Skip to main content
Dinas Penerangan

Letkol Cpl Simon Petrus Kamlasi Pembuat Pompa Hidrolik

Dibaca: 435 Oleh 23 Jan 2015Tidak ada komentar
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Nusa Tenggara Timur merupakan daerah kering, pada umumnya masyarakat mendapatkan air dari sungai atau sumur. Masalah yang paling sering dihadapi masyarakat NTT dari hari ke hari adalah masalah air, terlebih lagi apabila pada musim kemarau. Adalah Letkol Cpl Simon Petrus Kamlasi yang merupakan putra daerah NTT merasa prihatin dengan kondisi daerahnya. Sejak kecil, Simon ingin menjadi seorang Insinyur, namun dengan latar belakang keluarga sederhana dan sulit membiayai kuliahnya, Simon akhirnya memutuskan untuk menjadi anggota TNI AD.

Pengalaman masa kecilnya yang hidup di daerah kering, membangkitkan tekadnya untuk melakukan sesuatu untuk menghijaukan tanah kelahirannya. Masih segar dalam ingatannya ketika masih kecil di bangku SD, Simon harus ikut serta dengan rombongan tetangga berduyun-duyun menuju ke sumber air yang jauh hanya untuk mengambil air semampunya yang bisa digotong . Pemandangan tersebut berbeda jauh dengan yang dilihat di kota besar. Pada musim panas, masyarakat harus membuat kubangan di aliran sungai untuk mengambil air yang ada di atas endapan lumpur, bahkan berebut dengan binatang piaraan. Sangat menyedihkan. Tekadnya hanya satu “Saat aku mampu, aku akan membuat suatu alat yang bisa membantu mendekatkan air ke pemukiman agar tidak perlu membuang waktu, tenaga dan biaya bagi orang kampung, orang kecil”.

Letkol Cpl Simon Petrus Kamlasi dilahirkan di Soe Nusa Tenggara Timur tepatnya di Desa Taubneno Kecamatan Molo Selatan Kabupaten Timur Tengah Selatan pada tanggal 14 April 1975 lalu. Simon kecil lahir dari keluarga yang sederhana. Orang tuanya Moses Kamlasi dan ibu Janse Halena sama sama pensiunan guru. Berkat bimbingan kedua orang tuanya, Simon Petrus tumbuh dan berkembang hingga dewasa menjadi seorang pemuda yang berjiwa tegas, berani dan disiplin. Simon melewati dan menghabiskan masa kecil sampai dewasa di Soe NTT, termasuk semua jenjang pendidikan umum dari sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama diselesaikan di Nusa Tenggara Timur. Sedangkan SLTA ia tercatat sebagai siswa SMA Taruna Nusantara angkatan pertama. Selepas menamatkan pendidikan SLTA tahun 1993 ia memutuskan untuk masuk Akademi Militer (AKMIL) dan melaksanakan pendidikan di Kawah Candradimuka AKMIL Magelang sampai diwisuda pada tahun 1996. Setelah menyelesaikan pendidikan militer, Simon Petrus yang kini berstatus sebagai anggota TNI Angkatan Darat dengan pangkat Letnan Dua (saat itu) meninggalkan kampung halamannya yang terkenal sangat gersang dan panas untuk menunaikan tugasnya sebagai anggota militer.

Baca juga:  Kunker di Kodim 0721/Blora Pangdam IV/Diponegoro Nostalgia

Sederhana sekali pemikirannya, bahwa saya tidak muluk-muluk ingin menjadi Panglima, saya cukup menjadi prajurit TNI AD yang bisa mengaplikasikan kemampuan teknik peralatan dalam setiap kesempatan untuk membantu mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya. “Pangkat dan jabatan, Tuhan yang mengatur”, tuturnya.

Dalam mengawali karirnya sebagai perwira pertama berpangkat Letnan Dua, Simon ditugaskan di satuan Kodam XVII/Trikora di Irian Jaya tepatnya di Paldam XVII/Trikora. Seiring perjalanan waktu dengan metode tour of area and tour of duty serta kesempatan melaksanakan pendidikan, saat ini perwira yang memiliki hobi berolah raga ini sudah berpangkat Letnan Kolonel dengan jabatan Dandenpal “B”09-12-03 Kupang Paldam IX/Udayana. Didampingi isteri tercinta yakni Ester Meilany Siregar dan dikarunia empat (4) orang anak putra dan putri. Ketika sedang menjalani pendidikan Seskoad Tahun 2013, Simon pernah berusaha meminta kepada Dirpalad lewat pengisian angket penempatan untuk ditugaskan di NTT, dengan maksud ingin mengabdi dan mewujudkan impiannya.

Setelah 23 tahun lebih meninggalkan kampung halaman yang sangat di cintainya. Kini ia dipercaya oleh pimpinan TNI AD untuk mengemban tugas barunya sebagai Dandenpal “B”09-12-03 Kupang. Ia sangat gembira karena kembali kekampung halaman namun dibalik kegembiraan itu ia juga prihatin karena melihat kondisi kampung halamanannya masih tetap seperti 23 tahun yang lalu. Dari keprihatinan yang ia rasakan, nalurinya sebagai prajurit yang berdinas di kampung halaman sendiri berjanji untuk membantu kesulitan yang dihadapi masyarakat yakni masalah kekeringan yang selalu menghantui masyarakat NTT selama ini. Berkat dukungan dan dorongan dari keluarga tercinta ia memulai menyisihkan sedikit demi sedikit rejeki yang diperolehnya untuk membuat pompa hidrolik yang efektif, efisien dan tepat guna.

Baca juga:  HUT ke-43 Korpri : Ratusan Anggota Korpri Donorkan Darah

Pompa Hidrolik buatannya ini berawal dari mekanisme tolak balik meriam yang bisa diaplikasikan untuk mendorong air melawan gravitasi dengan mengaplikasi mekanika fluida (hukum paskal, archimedes, dan kontinyuitas benoli) sebagai dasar pembuatan pompa hidrolik. Akhirnya berkat ilmu pengetahuan, kesungguhan dan kegigihan yang dimilikinya untuk membantu kesulitan masyarakat maka terwujudlah sebuah alat berupa pompa hidrolik sejenis pompa yang dapat menaikkan air dari lembah-lembah kepegunungan tanpa menggunakan bahan bakar dan listrik sehingga hemat energi dan mudah perawatan.

Atas prestasinya membuat dan mengembangkan serta memasang sebanyak 13 buah pompa hidrolik di daerah-daerah khususnya yang terpencil di Propinsi NTT yang terkenal kekurangan air selama ini, maka pimpinan TNI Angkatan Darat dalam hal ini Kasad mendorong untuk terus mengembangkan dan memproduksi lagi dengan cepat sebanyak 86 pompa. Dengan tujuan pompa buatannya akan disebar keseluruh tanah air yang meliputi Kalimantan, Maluku, Wonosari Serang Banten, Bali, NTB dan NTT.

Ketika ditemui Letkol Cpl Simon Petrus Kamlasi menjelaskan bahwa selama ini banyak proyek atau program pengairan dilapangan mengalami kendala sumber tenaga sehingga tekhnologi tepat guna ini dapat menjadi salah satu alternatif pendekatan TNI AD dengan rakyat dalam rangka mengatasi kesulitan masyarakat.

Baca juga: 

Tanggapan masyarakat sangat luar biasa. Sejak kegiatan perencanaan sampai pelaksanaan pemasangan termasuk pemeliharaan, masyarakat terlibat langsung, ikut berpartisipasi secara sukarela. Berbondong-bondong masyarakat datang ke Denpal Kupang untuk meminta agar Desa/Kampungnya mendapatkan giliran pemasangan pompa air. Kehadiran TNI AD sangat besar dirasakan oleh masyarakat terpencil. “Dulu TNI AD bersama rakyat bersatu melawan penjajah, sekarang lewat program air, TNI AD bersama rakyat bersatu melawan kekeringan” katanya.

“Orang boleh lupa berbicara tentang peran TNI Angkatan Darat tetapi biarlah air kehidupan akan terus bercerita tentang TNI AD”, imbuhnya berseloroh.

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel