Kehebatan para penembak dari TNI Angkatan Darat sudah tidak dapat diragukan lagi di dunia internasional. Delapan kali juara umum di level internasional telah menjadi bukti betapa hebatnya para penembak yang dimiliki Indonesia.
23 Mei 2015 bertempat di Puckapunyal, Victoria Australia, kontingen Indonesia menyabet juara umum dalam Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM). Itulah untuk ke delapan kalinya Indonesia berhasil menjadi juara menembak yang pada lomba di Australia tersebut tim dari Indonesia mengungguli tuan rumah dari, bahkan negara maju sekaligus negara produsen persenjataan modem seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
Bangga dan haru pun dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia atas prestasi yang ditorehkan tim Indonesia dari TNI AD tersebut. Hingga kini, perbincangan mengenai hebatnya para penembak Indonesia itu pun masih terus terjadi di sebagian masyarakat Indonesia.
Perbincangan tentang kehebatan prestasi itu selain mengenai tim juga terkait dengan senjata yang digunakan oleh para penembak dari TNI AD. Adalah senjata buatan PT Pindad, SS-2 yang berperan besar dalam sejumlah prestasi dari para penembak Indonesia tersebut.
Dengan menggunakan senjata buatan Pindad itu, Indonesia sukses mengalahkan tim dari Australia selaku tuan rumah, AS dan juga Inggris. 30 medali emas, 16 perak dan 10 perunggu menjadi torehan prestasi TNI AD dalam kejuaraan itu dengan menggunakan senjata buatan anak bangsa tersebut.
Kedigdayaan TNI AD yang menggunakan SS-2 dalam kejuaraan itu pun sempat dicurigai oleh negara lain dan bahkan meminta senjata-senjata yang digunakan tim dari Indonesia itu diperiksa. Namun pihak TNI
AD saat itu menolak permintaan dari negara Australia, Kanada, dan Inggris tersebut.
Prestasi dari SS-2 yang berhasil memenangkan lomba di sejumlah kejuaraan ‘dunia itu pun membuat negara Uni Emirat Arab tergiur untuk turut menggunakannya. Continental Aviation Services (CAS), perusahaan senjata asal negara Arab itu pun kemudian langsung memutuskan untuk melakukan kerjasama dengan PT Pindad.
Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Timur Tengah menjadi cikal bakal kontrak bisnis antara CAS dengan Pindad terjadi. Melalui kontrak bisnis itu, Pindad kemudian resmi menjual lisensi pembuatan senapan SS2 dan amunisinya kepada CAS yang nantinya CAS akan dapat memproduksi dan menjual senapan serbu tersebut ke negara-negara Timur Tengah.
Ketertarikan Uni Emirat Arab terhadap senapan serbu SS-2 buatan Pindad yang merupakan pabrikan dalam negeri itu pun menjadi salah satu tanda diakuinya kualitas dari industri pertahanan milik Indonesia. Menurut Direktur Utama PT Pindad Silmy Karim, saat ini memang sudah waktunya Pindad memasarkan produknya lebih luas lagi.
Ya sekarang kan Indonesia sudah terbukti senjatanya bisa menang di kejuaraan lomba menembak militer di Australia. Nah sekarang sudah saatnya Indonesia melakukan ekspor, kata Silmy Karim saat dihubungi, Sabtu, 26 September 2015.
Pindad menurut Silmy, memutuskan untuk menjual lisensi senapan SS-2 dan amunisinya kepada CAS lantaran perusahaan senjata milik Uni Emirat Arab itu berminat terhadap produk dari perusahaan yang pabriknya berada di Kabupaten Malang, Jawa Timur tersebut. Peluang itu menurutnya, langsung diambil oleh Pindad.
Kebetulan salah satu yang berminat untuk membeli dan mengajukan tawaran untuk memproduksi melalui lisensi ya Uni Emirat Arab. Suatu proses ya kita berikan atau peluang itu kita’ buka’, ujar Silmy.
Silmy menjelaskan, dengan ditekennya kontrak bisnis antara CAS dengan Pindad itu, maka akan dimulai segala proses salah satunya pembangunan fasilitas produksi. Hal itu menurut dia, akan membutuhkan waktu beberapa tahun.
Produksinya kan di sana. Ya tentu ada persiapan lah. Memakan waktu. Membangun fasilitas produksi kan membutuhkan waktu satu sampai dua tahun, ungkap dia.
Dia melanjutkan, kerjasama itu bentuknya adalah antara Pindad dan CAS yang didukung oleh pemerintah. Pemerintah menurutnya, hadir dalam kerjasama diantara kedua perusahaan tersebut.
Ya B to B, bisnis to bisnis. Walaupun government menyaksikan Pak Jokowi menyaksikan, dan beberapa menteri berikut juga pimpinan dari Uni Emirat Arab. Jadi G to G (government to governmet) sebagai payung, tetapi perjanjiannya B to B, ujarnya.
Silmy sendiri berharap, nantinya produk-produk dari industri pertahanan nasional terutama Pindad semakin banyak dilirik oleh para konsumen. Sehingga nantinya semakin banyak pihak yang menggunakan produk-produk dari Pindad.
Harapan Pindad semakin banyak yang menggunakan produk Pindad di dalam dan luar negeri, katanya.
TNI AD sendiri mengapresiasi atas pencapaian Pindad yang produknya telah diminati oleh Uni Emirat Arab tersebut. Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) Brigjen TNI Wuryanto, ketertarikan Uni Emirat Arab terhadap SS-2 lantaran kualitas yang dimiliki senapan serbu tersebut.
Kita mendukung kebijakan maupun apa yang telah dilakukan oleh presiden. Itu kan mestinya Uni Emirat Arab itu pesan seperti itu setelah melihat kualitas senjata kita dibandingkan dengan senjata-senjata lain, kata Wuryanto.
Perwira tinggi TNI AD yang saat ini juga menjabat sebagai Kepala Staf Komando Daerah Militer III/Siliwangi (Kasdam III/Siliwangi) itu mengatakan, kualitas SS-2 memang sudah terbukti bagus. Apalagi menurutnya, senapan itu telah memenangkan kejuaraan AASAM di Australia.
Kemarin hasil nembak di Australia maupun di tempat-tempat lain kita kan selalu jadi juara dengan’senjata SS2 V4, ujar Wuryanto.
Pengalaman prajurit-prajurit TNI AD menurut Wuryanto, merasa nyaman menggunakan produk buatan Pindad. Selain itu menurutnya, TNI AD juga merasakan sendiri kualitas alutsista dari Pindad tersebut.
Satuan-satuan di TNI Angkatan Darat ini kan diupayakan semua menggunakan alutsista produk dalam negeri termasuk untuk senapannya. Itu semuanya buatan Pindad. Kemudian dari apa yang kita peroleh selama ini dilakukan semuanya hasilnya bagus. Tidak kalah dengan senjata-senjata produk luar yang selama ini dianggap terbaik,” ujar perwira tinggi TNI lulusan Akademi Militer tahun 1986 tersebut.
Sementara itu, Pengamat Militer dari Universitas Padjajaraft (Unpad), Muradi mengatakan bahwa kerjasama terkait dengan SS-2 itu lebih baik dilakukan antara pemerintah Indonesia dengan Uni Emirat Arab. Sehingga nantinya menurut dia, pemerintah dapat memberikan jaminan terhadap kerjasama tersebut.
Ini konsepnya harus G to G. Jangan B to B. Karena garansinya berbeda antara B to B dengan G to G. Kalau G to G misal kalau ada masalah nanti negara yang akan turun tangan. Nah kalau misalnya hanya Pindad dengan yang ada di sana walaupun kedua-duanya BUMN tetap harus dinaungi oleh G to G, kata Muradi.
Muradi menegaskan, kerjasama yang dilakukan Pindad dengan CAS itu jangan sampai menghilangkan semangat nasionalisme. Sehingga menurutnya, permasalahan Transfer of Technology (ToT) harus juga menjadi perhatian.
Kita kan sering kali begitu ada ToT itu kita lupa, kita sering kemudian tidak bisa memaintenance. Nanti mereka bisa mencuri tu, tidak hanya mencuri teknologi kita tapi juga mencuri SDM kita, ujar Muradi.
Dia menjelaskan, ToT dalam sebuah kerjasama terkait dengan alutsista biasanya memang tidak menyangkut semuanya. Ada beberapa hal menurutnya yang memang bisa untuk dibagikan.
Jadi ya tergantung sejauh mana kemudian perjanjian. Seringkali kita ketika perjanjian kemudian tidak pintar menjaga kah. Kita tidak bisa memaintenance dengan baik, ujarnya.
Industri pertahanan menurut Muradi, memiliki pasar yang terbatas. Sehingga ToT menurutnya adalah salah satu cara untuk memperluas pasar tersebut.
Nah ini yang dilakukan oleh Pindad sudah benar. Selama ini yang mengisi Timur Tengah kan ada Rusia, Amerika Serikat kemudian Turki, Inggris dan kemudian Prancis. Mungkin dengan teknologi yang kita punya dengan misalnya kemarin kita memenangkan lomba menembak dan sebagainya itu bisa jadi semacam magnet untuk ke mudian orang bergeser ke kita,” ujarnya.(Sumber: HU Pelita)