Mayjen TNI Ali Hamdan Bogra, pria kelahiran Serui, Papua, 6 Januari 1963 merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1987 dengan prestasi yang membanggakan. Berbagai posisi dalam TNI AD telah diembannya, dari seorang Komandan Pleton, Kepala Bagian Operasional Pusdikintel Kodiklat Ciomas Bogor, Pabandya Pam Kodam Jaya, Dandim XVII Cendrawasih, hingga ditugaskan di Kodiklat dan kini menjadi Panglima Komando Daerah Militer XVIII/Kasuari.
Berderet prestasi pernah diraihnya saat masih menjalani pendidikan di tingkat I sebagai Kopral Taruna.
“Saya memecahkan rekor dengan memenangkan kejuaraan lomba Trengginas yaitu lomba lari 1500 dan 5000 dengan mendapatkan medali emas,” ujar Mayjen TNI Ali Hamdan Ali Bogra.
Di tahun ketiganya, saat tingkat III dengan Mayor Dua, ia mengikuti kejuaran Trengganis lagi di Akademi Kepolisian Semarang dan keluar sebagai juara pertama. Atas pencapaiannya tersebut, ia mendapatkan hadiah untuk pulang ke kampung halaman dan bertemu dengan orang tuanya.
“Selama 4 tahun saya belajar di Akmil, hanya satu kali kesempatan saya pulang ke tanah Papua,” kenangnya.
Tak hanya meraih prestasi dalam kejuaraan cabang atletik, saat menjabat sebagai Komandan Pleton, ia juga mendapat penghargaan dari Kepala Staf Komando Pelaksana Operasi Timor-Timor.
“Pertama kali saya menjabat sebagai Komando Pleton, sekaligus sebagai Komandan Danton Pemburu Batalyon 315 Kodam III Siliwangi ke daerah operasi Timor-Timor, saya didatangi Kepala Staf Kolakop Timor-Timor ke tengah hutan. Beliau memberikan kebutuhan logistic untuk saya,” kenangnya.
Ia juga mendapatkan juara I Taskap terbaik dan mendapatkan piala Virajati, sehingga karyanya dipelajari oleh jajaran Angkatan Darat. Setelah lulus Seskoad, ia dikirim ke Pusdikintel Ciomas Bogor dan menjabat sebagai Kepala Bagian Operasional Pusdikintel Ciomas, Bogor.
“Tugas berat saya merevisi kurikulum Pusdikintel Bogor, yang Pendidikan 4 bulan menjadi 2 bulan. Saya berusaha menciptakan “buku pintar” Pusdikintel Bogor, walaupun belum selesai karena saya pindah tugas, saya memantau adik-adik untuk melanjutkan cita-cita saya tersebut,” ujarnya.
Saat menjadi Dandim di Kodam XVII/Cendrawasih, ia menjadi Staf Brigade Timika, Papua.
“Saya adalah orang pertama sebagai Kepala Staf Brigade, membangun pangkalan, gereja, hingga Masjid,” ujarnya.
Dibalik prestasi dan jenjang kariernya yang gemilang, terdapat sosok yang selalu memberikan dukungan demi kesuksesannya. Sang istri, Retno Sulasweni, wanita kelahiran Klaten, 23 Desember 1967 ini memberikan motivasi serta doa yang membawa kesuksesan suaminya.
“Saya selalu berdoa kepada Tuhan, kalau meridhoi apapun pasti terjadi, sehingga Bapak bisa menjalani semuanya dengan ikhlas apapun konsekuensinya,” ujar Retno Sulasweni.
Pencapaiannya kini menjadi Pangdam VXII/Kasuari merupakan hal yang membuatnya bangga. “Pulang ke kampung halaman untuk melaksanakan tugas, membangun daerah, mendorong generasi muda sekarang ini. Harapannya mereka menjadi generasi yang lebih baik,” ujarnya.
Ia bercita-cita membangun SMA Unggulan di Papua Barat, dengan kurikulum semi militer di bawah pengawasan Korem. Retno menambahkan, SMA Unggulan tersebut untuk anak-anak Papua dengan fasilitas belajar dengan pola asrama agar terpantau oleh pengasuhnya.
“Anak-anak juga belajar disiplin, memanfaatkan waktu yang ada sehingga nanti anak-anak lebih terpacu untuk belajar dan bersaing sehat sesama teman-temannya baik di asrama atau di luar,” ujar ibu 4 anak ini.
Mengenai tugasnya sebagai Ketua Daerah Pangdam XVIII/Kasuari, Retno meminta dukungan dari anggota Persit Kartika Chandra Kirana agar dapat melaksanakan tugas dengan baik dan memberikan manfaat untuk prajurit dan masyarakat.
#TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat