Fitri. Sangkaannya bisa melakukan perusakan, keke­rasan, penganiayaan, bisa juga penghasutan. Dikenakan Pasal 160 KUH Pidana, ujarnya.

Mengenai dugaan keterli­batan orang asing dalam insi­den itu, Badrodin menyatakan Polri masih terus menyelidiki. Memang daftarnya ada (nama orang asing), tapi saya harus melakukan pengecekan apakah yang bersangkutan itu hadir atau tidak. Karena waktu saya ke sana menanyakan apakah ada yang asingnya, dijawab tidak ada, ujarnya.

Dari hasil pengumpulan data-data, memang ada nama-nama orang asing tersebut da­lam proposal kegiatan Kebak­tian Kebangunan  Rohani  yang  diajukan  Gereja Injili  di Indo­nesia ke kepolisian.  Makanya kita minta kalau  ada  orang  asingkan di dalam pengajuan rekomendasi izinnya itu ada nama orang asing, oleh karena itu diminta kelengkapan-ke­lengkapan itu, paparnya.

Namun,         menurut              mantan        Kabaharkam           ini, kelengkapan-kelengkapan itu tidak sampai ke Polri. Karena itu, Polri masih meragukan apakah orang asing tersebut datang atau ti­dak ke Tolikara. Saat dising­gung berapa jumlah dan nama orang asing yang ada dalam proposal tersebut, Kapolri mengaku ada sekitar Lima nama. Sayangnya, Kapolri ti­dak mau menjelaskan secara detail identitas dan asal negara kelima orang asing tersebut.

Baca juga:  RANGKAIAN KEGIATAN HUT TNI KE-69 DI KODIM 0405/LAHAT

Kepala Badan Intelijen Ne­gara Letjen TNI (Purn) Sutiyoso tidak menampik adanya dugaan keterlibatan pihak asing dalam insiden di Tolikara. Namun, untuk memasti­kan hal itu diperlukan bukti-bukti yang menguatkan mela­lui hasil-hasil penyelidikan yang dilakukan aparat terkait. Keterlibatan asing sangat mungkin, tapi sekali lagi, kami harus mencari bukti-bukti ter­lebih dahulu, ujarnya.

Sutiyoso meminta masya­rakat untuk menunggu hasil penyelidikan yang tengah dilakukan aparat kepolisian, termasuk dalam mencari dan menetapkan  ter­sangka insiden tersebut. Se­muanya masih mungkin, ka­rena itu kami masih melaku­kan penyelidikan lebih dalam lagi, katanya.

Mantan Pangdam Jaya ini mengakui, peristiwa perusak­an rumah ibadah di sejumlah daerah seperti di Purworejo dan Bantul, Yogyakarta, merupa­kan imbas dari insiden Tolikara. Namun, peristiwa itu lebih ber­sifat spontanitas. Saya telah menginstruksikan jajaran inte­lijen di daerah melalui Komuni­tas Intelijen Daerah, yang ter­diri dari aparat intelijen TNI, Polri, dan pemerintahan untuk terus waspada dan meningkat­kan pengawasan terhadap tempat-tempat ibadah. Saya sudah instruksikan semuanya. Pihak kepolisian juga tentu su­dah siaga, tandasnya.

PanglimaTNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengata­kan, kondisi keamanan di Tolikara sudah kondusif, karena­nya tidak ada penambahan pa­sukan. Babinsa su­dah kuat-kuat, ujarnya. Me­ngenai  adanya indikasi  keterli­batan  Organisasi  Papua Mer­deka, mantan Kepala Staf Ang­katan Darat ini mengaku hal itu   masih  dalam   penyelidikan.   Antisipasinya ya, kan kemaje­mukan ini sudah final harus benar-benar dipelihara. Kan saat ini sedang ada Karya Bakti TNI di Tolikara, kata Gatot.

Baca juga:  Teken MoU Dengan TNI: Menperin Pacu Industri Alutsista Dalam Negeri

Wakil Ketua Umum MUI Maruf Amin menyesalkan dan mengutuk keras tindak kekerasan terhadap umat muslim yang sedang melaku­kan ibadah Shalat Idul Fitri di Lapangan Koramil 1402-11 Toljkara. MUI meminta apa­rat keamanan untuk meng­usut tuntas dan menindak te­gas semua pihak yang terlibat dalam      tragedi      teror     terhadap      umat     Islam    sampai ke akar-akarnya dan meminta peme­rintah untuk membangun kembali masjid dan seluruh kios yang terbakar.

Mendesak pemerintah pu­sat dan daerah untuk mempro­ses hukum secara objektif, ju­jur, transparan bagi semua pi­hak yang terlibat terutama ak­tor intelektual sampai ke peng­adilan, ucapnya. MUI juga mendesak pemerintah dan semua pihak untuk mewas­padai dan mencegah gerakan teror terhadap agama dan umat Islam serta agama-aga­ma lain di Indonesia sehingga peristiwa itu tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.

Sekretaris Komisi Hubung­an Antar Agama dan Keperca­yaan Konferensi Wali Gereja In­donesia Agustinus Ulahyanan mengaku   sangat    terkejut   dan    mengecam    segala   bentuk keke­rasan, pelanggaran tata nilai, dan aturan apa pun.  Namun apa yang sudah terjadi di Tolikara, ujarnya, janganlah diperbesar. Janganlah membuat kesalah­an di atas kesalahan, marilah kita perbaiki. Belajar dari apa yang terjadi untuk mengambil hikmah ke depan. Percayakan penyelesaian ini kepada me­reka yang kita percaya, tahu, dan mampu dapat menyelesai­kan dengan baik, katanya. (Sumber: HU Seputar Indonesia)

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel