Skip to main content
Artikel

Quo Vadis Implementasi Pembinaan Teritorial TNI AD di Era Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0?

Dibaca: 2384 Oleh 21 Okt 2020Agustus 15th, 2021Tidak ada komentar
Quo Vadis Implementasi Pembinaan Teritorial TNI AD di Era Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0? Mensukseskan Ketahanan Pangan Nasional
#TNIAD #TNIADMengabdiDanMembangunBersamaRakyat

Oleh: Letkol Kav Suteja, S.H., M.Si., (Pabandya-1/Progdalwasgar Spaban I)

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era saat ini sepertinya dapat mewujudkan sesuatu yang dulunya tidak mungkin menjadi kenyataan. Era saat ini lebih trennya disebut sebagai era Revolusi Industri 4.0, yaitu suatu transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri konvensional. Industri 4.0 adalah tren utama di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi siber.1 Proses produksi atau jasa yang awalnya membutuhkan waktu yang lama, sulit, dan membutuhkan biaya mahal kini dapat menjadi lebih cepat, mudah, dan murah dalam prosesnya.

 

Jepang pada awal Januari 2019 telah memelopori perkembangan kehidupan masyarakat yang disebut dengan Society 5.0 atau Masyarakat 5.0. Masyarakat 5.0 adalah suatu konsep masyarakat yang berpusat pada manusia (human-centered) dan berbasis   teknologi (technology based). Konsep ini lahir sebagai pengembangan dari Revolusi Industri 4.0 yang dinilai berpotensi mendegradasi peran manusia. Tahapan dalam Masyarakat 4.0 adalah dengan mengumpulkan informasi melalui jaringan dan dianalisa oleh manusia. Namun, pada Masyarakat 5.0, sejumlah besar informasi dari sensor-sensor dalam ruang nyata diakumulasi dalam ruang virtual, kemudian dianalisa oleh kecerdasan buatan/Artificial Intelligence (AI) selanjutnya hasil analisis akan diberikan kembali kepada manusia di ruang nyata dalam berbagai bentuk.

Era Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0 pada saat ini terus berkembang, berbanding lurus dengan tingkat pendidikan dan pemahaman masyarakat Indonesia. Di tengah gempuran ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat pesat dihadapkan dengan pencapaian tugas pokok TNI AD yang memiliki salah satu fungsi utamanya melaksanakan Pembinaan Teritorial (Binter), maka timbul pertanyaan kritis, yaitu “Quo Vadis (ungkapan bahasa latin berarti “Hendak kemana?) implementasi pembinaan teritorial TNI AD di era Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0?”

 Implementasi Binter TNI AD Saat Ini

Tingkat kepercayaan publik terhadap kinerja lembaga negara di antaranya TNI pada awal tahun 2020 telah disurvei secara nasional oleh beberapa Lembaga Survei independen. Hasil survei tersebut seperti pada tahun sebelumnya bahwa TNI kembali mendapatkan tempat teratas dibanding Lembaga Negara lainnya dalam kepercayaan publik atas kinerja yang telah dilakukan. Tingkat persentase yang diperoleh TNI berkisar antara 79%

s.d 94% yang dilakukan oleh beberapa Lembaga Survei di antaranya Indo Barometer, Cyrus Network, Politika Research Consulting (PRC), dan Parameter Politik Indonesia (PPI) dengan menggunakan metodologi multistage random sampling dengan teknik pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara tatap muka menggunakan kuesioner pada 1.200 s.d 2.197 responden yang tersebar di seluruh provinsi Indonesia dan margin of error sekitar 2,13% s.d 2,85% serta pada tingkat kepercayaan mencapai 95%.2

Baca juga:  Batalyon Armed 1 Laksanakan Tradisi Masuk Satuan Divif 2 Kostrad

Keberhasilan TNI mendapatkan tempat teratas terkait hasil survei penilaian tingkat kepercayaan publik di samping dari aspek penilaian lainnya, tidak terlepas dari pengaruh kontribusi implementasi Binter TNI AD yang dilaksanakan oleh jajaran TNI AD secara langsung maupun tidak langsung, memberikan pelayanan pada publik di wilayahnya masing-masing. Namun demikian, hasil survei tersebut hanya dapat dijadikan salah satu referensi saja dan bukanlah menjadi suatu tolok ukur yang mutlak dan valid atas penilaian keberhasilan implementasi Binter TNI AD.

Parameter keberhasilan implementasi Binter TNI AD saat ini masih mengacu pada Petunjuk Teknis tentang Parameter Tugas Satkowil yang disahkan dengan Keputusan Kasad Nomor KEP/722/IX/2016 tanggal 1 September 2016. Berdasarkan Petunjuk Teknis tersebut hanya dilakukan penilaian dari aspek internal Satkowil jajaran TNI AD saja yaitu berupa parameter pelaksanaan kegiatan Program Kerja dan Anggaran di bidang Pembinaan Satuan (Binsat) dan bidang Pembinaan Teritorial (Binter).

Lantas, bagaimana bentuk parameter yang valid dan dapat mengukur keberhasilan implementasi Binter TNI AD dihadapkan dengan konteks mempersiapkan Ruang, Alat, dan Kondisi Juang yang tangguh dalam bingkai Kemanunggalan TNI-Rakyat? Parameter itu belum tersedia dan ini menjadi suatu Pekerjaan Rumah (PR) bagi seluruh prajurit TNI AD selaku insan teritorial untuk memberikan kontribusi positif bagi implementasi Binter TNI AD yang adaptif, aktual, transparan, akuntabel, dan dapat diukur tingkat keberhasilannya secara akademis.

Fenomena Pengguna Internet di Indonesia

Ritme kehidupan manusia sebagai makhluk sosial berkembang dinamis karena kecanggihan internet diaplikasikan dalam telepon pintar/smartphone yang hampir rata-rata dimiliki oleh setiap orang. Aplikasi video call maupun video conference menjadikan era komunikasi antar manusia mengalami perubahan yang signifikan.

Menurut riset platform manajemen media sosial Hootsuite dan agensi marketing sosial We Are Social bertajuk “Global Di- gital Reports 2020”, sekitar 64% penduduk Indonesia sudah terkoneksi dengan jaringan internet. Riset yang dirilis pada akhir Januari 2020 itu menyebutkan, jumlah pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 175,4 juta orang. Sementara total jumlah penduduk Indonesia sekitar 272,1 juta orang.

Dibanding tahun 2019, jumlah pengguna internet di Indonesia meningkat sekitar 17% atau bertambah 25 Juta pengguna. Selama 2019, pengguna internet di Indonesia yang berusia 16 hingga 64 tahun memiliki waktu rata-rata selama 7 jam 59 menit per hari untuk berselancar di dunia maya. Jumlah pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai 160 juta orang, meningkat 8,1% atau bertambah 12 juta pengguna dibandingkan tahun 2018. Dengan begitu, penetrasi penggunaan media sosial di Indonesia sudah mencapai 59 persen dari total jumlah penduduk.3

Baca juga:  Fatin Halimar di Barak Para Serdadu yang Merindu

Penetrasi pengguna internet yang semakin tinggi ternyata juga dibarengi dengan tingginya waktu mereka mengakses internet, Survei yang dilakukan Alvara Research Center terhadap 1,550 responden di 6 kota besar di Indonesia menunjukkan fenomena ini. Hampir 15 % pengguna internet di Indonesia sudah terjangkiti kecanduan akses internet (addicted users). Yang masuk kategori kecanduan ini adalah sekelompok orang yang menghabiskan lebih dari 7 jam dalam satu hari untuk mengakses internet. Itu berarti waktu akses internet sama atau bahkan lebih dari jam tidur mereka dalam satu hari.

Pemanfaatan Internet/Medsos Bagi Implementasi Binter TNI AD di Era 4.0

TNI AD beserta segenap jajarannya dalam mengimplementasikan Binter, dilandasi oleh Doktrin Induk Teritorial TNI AD yang disahkan dengan Keputusan Kasad Nomor KEP/1055/XII/2018 tanggal 26 Desember 2018. Berdasar keputusan tersebut dinyatakan bahwa pengertian Binter TNI AD adalah kegiatan dalam membina hubungan dengan segenap lapisan masyarakat sehingga tercipta Kemanunggalan TNI-Rakyat untuk didayagunakan bagi kepentingan negara matra darat. Hal tersebut secara kontinu telah dilaksanakan oleh jajaran TNI AD, namun pada era saat ini masih perlu dioptimalkan.

Binter TNI AD dalam era Industri 4.0 dan era Masyarakat 5.0 pada paradigma implementasinya seharusnya dapat bersifat “adaptif”/dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yaitu mau mengubah konsep berpikir linear dan terkungkung dengan format kaku menjadi paradigma yang komprehensif, luwes, tanggap, kreatif, dan inovatif dalam implementasi di lapangan.

Salah satu cara dalam menghadapi era Industri 4.0 dan era Masyarakat 5.0 dari imple- mentasi Binter TNI AD adalah dengan memanfaatkan internet/ media sosial yang kini  menjadi kebutuhan manusia modern dalam mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk sosial. Binter TNI AD di era saat ini secara mudahnya dapat disebut sebagai istilah “Binter Digital”. Binter Digital diharapkan dapat menyiapkan secara dini manusia Indonesia yang modern namun tetap terpelihara semangat bela negara dan cinta tanah air sebagai bagian dari Sistem Pertahanan Semesta (Sishanta).

Implementasi Binter TNI AD (dhi.Metode Komsos) saat ini masih belum optimal dalam bersinergi sehingga hal ini dapat menjadi suatu kendala. Kendala tersebut diindikasikan pada pelaksanaan kegiatannya yang masih menggunakan metode tatap muka secara langsung sehingga membatasi ruang dan waktu serta efeknya hanya sebatas komunitas orang tertentu yang diundang hadir dalam acara tersebut. Hal ini sekaligus menjadi peluang untuk terus berupaya mengoptimalkannya disesuaikan dengan perkembangan zaman maupun tingkat pendidikan/pemahaman masyarakat yang menjadi komunikan (orang penerima pesan dari komunikator [pemberi pesan dalam proses komunikasi]).

Baca juga:  Menghormati Perbedaan dan Semangat untuk Bersatu

Pemanfaatan internet/medsos dalam implementasi Binter Digital TNI AD secara sederhana berproses sebagai berikut. Pertama, seluruh jajaran TNI AD pada Satkowil maupun Non Satkowil membuat/menciptakan konten pesan yang menarik, kreatif, dan inovatif serta mengikuti tren kekinian namun tetap terbatas sesuai norma keprajuritan dan tidak berklasifikasi Rahasia.

Kedua, dalam pembuatan materi konten agar dikuatkan dengan referensi/piranti lunak lainnya sebagai dasar validitas. Ketiga, materi konten yang kreatif, inovatif, menarik, dan kekinian akan memancing komunikan untuk mau menonton video/materi konten tersebut.

Keempat, respons komunikan yang mendapatkan manfaat atau terinspirasi maupun menyukai setelah melihat dan mendengar materi konten tersebut diharapkan menjadi follower/pengikut dari Binter/ Komsos Digital jajaran TNI AD. Kesuksesan tersebut dapat diindikasikan dengan semakin banyaknya viewer/penonton dan respons dengan retweet/tanda jempol ke atas maupun sebagai follower tetap/subscriber secara natural dari komunikan itu sendiri.

Pembuatan konten pada “Binter Digital” dapat dikolaborasikan dengan media massa profesional yang sudah tersedia seperti Televisi, Radio, maupun media massa digital lainnya. Pelibatan Dinas Penerangan Angkatan Darat sebagai leading sector dalam pemanfaatan internet/medsos bagi jajaran TNI AD dapat memberikan panduan atau koridor bagi satuan TNI AD yang akan membuat suatu kon ten positif untuk diunggah kejaringan internet/medsos sekaligus sebagai penguat penyebarluasan secara massif dari konten kegiatan yang layak tayang di media.

Epilog

Keterpaduan aksi nyata di lapangan pada implementasi Binter TNI AD dengan “Binter Digital” akan menjadi daya yang dahsyat dalam mengejawantahkan keberhasilan pencapaian tugas pokok TNI AD maupun tugas-tugas lain khususnya di bidang pemberdayaan wilayah pertahanan di darat. Eksistensi prajurit TNI AD pada pengabdiannya dalam implementasi Binter di lapangan dapat dinilai secara “real time” berkat pemanfaatan internet/media massa sebagai salah satu poin tolok ukur tingkat keberhasilan penyelenggaraan Pembinaan Teritorial TNI AD.

“Binter Digital” akan menjadi salah satu referensi yang bermanfaat bagi penguatan Ruang, Alat, dan Kondisi Juang pada masyarakat Indonesia dalam bingkai Kemanunggalan TNI-Rakyat sebagai bagian dari Sistem Pertahanan Semesta.

Pemanfaatan internet/medsos pada implementasi “Binter Digital” secara massif dalam konten yang positif maka secara langsung atau tidak langsung akan memengaruhi pola pikir maupun pola tindak dari masyarakat Indonesia dalam mencintai bangsa dan negara serta keikutsertaannya untuk “Bela Negara”.[***]

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel