Skip to main content
Kostrad

“Kendala Masyarakat Perbatasan Berobat di Kota Merauke “

Dibaca: 8 Oleh 02 Agu 2016Tidak ada komentar
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

 

Tertidur di sebuah kasur tipis. Kasur yang seakan-akan terlihat lelah menahan beban tubuh seorang ibu yang selalu berada di atasnya.

Itulah sepenggal keadaan Ribka Balmojay, seorang ibu dengan 2 (dua) orang anak yang menderita sakit. Penyakit yang berada di dalam tubuhnya membuatnya tidak dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari sebagai seorang ibu rumah tangga.

Ribka adalah seorang ibu biasa dengan aktifitas layaknya ibu pada umumnya. Ia adalah istri seorang ketua RT di Kampung Toray. Ia terlihat lemah sambil sesekali menahan sakit ketika menggerakkan tubuhnya. Dengan kaki yang tertekuk dan terlihat mengecil serta hanya dibungkus kulit, sesekali ia hanya meringis ketika mencoba untuk meluruskan kakinya yang terkulai tak berdaya. Sambil menatap sayu melihat sekeliling kamar tidurnya yang masih nampak sama seperti 1 tahun yang lalu.

Penderitaan sakitnya berawal pada bulan Nopember tahun yang lalu. Tidak lama setelah pulang bekerja memukul sagu dari ladangnya di dalam hutan. Sesampainya di rumah, ia langsung merasakan lutut kirinya terasa panas. “Pergi pukul sagu, pulang dari sana lutut langsung terasa panas. Sebelumnya mama pernah jalan jauh kaki langsung bengkak,“ ungkapnya sambil sesekali ia meraba kaki kirinya untuk berusaha meluruskannya kembali. Ia sudah pernah dirawat di rumah sakit di Merauke selama 5 (lima) bulan, namun tak kunjung membaik maka keluarganya memutuskan untuk membawanya pulang karena keterbatasan biaya hidup di Rumah Sakit. “Kita bawa pulang saja karna kitorang sulit dapat makan di sana”, ujar suaminya yang dengan setia merawatnya setiap hari dengan penuh kesabaran dan cinta kasih. Kondisi tersebut merupakan kendala sebagian besar masyarakat perbatasan selama berobat di Merauke yang memerlukan biaya operasional selama perawatan, walaupun biaya pengobatan sudah ditanggung oleh pemerintah.

Baca juga:  Awali Tugas Pamtas RI-RDTL, Satgas Yonif 742/SWY Terima Pembekalan Danrem 161/Wira Sakti

Sambil memakan beberapa potong kue yang terbuat dari sagu, ia melanjutkan ceritanya. Setelah kaki kirinya terasa panas berselang beberapa jam kakinya tidak bisa bergerak dan keesokan harinya, ketika ia ingin beranjak berdiri dari tempat tidurnya tiba – tiba kakinya tidak bisa untuk berjalan hingga terasa sakit di dalam lututnya. Sakit yang sebelumnya dirasa biasa saja olehnya, selang beberapa hari kemudian membengkak.

Bila malam tiba ia sering terjaga karena kedinginan, dengan sehelai kain yang hanya menutupi sebagian tubuh kurusnya itu, ia tidur layaknya udang dengan melipat kaki merapat ke tubuhnya.

Rencana ke rumah sakit lagi ada, akan tetapi mereka terkendala mengenai biaya operasional selama di rumah sakit. “Bapak mau keluar cari uang tidak bisa lagi karena jaga mama. Selama menjaga mama di RS sudah keluar banyak uang untuk makan dan transportasi. Kami sekarang ini sering dikunjungi petugas kesehatan dari Pos Satgas Pengamanan Perbatasan Yonif 407/PK,” jelas suaminya, Yoel Kabarjae yang kesehariannya berladang dan berburu di hutan.

Baca juga:  Tetap Laksanakan Prokes, TNI Tingkatkan Kualitas Kesehatan Di Tapal Batas Papua

Masih terbaring di tempat tidurnya sambil memikirkan bagaimana nasib kedua anaknya. Si sulung telah lulus SMA yang membuatnya sedikit lega akan beban sakitnya, sementara si bungsu masih duduk di bangku sekolah dasar. Setiap hari yang ia panjatkan ialah doa untuk kesembuhannya dan nasib lebih baik untuk kedua buah hatinya yang dapat mengenyam bangku sekolah tidak seperti dirinya.

Tubuh yang kini telah lelah menahan sakit mencoba meraih asa yang dulu pernah terbias oleh sakitnya ini, ia juga ingin kelak jika ia sembuh, “Mama ingin kerja menjadi pelayan Tuhan”, isaknya sambil mengusap air mata yang berderai di pipinya.

Itulah sekelumit cerita dari Kampung Toray yang merupakan bagian dari Distrik Sota. Dengan populasi penduduk sejumlah 154 KK. Di Kampung Toray hanya ada sebuah Puskesmas Pembantu dengan seorang petugas kesehatan, yaitu bidan Salma. Bidan Salma sebagai satu-satunya petugas kesehatan di Kampung Toray mengatakan bahwa dengan adanya Satgas Pengamanan Perbatasan Yonif 407/PK di Toray sangat membantu untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat Toray. “Dalam beberapa hal kami sering bertukar pikiran mengenai pelayanan pasien dan juga obat-obatan. Pelayanan kesehatan dari Pos Satgas Yonif 407/PK sangat bagus dengan memberikan waktu pelayanan 24 Jam. Saya pun merasa terbantu dan yang paling membuat saya senang yaitu cara pelayanannya yang ramah”, ujarnya.

Baca juga:  Pos Yandu Yonif PR 328, Dukung Infonesia sehat di Arso

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel