JAKARTA,tniad.mil.id – Dalam upaya mengintensifkan dan menyemarakkan kegiatan keagamaan di perbatasan, Satgas Yonif 312/Kala Hitam mengenalkan sekaligus mengajarkan rebana kepada anak-anak di Kampung Wosley, Distrik Senggi.
Hal tersebut disampaikan Dansatgas Yonif 312/KH Letkol Inf Dedy Ariyanto, S.I.P., M.M., M.Han., M.I.Pol., dalam rilis tertulisnya di Kabupaten Keerom, Papua, Selasa (22/9/2020).
Diungkapkan Dansatgas, pengenalan rebana kepada anak-anak yang beragama Islam di Kampung Wosley pada Minggu (20/9/2020) diajarkan oleh Kopda Jaedi personel Pos Kotis Satgas Yonif 312/KH.
“Kegiatan ini kita berikan agar waktu luang anak-anak ini tidak terbuang percuma hanya untuk bermain, tetapi diisi dengan hal-hal yang bermaanfaat bagi mereka,” ujarnya.
Rebana lanjut Dedy, merupakan salah satu jenis musik tradisional yang banyak tersebar dan dapat ditemukan dengan mudah di tengah masyarakat Indonesia. Keberadaan alat musik rebana selalu dikaitkan dengan budaya Islam di kalangan masyarakat beragama Islam.
“Kesenian rebana merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang telah ada dan diwariskan sejak turun temurun, sehingga keberadaannya harus terus dipertahankan kelestariannya. Salah satunya adalah dengan mengenalkan kesenian rebana ini kepada generasi muda,” ucapnya.
“Selain itu dengan belajar musik rebana dapat menjadi wahana bagi Satgas untuk menjalin tali silaturahmi dengan warga sekitar,” jelas Dedy Ariyanto.
Di sela-sela kegiatan urainya lagi, personel Satgas juga mengingatkan kepada anak-anak untuk mematuhi protokol kesehatan pada pandemi Covid-19 saat ini.
“Untuk itu, walaupun kita latihan bersama, ketentuan mencegah penularan pandemi Covid-19 harus dipedomani dengan menerapkan dan mendisiplinkan diri sesuai protokol kesehatan dengan baik yakni, saat keluar rumah gunakan masker dan rajin cuci tangan dengan sabun, “ katanya mengingatkan.
Di tempat terpisah, Kopda Jaedi mengatakan, mengajarkan rebana kepada anak-anak perlu kesabaran dan konsentrasi, terlebih memainkan gamelan harus kompak, ketika satu orang tidak fokus, maka suaranya pasti sumbang.
”Kemampuan anak-anak juga berbeda-beda, ada yang cepat menghafal ada pula yang lama, makanya saya selalu menekankan untuk menjadi diri sendiri dan fokus dalam melakukan apa saja,” tandasnya.
“Semoga dengan kegiatan pelatihan kesenian rebana ini anak-anak bisa mengenal dan menyukainya, sekaligus melantunkan kasidah dan hadroh,” tutur Jaedi. (Dispenad)