Danrem 161/WS, Brigjen TNI Heri Wiranto, S.E., M.M., bersama Kepala BKKBN RI, dr. Surya Chandra Surapaty dan Ahli Kependudukan Universitas Nusa Cendana, Prof. IGB. Arjana sebagai nara sumber pada acara dialog interaktif TVRI NTT, dengan topik “Membangun Karakter Bangsa, Melalui Karakter Keluarga”, Senin (12/10) di TVRI NTT, Kupang.
Dipandu oleh presenter, Aser Rihitugu dialog interaktif yang diselingi dengan beberapa bertanyaan dari pemirsa TVRI NTT lewat layanan telepon, berjalan menarik dimana masing-masing narasumber memberikan gambaran dan penjelasan tentang topik yang dibahas.
Kepala BKKBN RI, dr Surya Chandra Surapati menjelaskan tentang kondisi terkini kependudukan di negara kita dimana laju pertumbuhan penduduk cukup tinggi menjadi suatu hal yang mengkhawatirkan. Pertumbuhan penduduk yang terjadi tidak merata dengan kualitas rendah sehingga apabila tidak dikendalikan dan apa yang menjadi hak-hak penduduk tidak terpenuhi maka hal ini menjadi sumber kerawanan, permasalahan sosial seperti pengangguran dan kemiskinan. Sandang dan pangan tidak terpenuhi, maka muara dari semua ini berimplikasi pada pembangunan karakter bangsa itu sendiri. Untuk itu dibutuhkan kerja keras dari semua komponen termasuk apa yang sudah diagendakan oleh pemerintah melalui program “Nawa Cita”, yang mana pada agenda kelimanya menyebutkan terwujudnya peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia yang berkaitan erat dengan kualitas keluarga. Untuk itu dibutuhkan Revolusi Mental yang berbasis keluarga. Bagaimana dengan revolusi mental, kita bisa berhati putih, bersemangat baja, bersemangat seperti elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala, disiplin, anti korupsi dan berkarakter. Sikap-sikap seperti ini yang perlu ditanamkan pada setiap keluarga untuk mendukung pembangunan karakter bangsa.
Sementara Danrem 161/WS, Brigjen TNI Heri Wiranto, S.E.,M.M., menjelaskan tentang gagasan Character Building sudah dibangun oleh para pendiri bangsa ini, dimana Character Building itu ditunjukkan dengan sikap patriot, pantang menyerah, berdisiplin dan memiliki jiwa nasionalisme. Ini yang dapat dijadikan landasan dalam membangun karakter bangsa saat ini.
Di dunia militer khususnya di TNI, pembangunan karakter itu sendiri sudah dibentuk saat masih di pendidikan dengan harapan dapat membentuk output personel-personel yang memiliki disiplin, loyalitas dan dedikasi yang dapat mendorong setiap prajurit untuk dapat menghadapi tugas-tugasnya dengan baik.
Terkait dengan pertahanan dan keamanan maka wujud pertahanan negara tersebut adalah melibatkan seluruh komponen bangsa yang kuat yang dapat digunakan sebagai garda penjaga bangsa sehingga untuk itu setiap manusia Indonesia harus mempunyai karakter yang kuat sebagai pagar negara.
Lebih lanjut Danrem menanggapi tentang implikasi yang terjadi apabila jumlah penduduk yang besar tidak dapat dikendalikan maka hal ini juga berimplikasi pada pertahanan negara. Penduduk yang tidak berkualitas menjadi rawan bila sumber daya manusia (SDM) nya tidak mempunyai kemampuan dan tidak berkarakter.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh TNI untuk membantu pemerintah dalam pembentukan karakter bangsa sangat berkaitan dengan tugas-tugas operasi militer selain perang atau OMSP, dimana wawasan kebangsaan yang kita lakukan bekerjasama dengan universitas atau kampus untuk memberikan kuliah umum kepada mahasiswa dan juga sekolah-sekolah utamanya mengenai wawasan tentang bela negara, termasuk dalam level yang paling rendah dengan memberdayakan Para Babinsa untuk menjadi Pembina, semisal saat upacara bendera ataupun latihan baris berbaris. Dengan harapan bahwa mereka akan memiliki wawasan kebangsaan, cinta tanah air dan tentunya benar-benar berkarater kuat.
Ahli Kependudukan Undana, Prof IGB. Arjana menjelaskan korelasi kependudukan dengan dunia pendidikan, dari aspek kuantitas jumlah penduduk yang besar tentu akan membutuhkan penyiapan infrastruktur pendidikan dari level dasar sampai tinggi yang sangat besar. Kemudian penyiapan Sumber Daya Manusia yang berkualitas melalui pendidikan itu sendiri. Bila jumlah penduduk yang tidak terkendali maka banyak hak-hak sebagai warga negara tidak terpenuhi juga. Maka yang pertama mendapatkan serangan dari kondisi ini adalah keluarga itu sendiri, karena bila jumlah keluarga tidak bisa dikendalikan maka akan berimplikasi kepada hak-hak anak terhadap pendidikan akibat dari ketidakmampuan untuk membiayainya.
Kemudian Prof. IGB. Arjana menyinggung tentang program Nawa Cita pemerintah saat ini utamanya agenda kelima tentang pembangunan kualitas manusia Indonesia dan agenda kedelapan tentang pembangunan karakter yang sangat relevan dengan apa yang dilakukan oleh dunia pendidikan untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas.
Dalam Kurikulum Pendidikan 2013 dari Kementerian Pendidikan sudah mencantumkan 18 hal tentang pembentukan karakter bagi peserta didik. Kemudian terkait kontribusi Perguruan Tinggi terkait dengan pembangunan karakter bangsa adalah dengan melahirkan sarjan-sarjana yang berkualitas yang nantinya mampu mengabdikan ilmunya buat masyarakat. Utamanya adalah sarjana-sarjana dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang nantinya akan menjadi pendidik yang berkualitas dan handal dalam memajukan pendidikan di masyarakat.
Pada akhirnya ketiga nara sumber bersepakat, bahwa dibutuhkan kerja keras untuk membangun karakter bangsa Indonesia yang kuat yang mempunyai kualitas yang tentunya semua itu diawali dari adanya karakter keluarga yang kuat pula.