Skip to main content
Berita Satuan

HUT RI di Aceh, 1.000 anggota TNI menari Likok Pulo

Dibaca: 59 Oleh 18 Agu 2014Tidak ada komentar
TNI Angkatan Darat
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Minggu, 17 Agustus 2014 23:03, Merdeka.com – Upacara peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-69 di Aceh dipimpin langsung Gubernur Aceh, Zaini Abdullah. Setelah selesai upacara, 1.000 prajurit TNI dan 200 siswa langsung menampilkan atraksi tari Likok Pulo di lapangan Blang Padang.

Pantauan merdeka.com, ribuan warga kota Banda Aceh memadati lapangan Blang Padang. Selain mengikuti upacara bendara, warga juga ingin menyaksikan tarian massal tersebut yang belum pernah disaksikan sebelumnya. Warga juga membawa serta anak-anak mereka untuk menyaksikan tarian tersebut.

“Kami ingin menyaksikan Tari Likok Pulo, makanya kami sengaja datang membawa serta anak-anak kami, karena memang belum pernah kami lihat sebelumnya,” kata salah seorang warga, Jamaliah kepada merdeka.com, Minggu (17/8).

Sementara itu, Pangdam Iskandar Muda (Pangdam IM), Mayjen TNI Agus Kriswanto pada awak media mengatakan, tarian ini sengaja ditampilkan sebagai bukti kecintaan prajurit TNI dengan kearifan lokal suatu daerah, terutama Aceh yang memiliki banyak sejarah dan seni.

Baca juga:  2.500 Tentara Rehabilitasi Jalan untuk Sambut Presiden

“Ini bentuk dari kecintaan prajurit TNI pada sejarah Aceh dan ini bentuk kebersamaan,” tukas Agus Kriwanto. Menurutnya, semua prajurit saat berada di suatu daerah saat bertugas telah menjadi warga setempat. Bila bertugas di Aceh prajurit TNI menjadi orang Aceh dan harus mengetahui sejarah, adat istiadat serta seni yang berkembang di Aceh.

“Prajurit TNI berada di manapun harus mengkuti sejarah di mana dia ditugaskan,” imbuhnya.

Likok Pula merupakan sebuah tari tradisional Aceh yang berasal dari sebuah pulau di paling ujung Pulau Sumatera yaitu di Pulau Breuh. Likok artinya gerak tari dan Pulo adalah artinya pulau. Jadi Likok Pulo adalah gerak tari yang berasal dari pulau.

Tari ini lahir pada tahun 1849 yang dibawa oleh seorang ulama yang berasal dari Arab Saudi. Menurut sejarah ulama itu hanyut melalui laut dan terdampar di Pulau Aceh. Biasanya tari ini ditampilkan di saat hendak turun ke sawah untuk memanenkan padi dan ditampilkan pada malam hari sampai pagi. Tari ini dimainkan dengan posisi duduk bersimpuh, berbanjar, atau bahu membahu.

Baca juga:  Panglima TNI: Gebyar Karya Pertiwi Akan Digelar Tiap Tahun

Tari ini juga memiliki satu orang pemimpin yang disebut dengan Ceh yang berada di tengah-tengah pemain. Kemudian ada beberapa orang penabuh rapa’i dan gerakan demi gerakan dimainkan sesuai dengan suara musik yang ditabuh oleh penabuh rapa’i.

[Reporter: Afif & dan]

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel