Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda 2016, Program Obrolan Karebosi Celebes TV Makassar menyiarkan langsung dialog interaktif dengan melibatkan tiga tokoh yaitu Pangdam Wirabuana Mayjen TNI Agus SB, Rektor Universitas Hasanudin (Unhas) Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulibuhu MA, serta Ketua Badko HMI Sulsel Sdr. Taufik, Kamis (27/10).
Pangdam Wirabuana mengulas tentang radikalisme sebagai suatu hal yang paling berbahaya apabila masuk dan mengakar kuat dalam pikiran seseorang yang mengutamakan kekerasan. Dalam hal ini , orang yang tidak sepaham dianggap salah. Ajaran agama yang mengedepankan kedamaian dan bersifat sakral dibelokan dan ditunggangi untuk kepentingan ideologi atau politik. Terdapat kecenderungan bahwa secara kualitas radikalisme semakin meningkat. Seseorang menggunakan dunia maya atau media sosial, yang berproses dalam diri seseorang tanpa dilihat org lain, kemudian berkembang menjadi pemikiran yang menyimpang.
Menanggapi hal ini, Rektor Unhas mengatakan bahwa kampus memang rawan bagi berkembangnya radikalisme, mengingat mahasiswa selalu terbuka dan senang dengan hal-hal yang baru. Namun sampai saat ini, Unhas belum terindikasi masuknya radikalisme secara terpola atau terstruktur. Sedangkan latar belakang timbulnya radikalisne dapat dilihat dari aspek makro, yaitu adanya pengaruh dunia internasional, seperti adanya negara yang mendiskreditkan negara-negara Islam telah menimbulkan solidaritas agaman Islam. Secara mikro, adanya kondisi lingkungan keluarga, kampus, termasuk lingkungan tempat tinggalnya. Adapun modusnya dilakukan secara personel melalui penyusupan. Agar radikalisme ini tidak berkembang di kampus, maka Unhas membekali mahasiswanya pemahaman-pemahaman yang benar, agar tidak terpengaruh sentimen agama yang negatif, seperti intoleran terhadap kelompok lain. Begitupula mengaktifkan kegiatan ekstrakurikuler, sehingga mahasiswa waktunya banyak dihabiskan untuk kegiatan positif. Disamping itu, media pun harus aktif menyaring berita-berita yang mengandung nilai kekerasan.
Bagi Ketua Badko HMI Sdr. Taufik hampir semua gerakan terorisme di Indonesia berasal dari kaum muda. Untuk itu, diperlukan upaya menggelorakan pemahaman agama dan nilai-nilai Pancasila. Mengharap kepada peran para tokoh turun mensosialisasikan nasionalisme kepada segenap elemen masyarakat, terutama kaum muda.
Mengenai dua buku yang mengulas radikalisme hasil pemikiran Mayjen TNI Agus SB, merupakan sebuah bentuk keprihatinan yang berangkat dari fenomena berkembangnya terorisme. Memang, secara kuantitas berkurang, namun secara kualitas bertambah. Dunia maya dengan mudah mengakses paham kekerasan.
”Berdasarkan pengalaman dan hasil penelitian, diperoleh informadi bahwa melalui dunia maya orang dapat membuat bom secara sederhana. Untuk mengatasinya, salah satu cara yang dilakukan melalui kontra narasi, salahsatunya melalui website bela negara. Juga membentuk Forum Kebangsaan yang melibatkan Staf Ahli Kodam dan para ahli dari berbagai bidang ilmu dengan tugas membuat modul formulasi pendidikan bela negara yang sesuai dengan kelompok dan strata tertentu. Pendekatan yang digunakan adalah dialog untuk mencari kesamaan pemahaman dan pemikiran,” ungkap Mayjen TNI Agus SB. (Pendam VII/Wrb)