Skip to main content
Kodam IV/Diponegoro

Kerukunan Umat Beragama, Modal Utama Pembangunan

Dibaca: 39 Oleh 27 Okt 2015Tidak ada komentar
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Dengan selesainya permasalahan yang terjadi di dusun Munggang Desa Tanjunganom Kepil diselenggarakan acara tasyuran yang dikemas dalam bentuk Festival Suran Massal Lintas Agama dan Budaya yang dihadiri Muspida Wonosobo, Musika Kepil, tokoh semua agama, FKUB Wonosobo, Kementerian Agama propinsi dan Kabupaten, dan masyarakat desa Tanjunganom kepil. Kegiatan didahului dengan masak bersama para tokoh agama, Muspida untuk dijadikan suguhan masyarakat desa tanjunganom. Selasa (27/10).

Kasdim Mayor Inf Suratman dalam sambutannya menyampaikan bahwa kita bangsa Indonesia sudah dipersatukan dengan adanya peringatan sumpah pemuda. Itu merupakan awal dari persatuan dan kesatuan bangsa ini. Disaat sekarang dilingkup lingkungan kita sudah ada RT (rukun tangga), RW (rukun warga) sehingga sudah tidak ada kata lagi perpecahan dilingkungan kita. Perlu di kita dasari bersama bahwa keamanan itu mahal untuk itu wilayah yang sudah aman ini harus dijaga bersama – sama jangan mudah diprovokasi oleh pihak – pihak yang tidak bertanggung jawab. Babinsa dan babinkamtimas apabila dating ke wilayah itu merupakan tugas yang diberikan oleh Negara untuk menjaga keamanan lingkungan. Apabila membutuhkan bantuan jangan sungkan sampaikan saja. Pasti akan dibantu.

Baca juga:  Prajurit TNI AD Harus Jago Bela diri

Asisten Administrasi Sekda Wonosobo, Sumaedi SH MM menegaskan pentingnya seluruh warga masyarakat Wonosobo untuk menjaga kerukunan, baik dengan sesama agama, maupun dengan pemeluk agama lainnya. Kerukunan umat beragama, dikatakan Sumaedi menjadi modal utama pembangunan daerah, karena tanpa adanya kerukunan, sebanyak apapun potensi yang dimiliki tidak akan memberikan manfaat optimal. “Apapun kekayaan alam maupun sumber daya manusia yang dimiliki, apabila warganya tidak rukun, akan sia-sia belaka, karena pasti yang terjadi adalah situasinya tidak pernah kondusif,” beber Sumaedi di depan jajaran pejabat forum koordinasi pimpinan daerah (Forkompimda) dan tokoh-tokoh lintas agama, serta ratusan warga Desa Tanjung Anom, Kecamatan Kepil yang menghadiri acara Festival Suran Massal Lintas Agama dan Budaya.

Sumaedi yang hadir mewakili Bupati dalam acara bertajuk Membangun Kerukunan Melalui Kearifan Lokal tersebut berharap, situasi keamanan dan ketertiban masyarakat di Tanjung Anom setelah digelarnya acara Suran dan Festival Kuliner lintas agama, bisa benar-benar terjaga kondusifitasnya. Karenanya, ia meminta seluruh warga masyarakat beserta jajaran aparat di Kecamatan Kepil terus mengedepankan nilai-nilai toleransi, baik kepada yang seiman, maupun yang memiliki keyakinan dan agama berbeda. “Jangan mudah terprovokasi isu dan berita-berita yang tidak jelas sumbernya, serta intensifkan koordinasi dengan semua pihak demi terwujudnya situasi aman, tenteram, serta rukun meski kita hidup dalam perbedaan,” tegas Sumaedi.

Baca juga:  TMMD Bangkitkan Semangat Kebersamaan dan Gotong-Royong

Senada dengan harapan Sumaedi, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Wonosobo, M Khusnan mengaku optimis, situasi di Tanjunganom akan senantiasa kondusif. “Kami menggelar acara Festival Suran dan Kuliner lintas agama dan budaya ini demi menegaskan bahwa Tanjung anom memang tidak pernah merasakan hal-hal negatif terkait keyakinan maupun agama yang mereka peluk,” jelas Khusnan. Berita yang sempat berkembang luas dan menjadi buah bibir di media sosial, dijelaskan Khusnan telah berulang kali diklarifikasi. “Kami bahkan telah mengundang tokoh-tokoh lintas agama untuk datang dan menyaksikan langsung di Tanjung Anom, dan mereka semua sepakat, tidak ada yang perlu dipersoalkan,” lanjut Khusnan.

Kepastian terkait situasai aman dan rukun di Tanjung Anom juga diungkapkan pejabat dari Badan Litbang Kementerian Agama RI, Dr Ahmad Rosyidi. Ahmad yang bahkan telah menginap selama 6 hari di Wonosobo dan Kepil untuk memantau langsung kehidupan warga Dusun Munggang, Desa Tanjung Anom, menegaskan tak ada persoalan apapun. “Yang terjadi di Munggang adalah murni karena warga memang berkehendak berdasar hati nurani mereka, dan tanpa ada intimidasi dari siapapun untuk kembali memeluk agama Islam setelah sebelumnya beragama Budha,” terang Ahmad. Adanya Festival Suran yang digagas FKUB bersama segenap unsur forum pimpinan daerah, dikatakan Ahmad juga menjadi penegas bahwa semua pihak telah saling bersatu dan saling memahami bahwa kerukunan merupakan syarat utama terwujudnya masyarakat yang maju dan sejahtera.

Baca juga:  Banjir Terjang Solo, Prajurit Diponegoro Sigap Evakuasi Warga

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel