Kodam XVI/Pattimura menggelar Latihan Terpadu Penanggulangan Akibat Bencana Alam kepada Pemda dibuka oleh Komandan Rindam XVI/Pattimura Kolonel Inf Aswadi S.E. bertempat di Aula Sudirman Makodam XVI/Pattimura Ambon, Kamis,( 20/10).
Latihan Terpadu Penanggulangan Akibat Bencana Alam ini diikuti oleh perwakilan dari PLN, PU, Basarnas, Kepolisian, Pemda, Perhubungan, AL, AU dan personel Kodam XVI/Pattimura. Tema yang diusung dalam latihan ini adalah “Koops TNI Wilayah Kodam XVI/Pattimura Membantu Pemerintah Daerah Maluku dan Maluku Utara Dalam Melaksanakan Penanggulangan Akibat Bencana Alam Gempa Bumi Dalam Rangka Mendukung Tugas Pokok TNI”.
Danrindam Kolonel Inf Aswadi S. E. mengatakan Latihan Terpadu Operasi Bantuan kepada Pemda di Wilayah Maluku merupakan uji kesiapan satuan dalam melaksanakan tugas, sehigga ketika terjadi suatu bencana telah siap mengantisipasi guna meminalisir kerugian yang dialami. “Hal ini penting karena latihan bagi seorang prajurit merupakan suatu kebutuhan yang harus dapat terpenuhi dengan baik, dalam mewujudkan kesiapan dan kesiapsiagaan satuan yang bersinergi dengan Pemerintahan Daerah,”katanya.
Danrindam menekankan kepada peserta latihan untuk menyiapkan diri dengan baik sehingga mampu menyelesaikan latihan ini dengan penuh rasa tanggung jawab. Sebagaimana tugas pokok TNI sesuai dengan UU No 34 Tahun 2004 tentang TNI, yaitu menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI serta melindungi segenap bangsa Indonesia. “Tugas pokok ini dilaksanakan dengan Operasi Militer Untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Salah satu dari tugas OMSP tersebut adalah melaksanakan bantuan kepada Pemda dalam menanggulangi bencana alam di daerah”, tegasnya.
“Latihan kesiapsiagaan berlangsung selama delapan hari harus dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para peserta latihan, untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan prajurit. Agar latihan kesiapsiagaan dapat mencapai hasil yang optimal, juga sangat ditentukan oleh sinergitas satuan TNI dengan Pemda,”ungkapnya.
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami dan aktivitas manusia, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang materiil dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan serta kesiap- siagaan dan kesigapan para aparatur negara yang telah terlatih.
Maluku dan Maluku Utara merupakan Daerah yang berada di pertemuan tiga lempeng dunia, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan lempeng Indo-Australia. Pertemuan tiga lempeng dunia yang selalu bergerak aktif satu sama lain ini menimbulkan kemungkinan terjadinya gempa bumi yang dalam beberapa hal dapat mengakibatkan timbulnya tsunami.
Di Pulau Ambon terdapat 10 zona garis patahan, tiga diantaranya berada pada daerah pemukiman padat penduduk. Jalan Pattimura Ambon naik sampai ke kawasan Batumeja masuk dalam salah satu zona patahan itu. Yang lebih rawan lagi adalah daerah Poka-Rumahtiga karena dilalui tiga garis patahan. Ketiga garis patahan itu berada di Tanjung Marthapons, di belakang Poka Rumahtiga dari Waiyame melintang garis patahan sampai ke Telaga Kodok dan patahan dari Waiyame naik ke arah Utara Pulau Ambon.
Dengan kondisi seperti itu membuat kawasan ini sangat rawan. Patahan-patahan ini akan aktif kalau terjadi gempa besar. Ada tiga jenis gempa berdasarkan keaktifannya yakni gempa yang sudah tidak aktif, berpotensi aktif, dan gempa aktif. Di Maluku belum dijumpai gempa aktif, namun di Pulau Ambon misalnya, masuk dalam kategori patahan-patahan berpotensi aktif dimana jika terjadi gempa besar bisa menimbulkan bencana seperti pada Tanggal 17 Februari tahun 1674. Sementara di Pulau Ambon pernah terjadi gempa dahsyat disusul tsunami yang banyak memakan korban, dan tidak kurang dari 11 kali terjadi gempa kurun waktu tahun 2013 sampai dengan 2015 yang terjadi di Daerah Maluku dan Maluku Utara. (Pendam16)