Salatiga ( 22/4), Salah satu rangkaian Kirab merah putih yang di laksanakan oleh Korem 073/Makutarama adalah Shalawat Kebangsaan yang di pimpin langsung oleh Habib Lutfi Bin Ali Bin Yahya kiai karismatik dari Pekalongan, di halaman Makorem Salatiga.
Sebelum di mulai acara shalawat kebangsaan di awali dengan pembacaan teks Pancasila oleh Rektor UKSW Prof. Pdt. John A. Titaley, Th.D, dan menyanyikan lagu Padamu Negeri serta Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
Dalam Shalawat Kebangsaan ini mengusung tema “Bela Negara”, di dalam ceramahnya Habib Lutfi Bin Ali Bin Yahya, mengatakan Bela Negara bukanlah hal yang bersifat militer. Makna Bela Negara seperti ini terbilang sempit. Tema Bela Negara yang diangkat dalam Konferensi Ulama Thariqah adalah bela negara yang mengikat seluruh anak bangsa untuk mengangkat rasa memiliki. Jika setiap anak bangsa sadar akan rasa memiliki, maka negara akan kuat. Kekuatan dari Bela Negara adalah rasa cinta kepada tanah air masing-masing.
Tidak hanya berarti sempit militer, Bela Negara justru mengikat pula dalam pendidikan, perdagangan, pertanian, termasuk menopang kemajuan bangsa. Maka, Bela Negara jangan dimengerti sebagai angkat sejata, tetapi bagaimana Bela Negara melahirkan kaum intelektual dalam bidang pertanian, kelautan, dan seluruh ranah kebangsaan, sehingga sikap yang benar-benar memperkokoh bangsa dan negara adalah Bela Negara juga. Jadi tidak hanya di militer, namun ada juga pada mencetak ilmuan, saintis, lewat pendidikan, dan lainnya, agar tercipta kedamaian dunia.
Indonesia sangat luas dan luar biasa, kita semua mengetahui. Indonesia juga negara yang sangat strategis. Negara yang paling kaya kepulauan. Namun sejauh mana anak-anak kita belajar tentang perbatasan Negara? Apa yang mereka pelajari dari hasil daerah dan Negara? Anak-anak kita sudah banyak yang ketinggalan.
“Mungkin ini disebabkan kurangnya pendidikan dari orangtua. Sehingga anak menjadi rabun akan Bangsanya. Padahal wajib hukumnya Bela Negara,” tutur Habib Luthfi. “Memajukan pendidikan, ekonomi, pertanian itu termasuk dalam kategori bela negara. Kekayaan apa yang ada di negara masing-masing”.
Tentara dan rakyat jauh tidak saling kenal. Tapi alhamdulillah di Indonesia tiap hari ulama dan tentara saling berhubungan. Rakyat dan tentara saling berhubungan. Program tentara masuk desa untuk membantu rakyat. Tentara adalah anak bangsa. Sehingga terbangun saling menghormati antara Ulama dan Tentara, Rakyat dan tentara. Tentara bukanlah instansi terpisah dari masyarakat. Mereka adalah bagian dari warga ini juga, “pungkas beliau. Hadir dalam Shalawat Kebangsaan ini pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Jaswandi, Para Dandim jajaran Rem 073/Mkt, Para Dan/Satdisjan Rem, Para Kasi/Pasi, Frkompinda Kota Slatiga dan Kabupaten Semarang serta para alim Ulama yang ada di daerah Salatiga dan Semarang. (Penrem 073/Mkt)