Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Gatot Nurmantyo kembali mengingatkan potensi ancaman proxy war di Indonesia. Menurut dia, potensi tersebut meningkat seiring menipisnya persediaan energi hingga negara-negara besar mengalihkan perhatian ke energi hayati yang sebagian besar berada di negara khatulistiwa.
“Proxy war adalah perang di mana salah satu pihak menggunakan pihak ketiga. Di sinilah peran abdi negara sangat menentukan. Sebetulnya untuk mengalahkan proxy war negara kita sudah memiliki semuanya, yakni Pancasila dan semangat gotong royong,” ujar Gatot saat menggelar bincang-bincang KSAD dengan Pemprov DKI Jakarta, Kodam Jaya, PoldaMetro Jaya, PemdaBekasi, Depok, dan Tangerang di Gedung Lemhanas Jakarta kemarin.
Hadir dalam acara tersebut Gubernur Lemhanas Budi Susilo Soepandji, KSAD Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok), Pangdam Jaya Mayjen TNI Agus Sutomo, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol TitoKarnavian.
Gatot memaparkan, pertumbuhan penduduk di dunia berjalan dengan cepat. Berdasarkan data yang diperoleh, penduduk di dunia pada 1800 hanya berjumlah 1 miliar. Kemudian 130 tahun kemudian bertambah 1 miliar. Hanya dalam tempo 30 tahun, jumlah penduduk dunia sudah jadi 3 miliar dan 15 tahun kemudian sudah membengkak menjadi 4 miliar.
“Selanjutnya, 12 tahun atau sekitar 2011 jumlahnya naik menjadi 7 miliar. Dari hasil penghitungan, diprediksi pada 2043 mendatang jumlah penduduk mencapai 12,3 miliar di mana 9,8 miliar berada di non ekuator,” katanya.
Pertambahan penduduk yang demikian pesat ternyata tidak dibarengi dengan ketersediaan energi. Berdasarkan data OPEC, sisa cadangan energi tinggal 45 tahun lagi, sementara konsumsi energi terus meningkat. Meski sudah adapene-muan energi terbarukan dari sumber hayati, itu pun belum maksimal. “Kalau dari sekarang, maka tidak lama lagi atau sekitar 28 tahun lagi energi akan habis. Ini yang dihadapi anak cucu bangsa,” sebutnya.
Gatotmemprediksi, semakin menipisnya sumber energi dan belum ditemukan energi pengganti mendorong negara-negara kuat mencari sumber energi di negara-negara lain untuk memenuhi kebutuhannya. Indonesia sebagai negara besar dengan garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada dengan kekayaan laut yang banyak mendorong bangsa-bangsa asing untuk menguasai Indonesia.
“Saat ini sekitar 70% konflik di dunia berlatar belakang energi. Perang yang tadinya karena energi minyak bumi akan beralih ke pangan, air sebagai sumber energi. Hanya wilayah-wilayah ekuator seperti Indonesia, Afrika, dan Amerika Latin yangcocok untuk sumber energi hayati. Hanya inilah (tiga negara) yang memiliki sumber air dan pangan ke depan,” ucapnya.
Dia lantas menuturkan, ada beberapa cara yang digunakan untuk menguasai Indonesia, salah satunya melakukan proxy war seperti yang terjadi di sejumlah negara di Timur Tengah. Sebab mereka menyadari tidak. mudah menguasai Indonesia secara langsung mengingat rakyat bersama TNI akan solid melakukan perlawanan.
Melalui proxy war, penguasaan terhadap Indonesia akan lebih mudah mengingat proxy war dilakukan dari dalam, menyusup masuk ke sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bemegara.
“Mulai dari pembentukan opini, menciptakan rekayasa sosial, perubahan budaya, adu domba TNI-Polri, pecah belah partai, tawuran, dan penyelundupan narkoba sudah bisa dirasakan. Jika rakyat sudah lemah maka akan mudah menguasainya,” tutur dia.
Gatot mencontohkan, lepasnya Timor Timor merupakan bentuk nyata dari proxy war karena adanya upaya penguasaan kandungan minyak yang luar biasa di celah Timor yang dinamakan Greater Sunrise.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama mengapresiasi pertemuan ini. Pria yang akrab dengan sapaan Ahok ini berharap, kegiatan tersebut memberikan pemahaman secara komprehensif mengenai kondisi bangsa dan negara. “Saya minta semua pihak menjaga kekompakan. Sebab kekompakan kita membuat orang yang mau mengacaukan Ibu Kota mikir, semoga kita selalu kompak dan Jakarta Baru segera terwujud,” ujarnya (Sumber: HU Seputar Indonesia)