Skip to main content
Berita Satuan

Senjata SS-2 Pindad Bidik Pasar Timur Tengah

Dibaca: 65 Oleh 28 Sep 2015September 30th, 2015Tidak ada komentar
TNI Angkatan Darat
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Kehebatan para penembak dari TNI Angkatan Darat sudah tidak dapat diragukan lagi di dunia internasional. Delapan kali juara umum di level internasional telah menjadi bukti betapa hebatnya para penembak yang dimiliki Indonesia.

23 Mei 2015 bertempat di Puckapunyal, Victoria Austra­lia, kontingen Indonesia menya­bet juara umum dalam Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM). Itulah untuk ke dela­pan kalinya Indonesia berhasil menjadi juara menembak yang pada lomba di Australia tersebut tim dari Indonesia mengungguli tuan rumah dari, bahkan nega­ra maju sekaligus negara produ­sen persenjataan modem seper­ti Amerika Serikat (AS) dan Ing­gris.

Bangga dan haru pun dira­sakan oleh sebagian besar ma­syarakat Indonesia atas presta­si yang ditorehkan tim Indone­sia dari TNI AD tersebut. Hing­ga kini, perbincangan mengenai hebatnya para penembak Indo­nesia itu pun masih terus ter­jadi di sebagian masyarakat In­donesia.

Perbincangan tentang kehe­batan prestasi itu selain menge­nai tim juga terkait dengan sen­jata yang digunakan oleh para penembak dari TNI AD. Adalah senjata buatan PT Pindad, SS-2 yang berperan besar dalam se­jumlah prestasi dari para pen­embak Indonesia tersebut.

Dengan menggunakan senja­ta buatan Pindad itu, Indonesia sukses mengalahkan tim dari Australia selaku tuan rumah, AS dan juga Inggris. 30 meda­li emas, 16 perak dan 10 per­unggu menjadi torehan presta­si TNI AD dalam kejuaraan itu dengan menggunakan senjata buatan anak bangsa tersebut.

Kedigdayaan TNI AD yang menggunakan SS-2 dalam kejuaraan itu pun sempat dicurigai oleh negara lain dan bahkan meminta senjata-senjata yang digunakan tim dari Indonesia itu diperiksa. Namun pihak TNI
AD saat itu menolak permintaan dari negara Australia, Kanada, dan Inggris tersebut.

Prestasi dari SS-2 yang berha­sil memenangkan lomba di se­jumlah kejuaraan ‘dunia itu pun membuat negara Uni Emirat Arab tergiur untuk turut meng­gunakannya. Continental Aviation Services (CAS), perusahaan senjata asal negara Arab itu pun kemudian langsung memutus­kan untuk  melakukan kerjasama dengan PT Pindad.

Baca juga:  Tanamkan Jiwa Nasionalisme, Satgas Yonif MR 411 Kostrad Gelar Upacara Bendera Bagi Siswa di Perbatasan

Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Timur Tengah men­jadi cikal bakal kontrak bisnis antara CAS dengan Pindad ter­jadi. Melalui kontrak bisnis itu, Pindad kemudian resmi menjual lisensi pembuatan senapan SS2 dan amunisinya kepada CAS yang  nantinya CAS akan  dapat  memproduksi dan menjual se­napan serbu tersebut ke nega­ra-negara Timur Tengah.

Ketertarikan Uni Emirat Arab terhadap senapan serbu SS-2 buatan Pindad yang merupak­an pabrikan dalam  negeri itu pun menjadi  salah  satu tan­da diakuinya kualitas dari in­dustri  pertahanan  milik Indone­sia. Menurut Direktur Utama PT Pindad Silmy Karim, saat ini me­mang sudah waktunya Pindad memasarkan produknya lebih luas lagi.

Ya sekarang kan Indone­sia sudah terbukti senjatanya bisa menang di kejuaraan lom­ba menembak militer di Austra­lia. Nah sekarang sudah saatnya Indonesia melakukan ekspor, kata Silmy Karim saat dihu­bungi, Sabtu, 26 September 2015.

Pindad menurut Silmy, memutuskan untuk menjual lisensi senapan SS-2 dan amunisinya kepada CAS lantaran perusahaan senjata milik Uni Emirat Arab itu berminat terhadap produk dari perusahaan yang pabriknya berada di Kabupaten Malang, Jawa  Timur tersebut.  Peluang itu  menurutnya, langsung diambil oleh Pindad.

Kebetulan salah satu yang berminat untuk membeli dan mengajukan tawaran untuk memproduksi melalui lisensi ya Uni Emirat Arab. Suatu proses ya kita berikan atau peluang itu kita’ buka’, ujar Silmy.

Silmy menjelaskan, dengan ditekennya kontrak bisnis an­tara CAS dengan Pindad itu, maka akan dimulai segala pro­ses salah satunya pembangu­nan fasilitas produksi. Hal itu menurut dia, akan membutuh­kan waktu beberapa tahun.

Produksinya kan di sana. Ya tentu ada persiapan lah. Memakan waktu. Membangun fasilitas produksi kan membu­tuhkan waktu satu sampai dua tahun, ungkap dia.

Dia melanjutkan, kerjasama itu bentuknya adalah anta­ra Pindad dan CAS yang didu­kung oleh pemerintah. Pemer­intah menurutnya, hadir dalam kerjasama diantara kedua peru­sahaan tersebut.

Baca juga:  FC CIMIC Indonesia-Italia Kunjungi Sekolah dan Panti Asuhan di Lebanon

Ya B to B, bisnis to bisnis. Walaupun government menyak­sikan Pak Jokowi menyaksikan, dan beberapa menteri berikut juga pimpinan dari Uni Emirat Arab. Jadi G to G (government to governmet) sebagai payung, tetapi perjanjiannya B to B, ujarnya.

Silmy sendiri berharap, nantinya produk-produk dari industri pertahanan nasional terutama Pindad semakin banyak dilirik oleh para konsumen. Sehingga nantinya semakin banyak pihak yang menggunakan produk-produk dari Pindad.

Harapan Pindad semakin banyak yang menggunakan produk Pindad di dalam dan luar negeri, katanya.

TNI AD sendiri mengapresiasi atas pencapaian Pindad yang produknya telah diminati oleh Uni Emirat Arab tersebut. Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) Brigjen TNI Wuryanto, ketertarikan Uni Emirat Arab terhadap SS-2 lantaran kualitas yang dimiliki senapan serbu tersebut.

Kita mendukung kebijakan maupun apa yang telah dilakukan oleh presiden. Itu kan mes­tinya Uni Emirat Arab itu pesan seperti itu setelah melihat kua­litas senjata kita dibandingkan dengan senjata-senjata lain, kata Wuryanto.

Perwira tinggi TNI AD yang saat ini juga menjabat sebagai Kepala Staf Komando Daerah Militer III/Siliwangi (Kasdam III/Siliwangi) itu mengatakan, kualitas SS-2 memang sudah terbukti bagus. Apalagi menu­rutnya, senapan itu telah me­menangkan kejuaraan AASAM di Australia.

Kemarin hasil nembak di Australia maupun di tempat-tempat lain kita kan selalu jadi juara dengan’senjata SS2 V4, ujar Wuryanto.

Pengalaman prajurit-praju­rit TNI AD menurut Wuryanto, merasa nyaman menggunakan produk buatan Pindad. Selain itu menurutnya, TNI AD juga merasakan sendiri kualitas alutsista dari Pindad tersebut.

Satuan-satuan di TNI Ang­katan Darat ini kan diupayakan semua menggunakan alutsista produk dalam negeri termasuk untuk senapannya. Itu semua­nya buatan Pindad. Kemudian dari apa yang kita peroleh se­lama ini dilakukan semuanya hasilnya bagus. Tidak kalah dengan senjata-senjata produk luar yang selama ini dianggap terbaik,” ujar perwira tinggi TNI lulusan Akademi Militer tahun 1986 tersebut.

Baca juga:  Boneng, Wujud Cinta dan Dukungan Warga Pegunungan Bintang Ke TNI

Sementara itu, Pengamat Mi­liter dari Universitas Padjajaraft (Unpad), Muradi mengatakan bahwa kerjasama terkait dengan SS-2 itu lebih baik dilakukan an­tara pemerintah Indonesia den­gan Uni Emirat Arab. Sehingga nantinya menurut dia, pemerin­tah dapat memberikan jaminan terhadap kerjasama tersebut.

Ini konsepnya harus G to G. Jangan B to B. Karena ga­ransinya berbeda antara B to B dengan G to G. Kalau G to G misal kalau ada masalah nan­ti negara yang akan turun tan­gan. Nah kalau misalnya hanya Pindad dengan yang ada di sana walaupun kedua-duanya BUMN tetap harus dinaungi oleh G to G, kata Muradi.

Muradi menegaskan, ker­jasama yang dilakukan Pindad dengan CAS itu jangan sam­pai menghilangkan semangat nasionalisme. Sehingga menu­rutnya, permasalahan Transfer of Technology (ToT) harus juga menjadi perhatian.

Kita kan sering kali begitu ada ToT itu kita lupa, kita sering kemudian tidak bisa memaintenance. Nanti mereka bisa men­curi tu, tidak hanya mencuri teknologi kita tapi juga mencuri SDM kita, ujar Muradi.

Dia menjelaskan, ToT dalam sebuah kerjasama terkait de­ngan alutsista biasanya me­mang tidak menyangkut semua­nya. Ada beberapa hal menu­rutnya yang memang bisa un­tuk dibagikan.

Jadi ya tergantung sejauh mana kemudian perjanjian. Seringkali kita ketika perjanjian kemudian tidak pintar menja­ga kah. Kita tidak bisa memaintenance dengan baik, ujarnya.

Industri pertahanan menurut Muradi, memiliki pasar yang ter­batas. Sehingga ToT menurut­nya adalah salah satu cara un­tuk memperluas pasar tersebut.

Nah ini yang dilakukan oleh Pindad sudah benar. Selama ini yang mengisi Timur Tengah kan ada Rusia, Amerika Serikat ke­mudian Turki, Inggris dan ke­mudian Prancis. Mungkin de­ngan teknologi yang kita pun­ya dengan misalnya kemarin kita memenangkan lomba me­nembak dan sebagainya itu bisa jadi semacam magnet untuk ke mudian orang bergeser ke kita,” ujarnya.(Sumber: HU Pelita)

 

 

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel