Skip to main content
Satgas Pamtas

Tradisi Barapen, Silaturahmi dan Kebersamaan Satgas Yonif 754 Dengan Masyarakat Tembagapura

Dibaca: 30 Oleh 25 Feb 2020Tidak ada komentar
Tradisi Barapen, Silaturahmi dan Kebersamaan Satgas Yonif 754 Dengan Masyarakat Tembagapura
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

JAKARTA, tniad.mil.id – Tradisi Barapen atau bakar batu yang diselenggarakan Satgas Yonif 754/ENK dan masyarakat di kampung Tsinga Distrik Tembagapura tidak hanya sebagai ajang silaturahmi, namun juga untuk membangun kebersamaan, serta memperkuat kemanunggalan TNI dan Rakyat.

Hal tersebut disampaikan Dansatgas Yonif 754/ENK, Letkol Inf Dodi Nur Hidayat, dalam rilis tertulisnya di Kabupaten Mimika, Tembagapura, Selasa (25/2/2020).

Diungkapkan Dansatgas, kegiatan bakar batu yang digelar personel Pos Tsinga, Minggu (23/2/2020), bertujuan meningkatkan jalinan silaturahmi dan kebersamaan antara personel Satgas dengan warga Kampung Tsinga.

“Juga untuk membangun semangat kebersamaan antar warga di kampung itu sendiri,” kata Dodi.

“Dengan terjalin dan terjaganya kebersamaan dan silaturahmi ini, kita dapat merajut kemanunggalan TNI dengan rakyat,” tambahnya.

Diungkapkan Dansatgas, tradisi bakar batu merupakan tradisi tertua di Papua sebagai simbol persaudaraan dan rasa syukur atas berkat yang melimpah, dengan cara memasak dan membakar secara besar-besaran, menggunakan batu yang dibakar.

Tradisi Barapen, Silaturahmi dan Kebersamaan Satgas Yonif 754 Dengan Masyarakat Tembagapura

“Selain itu, tradisi ini juga dilakukan untuk menyambut tamu penting yang datang, atau sebagai upacara pernikahan,” jelas Dodi.

Baca juga:  Satgas Yonmek 403 Bagikan Masker dan Sembako Kepada Masyarakat Perbatasan

“Sampai sekarang tradisi ini masih dijalankan,” tambahnya.

Kegiatan bakar batu Satgas Yonif 754/ENK, berlangsung dalam suasana penuh kegembiraan dan semangat gotong royong dalam mengolah dan memasak daging, sayuran, serta umbi-umbian.

“Sebagai wujud toleransi, masyarakat Tsinga secara sukarela menyerahkan dua ekor babi, dan mengumpulkan umbi-umbian dari hutan, untuk dimakan bersama dengan personel Satgas,” kata Dodi.

“Babi merupakan makanan yang tergolong mewah, saat ini harganya berkisar 8 – 9 juta per ekor,” lanjutnya.

Menurut Dansatgas, bakar batu juga dapat dijadikan wadah silaturahmi untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi warga, sehingga dapat dicarikan solusi untuk mengatasinya.

“Melalui kegiatan ini, kita juga dapat mengetahui permasalahan yang mereka hadapi, dan bersama-sama kita cari cara mengatasinya” ujar Dodi.

“Sehingga keberadaan TNI semakin dirasakan masyarakat, terutama membantu mengatasi kesulitan yang mereka hadapi,” lanjutnya.

Sementara itu, Daniel (39) yang juga pendeta di Kampung Tsinga, menyampaikan apresiasinya karena kegiatan ini dapat menjaga persatuan antar sesama anak bangsa.

“Puji Tuhan, semoga kita bersama Bapak TNI, dapat menjaga persatuan di Papua ini,” kata Daniel. (Dispenad)

Baca juga:  Satgas Yonif 642/Kps Bersama Warga Pasang Tanggul Penahan Longsor

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel