
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Mulyono mengerahkan intelijennya untuk berantas terorisme di setiap wilayah.
Kita kerahkan intelijen untuk terus monitor situasi gerakan terorisme. Kalaupun kita sudah tahu, langsung koordinasi ke polisi. Pada intinya angkatan darat terus waspada, kata Mulyono di Seskoad Bandung, kemarin.
Menurutnya, terorisme adalah ancaman yang tidak nyata. Sehingga perlu waspada.
Kalau nyata gampang diatasi. Kalau ini kan setiap waktu bisa terjadi, mereka mau berbuat apa kita tidak tahu, kata dia.
Untuk menghadapi ancaman tidak nyata itu, pihaknya akan memperkuat intelijen dengan meningkatkan kemampuan, menggelar operasi intelijen dengan baik.
Menurut dia, ancaman terhadap negara merupakan tanggung jawab bersama. Artinya bukan hanya milik tentara, tetapi milik semua bangsa Indonesia. Masyarakat harus konsisten mengantisipasi kemungkinan teror.
Di tempat terpisah Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti mengatakan, ada anggota polri masuk jaringan radikal.
Anggotanya telah bergabung dengan jaringan radikal yang ada di Indonesia, ujar Badrodin saat menghadiri bedah buku milik mantan Kapolri era Orde Baru, Jenderal Purnawirawan Amaloedin Djamin, kemarin.
Badrodin mengatakan ajaran radikal telah meluas dan kian masif di tengah-tengah masyarakat. Bahkan saat ini ajaran ideologi radikal telah meluas hingga membuat salah satu anggota polisi ikut terpengaruh. Sayangnya Badrodin tidak merinci identitas anggotanya tersebut.
Dugaannya, anggota kepolisian yang bergabung dengan kelompok radikal itu adalah Brigadir Syahputra. Dia adalah anggota kepolisian yang bertugas di Kepolisian Resor Batanghari. Syahputra mendadak mengundurkan diri pada Februari tahun lalu. Diduga ia pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.
Sementara Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise mengaku sudah memetakan daerah yang diduga penganut paham radikalisme. Yohana tidak mau anak-anak mendapat pemahaman yang salah tentang paham radikalisme.(Sumber: HU Rakyat Merdeka)