
Diutarakan Alzaki, Wisuda Jurit merupakan awal perjuangan untuk menjadi Perwira TNI AD, sehingga selama pendidikan di Akmil pun dia memilih fokus belajar dan berlatih untuk mewujudkan cita-citanya itu.
“Dengan berbagai dinamika yang ada, bagi saya kehidupan di Akmil dirasakan lebih baik. Karenanya, membayangkan keluarga di kampung halaman, sampai lulus, meski diberikan kesempatan pesiar, saya lebih memilih mempersiapkan diri di Kesatrian. Ketika makan di rumah makan, saya terbayang keluarga saya makan apa di kampung,” terang Alzaki.
Sambil tersenyum, pria dengan tinggi badan sekitar 163 cm dan juga hampir tidak dijinkan mengikuti seleksi Kopassus karena tinggi badannya itu, menyampaikan bahwa dimungkinkan hingga kini dirinya merupakan pejabat Danmen Korps (Komandan Resimen Korps) Taruna yang terpendek.
“Juga ketika Praspa dilantik Bapak Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, punya kenangan tersendiri. Tapi untungnya kameramen yang mengambil sangat bagus, sehingga semuanya terlihat seperti memiliki tinggi badan yang tidak jauh berbeda,” ujarnya sedikit tertawa.
Menurutnya, amanah jabatan selaku Danmen Korps yang diterimanya itu tidak hanya memberikan kebanggaan tersendiri, namun menuntut komitmen yang kuat agar dapat mengatur dan mengelola kehidupan Korps Taruna dari tingkat I s.d III dengan baik.
“Dengan usia masih dapat dikatakan remaja (21 tahun), para pejabat Korps Taruna, selain dituntut mampu berprestasi, juga menjadi contoh, teladan, serta penjembatan komunikasi antara Taruna dengan pengasuh melalui Mentar (Resimen Taruna) maupun Lembaga (Akmil),” imbuhnya.
Raih Adhi Makayasa dan Tri Sakti Wiratama apa bedanya?