
TNI AD – Aceh Selatan. Garam merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan sehari-hari, di Indonesia sendiri kebutuhan garam diperkirakan pertahun sebanyak 4,3 juta ton. Selain diproduksi oleh perusahaan garam industri, sebagian besar dilakukan secara tradisional, seperti di wilayah Kabupaten Aceh Selatan.
Guna meningkatkan produksi garam para petani, Babinsa di wilayah tersebut terus melakukan pendampingan. Serda Erwin Satria Hasibuan yang merupakan Babinsa Koramil 04/Sawang setiap saat selalu mendampingi para petani garam di Desa Lhok Pawoh tempat pembuatan garam tradisional, Kamis (25/1/2018).
Dalam pendampingannya Serda Erwin selalu memberikan motivasi para petani supaya terus melanjutkan pembuatan garam secara tradisional mengingat akhir-akhir ini terjadi kelangkaan garam yang memprihatinkan, sehingga Indonesia harus mengekspor garam untuk menutupi kelangkaan tersebut.
“Kita akan terus memberi semangat dan perhatian kepada masyarakat petani garam untuk meningkatkan produksi garamnya. Walaupun terdapat kekurangan dukungan sarana dan prasarana dalam pembuatan garam, namun hal itu tidak akan dijadikan alasan,” ungkap Serda Erwin.
Serda Erwin menceritakan, para petani garam di daerah tersebut merupakan warga yang tinggal di sepanjang garis pantai atau pesisir dan pekerjanya kebanyakan ibu rumah tangga.”Ibu rumah tangga memilih untuk memproduksi garam secara tradisional, karena mereka melihat ada yang bisa dimanfaatkan untuk tambahan ekonomi,” ujarnya.
Salah satu petani garam warga Desa Lhok Pawoh, Sari Banun (75 tahun) membenarkan, saat ini terjadi kesulitan dan kelangkaan garam. “Sekarang langka garam, harga juga naik sampai 20 Ribu, tapi kami hanya masak sedikit sedikit saja untuk kebutuhan di desa saja,” ucapnya.
Ia juga menjelaskan, pemasakan garam dilakukan selama 2 (dua) hari dengan dibakar menggunakan tungku api. Proses ini dilakukan secara tradisional dan hasilnya hanya untuk dipasarkan di desa. “Waktunya lumayan lama, nanti kalau sudah jadi kita jual di desa saja,” tuturnya. (Pendam IM)