Skip to main content
Berita Satuan

KSAD Kerahkan Intelijen Monitor Gerakan Terorisme

Dibaca: 13 Oleh 21 Jan 2016Tidak ada komentar
TNI Angkatan Darat
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Mulyono mengerahkan intelijennya un­tuk berantas terorisme di setiap wilayah.

Kita kerahkan intelijen untuk terus monitor situasi gerakan terorisme. Kalaupun kita sudah tahu, langsung koor­dinasi ke polisi. Pada intinya angkatan darat terus waspa­da, kata Mulyono di Seskoad Bandung, kemarin.

Menurutnya, terorisme ada­lah ancaman yang tidak nyata. Sehingga perlu waspada.

Kalau nyata gampang diatasi. Kalau ini kan setiap waktu bisa terjadi, mereka mau berbuat apa kita tidak tahu, kata dia.

Untuk menghadapi ancaman tidak nyata itu, pihaknya akan memperkuat intelijen dengan meningkatkan kemampuan, menggelar operasi intelijen dengan baik.

Menurut dia, ancaman terh­adap negara merupakan tang­gung jawab bersama. Artinya bukan hanya milik tentara, tetapi milik semua bangsa Indonesia. Masyarakat harus konsisten mengantisipasi ke­mungkinan teror.

Di tempat terpisah Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti men­gatakan, ada anggota polri masuk jaringan radikal.

Anggotanya telah ber­gabung dengan jaringan radikal yang ada di Indonesia, ujar Badrodin saat menghadiri be­dah buku milik mantan Kapolri era Orde Baru, Jenderal Pur­nawirawan Amaloedin Djamin, kemarin.

Baca juga:  Panglima TNI Buka Pameran Lukisan dan Peluncuran Buku

Badrodin mengatakan aja­ran radikal telah meluas dan kian masif di tengah-tengah masyarakat. Bahkan saat ini ajaran ideologi radikal telah meluas hingga membuat salah satu anggota polisi ikut terpen­garuh. Sayangnya Badrodin tidak merinci identitas ang­gotanya tersebut.

Dugaannya, anggota kepoli­sian yang bergabung dengan kelompok radikal itu adalah Brigadir Syahputra. Dia ada­lah anggota kepolisian yang bertugas di Kepolisian Resor Batanghari. Syahputra men­dadak mengundurkan diri pada Februari tahun lalu. Diduga ia pergi ke Suriah untuk ber­gabung dengan ISIS.

Sementara Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise mengaku sudah memetakan daerah yang diduga penganut paham radikalisme. Yohana tidak mau anak-anak mendapat pemahaman yang salah tentang paham radikalisme.(Sumber: HU Rakyat Merdeka)

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel