KEFAENANU, KOMPAS.com – Kehadiran anggota TNI dari Satuan Tugas Pengaman Perbatasan (Satgas Pamtas) RI-RDTL, Batalyon Infanteri 742/Satya Wira Yudha, membawa dampak positif bagi warga yang bermukim di sepanjang perbatasan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur dengan negara Timor Leste.
Hal itu ditunjukan dengan pemasangan pipa air bersih sepanjang 1,3 kilometer di Desa Haumeni Ana, Kecamatan Bikomi Nilulat yang berbatasan langsung dengan Sub Distrik Pasabe, Distik Oekusi, Timor Leste.
Komandan Satgas Pamtas RI RDTL, Batalyon Infanteri 742/Satya Wira Yudha, Letnan Kolonel Fransiscus Ari Susetio, Minggu (22/6/2014) mengatakan, Desa Haumeni Ana dan beberapa desa tetangga lainnya selama ini memang sulit untuk mendapatkan air bersih sehingga pihaknya berinisiatif membantu mencarikan solusi yang tepat.
“Memang selama ini warga maupun anggota TNI di sana (Desa Haumeni Ana, Nainaban dan Inbate), sangat kesulitan air bersih, sehingga untuk mendapat air bersih mereka harus berjalan kaki sejauh empat sampai lima kilometer. Jadi kita perbaiki agar warga bisa menikmati air bersih,” kata Fransiscus.
Menurut Fransiskus, sebelumnya salah satu sumber air peninggalan dari program PNPM, dibiarkan tidak terurus, hingga warga kesulitan mendapatkan air bersih. Untuk menarik pipa dari sumber air, saat ini anggota TNI bersama warga sedang menyambung pipa menuju pemukiman warga Haumeni Ana. Penyambungan dilakukan menggunakan pipa yang diambil dari sisa-sisa pipa yang masih baik.
“Dengan segala keterbatasan, kita sudah buat sambungan pipa dari sumber air itu menuju pemukiman warga kini sudah mencapai 1,3 kilometer. Selama ini, warga di Desa Haumeni Ana maupun anggota TNI yang bertugas di Pos Haumeni Ana sangat kekurangan air bersih sehingga harus bersusah payah mencari sumber air bersih,” ungkap Fransiskus.
Selain itu, dia pun sudah membuat rencana untuk menyambung lagi pipa, hingga pemukiman warga yang berjarak kurang lebih tiga kilometer. Namun rencana itu masih terkendala terbatasnya persediaan pipa yang ada. “Saat ini, kita masih berusaha cari pipa untuk bisa menyambung hingga sampai pemukiman warga,” kata Fransiskus.
Seperti diberitakan sebelumnya, kesulitan untuk mendapatkan air bersih dan jumlah debit air yang terbatas, membuat sebagian besar warga di Kecamatan Bikomi Nilulat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, yang berbatasan langsung dengan Passabe, Distrik Oekusi, Timor Leste, harus berjalan kaki sejauh lima kilometer untuk mendapat sumber mata air bersih.
Hal tersebut disampaikan oleh Camat Bikomi Nilulat Ludovikus Lake, Sabtu (16/2/2013). Menurut Lake, selama ini warga hanya mengonsumsi air di dalam kubangan yang letaknya di kali kering, yang digali secara manual oleh warga setempat dengan kedalaman hanya satu meter.
“Warga enam desa di Kecamatan Bikomi Nilulat sangat sulit untuk mendapatkan air bersih, sehingga untuk dapatkan sumber mata air bersih yang debitnya besar warga terpaksa harus tempuh dengan berjalan kaki sejauh lima kilometer, dan itu pun kondisi jalannya rusak parah,” kata Lake.
Lake mengaku, selama ini belum ada bantuan air bersih atau perpipaan untuk warga dari pemerintah daerah setempat. Akibatnya, banyak warga yang menderita penyakit kulit. (Penulis: Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere & Editor: Glori K. Wadrianto)