Blitar – Tugas Babinsa kini semakin komplek dengan adanya program dari pemerintah pusat tentang pendampingan pada para petani untuk mensukseskan ketahanan pangan. Dilihat dari kacamata tentang pertanian tentunya berhubungan dengan pengolahan lahan pertanian yang akan kita kelola sebagai bahan sumber untuk mencari kehidupan, khususnya kehidupan untuk mencukupi kebutuhan orang banyak Senin (03/08/201. Acara yang dibuka oleh Kasdim 0808 Mayor Inf. Muji Wahono ini dihadiiri sekitar 300-an orang, Babinsa yang tersebar di seluruh Blitar Raya, bertempat di Aula Kodim 0808 Blitar.
Dalam sambutan yang disampaikan oleh Mayor Inf Muji Wahono adalah tentang pemahaman pertanian pada para Babinsa haruslah ditingkatkan, ia menuturkan bahwa walaupun kalian terikat dengan pekerjaan setiap hari yang sangat padat akan tetapi diharapkan tetap mampu untuk menjalankan program pertanian, dengan terjun langsung dilapangan bersama para petani. Dengan adanya program pertanian kali ini tentunya akan menambah komunikasi sosial dengan para petani yang mana dulunya kalian jarang atau bahkan sama sekali tidak pernah ke sawah, maka untuk kali ini harus berlumuran lumpur bersama petani ditengah sawah, sehingga kebersamaan dan kemanunggalan TNI bersama masyarakat sangat terasa alami ungkapnya.
Adapun pemberi materi dalam hal pertanian kali ini adalah Ir. Djohan Sjahrear dari dinas pertanian Kabupaten Blitar, tema utama dalam bercocok tanam untuk mensukseskan program tersebut adalah PAJALI, (Padi, Jagung dan Kedelai) banyak hal yang disampaikan diantaranya tentang beberapa istilah dalam pertanian yaitu luas lahan ( Sawah, lahan klering dll ) yang dapat disebut dengan istilah hektar, luas tanaman yaitu luas yang dapat ditanami/tahun bisa ditanami satu,dua atau tiga kali setahun untuk tanaman semusim yang berumur sekitar 3-4 bulan seperti padi, jagung, kedelai jadi luas tanam bisa lebih luas daripada luas baku sawahnya atau target Indek Pertanaman, luas panen yaitu luas tanaman yang bisa dipanen bisa sama dengan luas tanam atau lebih rendah karena ada yang gagal panen disebabkan oleh adanya bencana alam, hama/penyakit dll.
Ia melanjutkan bahwa dalam bercocok tanam hal yang paling penting diperhatikan adalah varietas atau bibit unggul yang kita tanam, dalam pemilihan varietas disesuaikan dengan kondisi wilayah suatu misal lahan irigasi kering atau rawa, tinggi rendah datarannya, kondisi hama dan penyakit, status hara mikro dan makro, target produksi, mutu produk dsb. Untuk sistem penanaman alangkah baiknya kita menggunakan system jajar legowo sebab sistem tersebut dapat meningkatkan produktivitas dimana jarak antar tanaman sangat memungkinkan untuk berkembang lebih baik dengan jumlah tanam 2-3 bibit per lubang, tanah yang subur jarak tanam per barisan diperjarang sebaliknya tanah kur5ang subur agak rapat penanamannya.
Bapak yang asli wong Jatimalang Blitar ini, menambahkan bahwa tentang penanganan panen dan pasca panen. Panen diawali dengan kondisi gabah yang mulai menguning 95 %, potonglah batang dengan menggunakan sabit dalam posisi tegak, setelah itu rontokkan gabah dengan menggunakan thresher dengan alas terpal untuk penampung gabah, bersihkan gabah yang telah dirontok dari kotoran dan jerami dan yang terkahir jemurlah gabah hingga kadar air mencapai 16 – 18 %.
Perwira seksi territorial Kodim 0808 Kapten Inf. Sumaji juga menambahkan bahwa keberadaan para babinsa diwilayah, tentunya sangat membantu sekali pada petani, jadi diharapkan kehadiran Babinsa dapat memberikan semangat tersendiri di wajah para petani mengingat jarang sekali para petani bercocok tanam bersama para tentara khususnya para Babinsa yang ada diwilayah, dengan keberhasilan para petani dalam bercocok tanam akan menambah point tersendiri di hati kita, dan itu dapat dirasakan, jika para petani senang tentunya kita bahagia, terakhir kita berharap smoga program swasembada pangan untuk tiga tahun kedepan ini berhasil dengan baik dan sukses, mengingat dana yang dikucurkan dari komando atas pada para Babinsa dalam hal pendampingan petani tidaklah sedikit, tegasnya (Hery)