Guna mengurangi kemungkinan gagal panen akibat serangan hama tikus, para petani melakukan kegiatan gropyokan tikus di Bulak Bibis, Desa Bangunjiwo,Senin (7/9). Kegiatan tersebut mendapat dukungan dari seluruh anggota Koramil 03/Kasihan dibawah kendali Danramil Mayor (inf) Nurhadi, jajaran Dinas Pertanian dan Kehutanan serta pihak-pihak terkait lainnya.
Dalam gropyokan petani menggunakan metode pengasapan, sehingga tikus yang masih dalam sarang berhamburan keluar ketika asap disemprotkan ke ‘rumah ’ mereka. Selanjutnya tikus tersebut diburu dan ditangkap. Setidaknya sejak pagi hingga siang hari tidak kurang dari 150 ekor tikus berhasil ditangkap dan dimusnahkan.
“Kegiatan gropyokan ini dimaksudkan untuk mengurangi populasi tikus di wilayah Bangunjiwo agar tanaman padi tidak terganggu hingga panen raya tiba,”kata Lurah Desa Bangunjiwo, Parjo ST. Dengan demikian produktifitas padi petani di wilayah tersebut bisa terjaga dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasionaal.
Adapun tikus yang tertangkap tersebut, Pemerintah Desa memberikan reward setiap ekor Rp 1.000 yang hasilnya bisa dimanfatkan untuk kepentingan petani. Selain itu, dalam rangka menjaga wilayah Bangunjiwo dari serangajn tikus, pada tahun 2016 mendatang, Pemerntah Desa sedang menyusun Peraturan Desa (Perdes) berisi pelarangan perburuan ular dan burung hantu di wilayah tersebut. Seperti diketahui tikus dan burung hantu merupakan predator alami pemangsa hama pengerat itu.
Sementara Danramil Kasihan, Mayor (Inf) Nurhadi mengatakan anggotanya sengaja diterjunkan untuk membantu petani dalam memerangi hama tikus. Diharapkan peran serta anggota TNI bisa meningkatkan produktifitas pertanian di wilayah Bangunjiwo dan Kasihan secara lebih luas.
“Selain itu kami juga memberikan pendampingan kepada petani melalui Bintara Pembina Desa (Babinsa) di wilayah tugas masing-masing bekerja sama dengan PPL setempat. Para Babinsa ini bertugas untuk mendampingi petani agar program ketahanan pangan sebagaimana dicanangkan presiden bisa tercapai,” urai Danramil. Hal itu juga sesuai dengan petunjuk dari satuan atas.
Tentu saja sebelum para Babinsa itu diterjunkan mereka sudah mengikuti pelatihan baik intensifikasi tanaman padi, jagung dan kedelai (pajale), Sekolah Lapang Pertanian dan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) ataupun cara menggunakan alat mesin pertanian (alsintan).