Para mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa harus mewaspadai strategi Proxy War atau perang antara dua pihak yang menggunakan peran pengganti. Kini, Proxy War menjadi ancaman serius bagi kedaulatan NKRI.
“Jika perang Proxy ini tidak diantisipasi, maka keutuhan NKRI akan tinggal nama,” kata Komandan Kodim 0722/Kudus Letkol Arh M. Ibnu Sukelan usai memberikan kuliah umum di depan lebih dari 2000 mahasiswa baru yang mengikuti Masa Pengenalan Akademik Mahasiswa Baru (Sapamaba) UMK di Auditorium Kampus UMK, Senin (7/9).
Komandan Kodim mengingatkan, Proxy War sudah mengancam semua wilayah NKRI. Indikasi Proxy War itu terlihat melalui adanya gerakan separatis, demonstrasi massa dan bentrok antar kelompok. “Pemeran Proxy War dapat menjelma menjadi siapa saja dan lembaga apa saja. Misalnya, melalui LSM, media, jaringan narkoba, ormas dan OKP sehingga harus dicermati,” kata Dandim.
Mahasiswa sebagai generasi emas bangsa sangat rawan disusupi pemain Proxy War. “Mahasiswa calon pemimpin sebuah bangsa, jadi sangat potensial dijadiakan tumbal peran pengganti dalam Proxy war,” tegas Dandim.
Menurut Dandim, Indonesia sebagai salah satu negara ekuator memiliki potensi vegetasi, sepanjang tahun akan menjadi arena persaingan kepentingan nasional berbagai negara. Sehingga dibutuhkan tindak antisipasi dan persiapan matang agar bangsa ini mampu menjamin tetap tegaknya keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.