Cover Bantal dan Tshirt Katun, Bahan Masker Alternatif Rekomendasi Ahli Cambride
Dari ketiga jenis masker tersebut, Ismail Fahmi, penggiat sekaligus analis medsos dan Founder Drone Emprit and Media Kernels Indonesia, menyampaikan bahwa saat ini dunia sedang menghadapi dengan corona Virus yang sejenis dengan SARS Virus dengan diameter 0.05 – 0.2 micron .
Ismail Fahmi menyajikan data dari hasil pengujian yang di publish www.researchgate.net bahwa pengujian yang dilakukan terhadap partikel 1 micron masker bedah menjadi yang terbaik dan berhasil menahan 97% partikel dan Sutra menjadi bahan yang paling tidak bagus.
https://smartairfilters.com/en/blog/best-materials-make-diy-face-mask-virus/
https://www.researchgate.net/publication/258525804_Testing_the_Efficacy_of_Homemade_Masks_Would_They_Protect_in_an_Influenza_Pandemic
https://pers.droneemprit.id/mengatasi-kelangkaan-masker/
Ini referensi utama dari Cambridge University ttg efektivitas berbagai bahan masker untuk menyerap partikel ukuran mikron.
Testing the Efficacy of Homemade Masks: Would They Protect in an Influenza Pandemic? https://t.co/hZcPFAUY9O
— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) April 1, 2020
Ketika di test dengan partikel virus 0.02 micron, masker bedah masih bisa menahan menahan 89% partikel virus, sedangkan filter sedot debu 86% tapi penggunanya tidak bisa bernafas. Yang mengagetkan rupanya lap piring mampu menahan 73%, kain bantal 57 % dan Tshirt katun 51%.
Ketika di double, dalam pengujian tersebut tidak memberikan kenaikan yang besar dan untuk kenyamanan bernafas.
Dibandingkan dengan masker bedah, ternyata t-shirt katun, cover bantal itu paling enak. Sebaliknya, lap piring yang didobel paling susah dipakai bernapas, mengalahkan filer vakum cleaner.
Oleh karena itu, para peneliti di Cambridge merekomendasikan kain yang biasa dipakai untuk cover bantal dan t-shirt katun 100% atau bahan katun lainnya yang bisa sebagai bahan untuk masker wajah do it your self (DIY).
Selanjutnya dari hasil pengujian partikel ukuran virus (0.02 – 1 micron), masker dari lap teh sangat membantu dibandingkan dengan tidak menggunakan sama sekali, karena berhasil menangkap 60% dari partikel sub-mikron.
Namun, yang terbaik tetap dari masker bedah (78.6%) dan N95 (98.8%).
Untuk penggunaan masker DIY direkomendasikan agar dilepas karena setelah 3 jam penggunaan, biasanya berkeringat. saat pengujian ini, justru masker lap piring mengalami peningkatan 5,8% (dari 63% ke 68%) dibanding dengan masker bedah dan N95 yang tidak ada bedanya.
Lalu apakah masker DIY cocok buat anak-anak?
Meski akan terlihat customize, namun dari hasil pengujian, masker bikinan sendiri ini kurang efektif pada anak (51.9%) dibanding pada dewasa (60%).
Bagaimana cara menggunakan masker yang benar dan sehat?…..di laman selanjutnya